Syirik Lawan dari Tauhid
Syirik adalah mensejajarkan (menyamakan) selain Allah dengan Allah Ta’ala dalam hal-hal yang termasuk kekhususan bagi Allah Ta’ala. Kemusyrikan merupakan kedzaliman yang paling besar. Allah Ta’ala berfirman
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’” (QS. Luqman: 13)
Zalim adalah meletakan sesuatu pada yang bukan tempatnya. Maka benarlah jika syirik dikatakan zalim, karena syirik mengandung unsur penempatan ibadah bukan pada tempatnya. Inilah kezaliman terbesar yang sekarang banyak terjadi di masyarakat.
Ditinjau dari besar kecilnya, syirik terbagi menjadi dua macam yaitu:
Syirik akbar (besar), yaitu memalingkan sebagian bentuk ibadah kepada selain Allah Ta’ala, seperti doa, kurban, nadzar yang ditujukan kepada selain Allah Ta’ala, seperti ditujukan kepada penghuni kubur, jin, setan dan lain-lain. Syirik ini dapat menyebabkan pelakunya keluar dari Islam, mengekalkan pelakunya di neraka, menghapuskan seluruh amal baiknya, pelakunya boleh diperangi dan tidak akan diampuni.
Syirik asghar (kecil), yaitu semua bentuk sarana (perantara) yang akan mengantarkan kepada syirik akbar. Pelaku syirik asghar tidak dikeluarkan dari Islam, akan tetapi berkurang tauhidnya, terancam masuk neraka namun tidak kekal. Syirik ini hanya menghapuskan pahala amal yang bercampur dengan syirik tersebut. Pelakunya tidak diperangi dan masih memungkinkan untuk diampuni (menurut pendapat sebagian ulama). Namun Saudariku, kita harus berhati-hati dengan amal perbuatan kita, agar tidak tercampur dengan syirik kecil ini, seperti sabda Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam, “Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpa kalian ialah syirik kecil, yaitu riya.” (shahih, HR. Ahmad)
Ditinjau dari tampak dan tidaknya, syirik dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Syirik jali (jelas), yaitu syirik yang terjadi dalam perkataan dan perbuatan. Jadi perbuatan syirik itu tampak dan dapat kita saksikan atau dengarkan.
Syirik khafi (samar atau tersembunyi), yaitu syirik yang terkait dengan niat dan keyakinan. Disebut khafi karena tersembunyi dari diri pelakunya sendiri, terlebih orang lain, atau karena pelakunya menyembunyikannya dari manusia, sehingga tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Ta’ala.
Saudariku, inilah syirik, lawan dari tauhid yang sangat penting untuk kita ketahui dan kita cermati dalam setiap amalan kita. Karena perbuatan kemusyrikan tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah Ta’ala apabila pelakunya meninggal dunia dan belum bertaubat darinya. Allah Ta’ala berfirman
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa`: 48)
Maka wajib bagi kita untuk menjaga keimanan kita dari noda-noda syirik. Janganlah engkau mengotori amalmu hanya karena menginginkan pujian manusia. Janganlah engkau khianati Rabb-mu hanya untuk sekedar menengok ramalan bintang di majalah harianmu. Ingatlah balasan untuk kesabaranmu atas semua ini, yaitu surga.
Keistimewaan Ahli Tauhid
Tidak bisa kita mungkiri bahwa ilmu dan amal yang paling mulia adalah ilmu dan amal tauhid, karena ilmu dan amal tersebut berkaitan dengan Dzat Yang Paling Mulia, yaitu Allah Ta’ala. Maka orang-orang yang benar-benar bertauhid akan mendapatkan balasan dan keistimewaan dari Allah Ta’ala, di antaranya:
Mendapatkan ketenangan dan hidayah.
Mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan diterima amalnya di akhirat.
Pasti masuk surga.
Terbebas dari adzab dan api neraka.
Diampuni seluruh dosanya.
Bobot timbangan tauhid mengalahkan bobot timbangan langit dan bumi.
Oleh karena itu, jika kita ingin mendapatkan keistimewaan-keistimewaan dari Allah Ta’ala tersebut maka kita harus memurnikan tauhid dalam diri kita dengan memiliki ilmu tauhid yang sempurna, meyakini kebenaran tauhid yang telah diilmui, dan mengamalkan ajaran tauhid dengan penuh ketundukan.
Saudariku, maka sekarang telah jelas, mengapa kita hidup di dunia ini? Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Tujuan yang terpuji yang jika setiap insan merealisasikannya bisa menggapai kesempurnaan, kebahagiaan hidup, dan keselamatan adalah dengan mengenal, mencintai, dan beribadah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada-Nya. Inilah hakikat dari perkataan seorang hamba ‘Laa ilaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah).’ Dengan kalimat inilah para Rasul diutus dan semua kitab diturunkan. Suatu jiwa tidaklah menjadi baik, suci, dan sempurna melainkan dengan mentauhidkan Allah semata.” (Miftaah Daaris Sa’aadah, 2/120)
Kami memohon kepada Allah Ta’ala agar memudahkan kita dalam bertauhid kepada-Nya dan menjauhkan kita dari noda-noda kemusyrikan.
Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdu lillahi Rabbil ‘alamin.
***
Penulis: Ummu Ahmad
Artikel Buletin Zuhairah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar