Sabtu, 21 Januari 2017

Para Nabi Pun Tidak Mampu Memberikan Hidayah (2)

Parenting Islami (2): Para Nabi Pun Tidak Mampu Memberikan Hidayah Taufik

Hidayah taufik hanyalah milik Allah Ta’ala, kita hanya dapat melakukan usaha, menempuh sebab dan berusaha melaksanakan metode pendidikan yang benar kepada anak


Sebagai orang tua, kita hendaknya mengetahui bahwa hidayah dari Allah Ta’ala itu ada dua macam. Pertama, hidayah irsyad, yaitu hidayah berupa ajakan, bimbingan atau tuntunan. Ke dua,hidayah taufik.

Hidayah berupa irsyad merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan ajakan, bimbingan, penjelasan, atau nasihat tentang sebuah kebenaran. Hidayah jenis pertama ini dimilikioleh para Nabi secara khusus dan seluruh orang yang mengajak kembali kepada Allah Ta’ala secara umum. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Sesungguhnya Engkau (Muhammad) benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy–Syura [42]: 52).

Sedangkan hidayah taufik merupakan kemampuan memberikan taufik kepada orang lain, yaitu agar seseorang mau menerima dan melaksanakan sebuah kebenaran. Hidayah jenis ke duaini hanyalah khusus milik Allah Ta’ala semata.

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang bersungguh-sungguh berupaya keras agar sang paman yaitu Abu Thalib mau mengucapkan kalimat laa ilaaha illallah menjelang kematiannya, Allah Ta’ala pun menurunkan ayat–Nya,

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya Engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu sayangi, tetapi Allah–lah yang memberi hidayah taufik kepada orang yang dikehendaki Nya. Allah lebih mengetahui orang-orang yang layak menerima hidayah taufik.” (QS. Al–Qashash [28]: 56).

Demikian pula Nabi Nuh ‘alaihissalam yang memelas kepada anaknya dengan berkata padanya,

يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ

“Wahai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” (QS. Huud [11]: 42).

Namun apa yang terjadi? Allah Ta’ala tidak menghendaki hidayah taufik atas anak Nabi Nuh ‘alaihissalam. Sang anak pun menjawab,

قَالَ سَآَوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ

“Dia menjawab (dengan suara keras, pen.), ’Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah.’” (QS. Huud [11]: 43).

Sang ayah pun mengatakan,

قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ

“Nuh menjawab (dengan suara keras, pen.), ‘Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.’ Dan gelombang pun menjadi penghalang antara keduanya. Maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Huud [11]: 43).

Ketika Nabi Nuh ‘alaihissalam sedang dikuasai oleh rasa sayang kepada sang anak, kemudian beliau pun menyeru kepada Rabb–Nya,

رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji–Mu itulah yang benar. Dan Engkau adalah seadil-adil Hakim.” (QS. Huud [11]: 45).

Allah Ta’ala pun menyanggah keras ucapan Nabi Nuh ‘alaihissalam,

يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ

“Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya (perbuatan)nya bukanlah perbuatan yang baik. Sebab itu, janganlah kamu memohon kepada–Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Huud [11]: 46).

Kemudian Nuh ‘alaihissalam pun memohon ampun kepada Allah Ta’ala,

رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada–Mu dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat)nya. Sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Huud [11]: 47).

Lihatlah pula kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang berupaya sungguh-sungguh menasihati ayahandanya,

يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا (42) يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا (43) يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا (44) يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا

“Wahai ayahandaku, mengapa Engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun? Wahai ayahandaku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai ayahandaku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai ayahandaku, sesungguhnya aku khawatir Engkau akan ditimpa adzab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, sehingga Engkau menjadi teman setan.” (QS. Maryam [19]: 42-45).

Apa jawaban sang ayah ketika sang anak memelas dengan mengatakan, “Wahai ayahanda … Wahai ayahanda … Wahai ayahanda … dan Wahai ayahanda … ??

Ternyata sang ayah menolak keras, benar-benar enggan mengikuti ajakan sang anak dan bahkan membentak anaknya,

أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آَلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا

“Bencikah Engkau kepada sesembahan-sesembahanku, wahai Ibrahim? Jika Engkau tidak berhenti, maka niscaya Engkau akan kurajam, dan tinggalkanlah aku dalam waktu yang lama.”(QS. Maryam [19]: 46).

Subahanallah, sungguh benar bahwa Sang Pemberi Hidayah hanyalah Allah Ta’ala.

Lihatlah orang ini, dan bandingkanlah keadaannya dengan keadaan Nabi Ibrahim dan putranya, yaitu Nabi Isma’il ‘alaihimassalam. Nabi Isma’il merupakan seorang yang jujur dalam janjinya. Sang ayahanda bertutur kepada anaknya,

يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى

“Wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.” (QS. Ash–Shaffat [37]: 102).

Maha Suci Allah, Sang Pemberi Hidayah yang telah menurunkan ketenangan pada hati-hati manusia!! Nabi Isma’il ‘alaihissalam pun bertutur,

يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Wahai ayahandaku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. In syaa Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash–Shaffat [37]: 102).

Demikianlah kebenarannya, sesungguhnya Isma’il ‘alaihissalam tidak akan mampu menjadi orang yang sabar kecuali jika Allah Ta’ala menghendakinya.

Bagaimanapun keadaan kita sebagai seorang ayah dan seorang ibunda, maka kita tidaklah memiliki hak untuk memberikan hidayah taufik sedikit pun kepada anak-anak kita. Yang dapatkita lakukan hanyalah sekedar berusaha mengambil sebab, menempuh cara dan metode tertentu untuk mendekatkan anak-anak kita kepada hidayah tersebut. Walaupun kita seorang nabi, rasul, raja yang memiliki kekuasaan, atau tokoh pembesar, maka hendaklah kita membaca firman Allah Ta’ala tentang kondisi Nabi Ibrahim dan Ishaq ‘alaihimassalam,

وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِنَفْسِهِ مُبِينٌ

“Dan di antara anak cucu keduanya (Ibrahim dan Ishaq, pen.) ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.” (QS. Ash–Shaffat [37]: 113).

Lihat dan pikirkanlah dengan akal dan hatimu tentang keadaan Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Beliau adalah seorang yang putih bersih, tampan luar biasa bahkan dia diberikan setengah ketampanan seluruh manusia [1]. Beliau ditemukan di sebuah sumur yang luas oleh sebagian musafir lalu dijual di pasar budak. Kemudian dibeli dan dibawa ke istana para raja yang menjadi tempat ujian baginya ketika bertemu dengan seorang istri pembesar istana yang kemudian menggodanya. Namun Yusuf ‘alaihissalam tidak mau dan menolak lalu dipenjara selama beberapa tahun. Di sana beliau tergabung bersama dengan tukang mabuk, pencuri dan berbagai pelaku kriminal.

Beliau dibuang di tengah keadaan yang demikian, lantas lihatlah siapakah yang menjaganya? Lihatlah siapa yang menghindarkannya dari kejahatan dan tipu daya orang-orang yang jahat?

Lihatlah siapakah yang memakaikan beliau pakaian ilmu dan hilm (ketenangan), padahal beliau sendirian, terusir dari negerinya, tiada ayah bunda dan kerabat. Siapakah yang memberikanhidayah taufik kepada beliau? Siapakah yang mensucikannya? Siapakah yang mendidiknya? Siapakah yang memeliharanya? Tidak lain, Dia–lah Allah Ta’ala.

فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

“Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang diantara para penyanyang.” (QS. Yusuf [12]: 64).

Perhatikanlah pula kondisi Nabi Musa ‘alaihissalam. Beliau ketika itu adalah seorang bayi yang masih menyusu, dipisahkan dari ibunya yang penyayang. Ibundanya yang mulia dan penyayang ini menempatkan Musa ‘alaihissalam pada sebuah kotak lalu meletakkannya di sebuah sungai. Kemudian kotak tersebut ditemukan orang yang zhalim, jahat, pembunuh dan melampaui batas, yaitu keluarga Fir’aun. Betapa besar musibah ini.

Namun siapakah yang mengembalikannya kepada sang ibunda agar sang ibu tenang dan tidak bersedih? Siapakah yang menjaga beliau dari keburukan dan hal-hal yang tidak diinginkan ketika berada di rumah yang penuh kezhaliman itu? Siapakah yang menjaga beliau sehingga beliau tidak belajar bagaimana cara membunuh sebagaimana Fir’aun dan memiliki rasa malu dengan anak perempuan? Sesungguhnya yang menjaga dan memeliharanya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala, milik–Nya lah segala pujian.

Tidak perlu jauh-jauh, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aallam, beliau adalah pemimpin seluruh manusia. Beliau tumbuh dalam keadaan yatim piatu, kedua orang tuanya telah wafat. Beliau juga tumbuh besar dalam keadaan miskin. Demikianlah keadaannya, namun siapakah yang menjaga beliau? Siapakah yang memasukkan iman ke dalam hatinya? Siapakah yang memberikan kepadanya wahyu Al Qur’an? Dia–lah Allah Subhanahu wa Ta’ala, milikNya–lah segala nikmat, keutamaan dan pujian yang baik.

Hidayah taufik hanyalah milik Allah Ta’ala, kita hanya dapat melakukan usaha, menempuh sebab dan berusaha melaksanakan metode pendidikan yang benar kepada anak …[Bersambung]

***

Disempurnakan menjelang maghrib, Rotterdam 29 Dzulhijjah 1437

Penulis: Aditya Budiman dan M. Saifudin Hakim

Artikel Muslimah.or.id

___



Sumber: https://muslimah.or.id/9013-parenting-islami-2-para-nabi-pun-tidak-mampu-memberikan-hidayah-taufik.html

Sang Pemberi Hidayah Hanyalah Allah (1)

Parenting Islami (1): Sang Pemberi Hidayah Hanyalah Allah Ta’ala

Hal pertama yang harus kita ketahui sebagai orang tua (ayah dan ibu) adalah bahwa Sang Pemberi Hidayah hanyalah Allah Ta’ala

By Muhammad Saifudin Hakim October 7, 2016

Pendidikan anak merupakan sebuah permasalahan yang mau tidak mau harus dipelajari seorang calon orang tua atau bahkan seseorang yang sudah menjadi orang tua. Karena anak merupakan investasi jangka panjang kedua orang tuanya. Jika kedua orang tua salah dalam menerapkan pendidikan kepada anaknya, maka investasinya pun akan rusak atau bahkan hancur. Mendidik anak juga merupakan kewajiban yang Allah Ta’ala bebankan kepada kedua orang tua. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim [66] : 6)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa aallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالرَّجُلُ رَاعٍ في أهلِهِ وَمَسؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ في بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْؤُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا…

“Setiap kalian merupakan pemimpin dan akan ditanya atas apa yang dia pimpin. Seorang lelaki merupakan pemimpin bagi keluarganya dan dia pun akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang wanita merupakan pemimpin di rumah suaminya dan dia pun akan ditanya tentang kepemimpinannya … ” (HR. Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829)

Inilah salah satu faktor yang melatarbelakangi kami menyajikan berbagai permasalahan seputar pendidikan anak.

Faktor ke dua yang mendorong kami untuk menulis pembahasan ini adalah kami melihat kurangnya pembahasan masalah ini dengan bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kita mungkin lebih banyak membaca masalah pendidikan anak dari literatur Barat atau tulisan orang kafir. Meskipun bukan berarti tulisan atau teori mereka semuanya salah dan tidak perlu diikuti, karena Islam adalah agama yang mengajarkan untuk bersikap adil. Akan tetapi, bisa jadi ada sebagian teori tersebut yang sebetulnya tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebagai agama yang sempurna, kita meyakini bahwa semua aspek kehidupan kita, baik untuk kebaikan dunia maupun akhirat, telah diajarkan oleh Islam, termasuk dalam masalah pendidikan anak untuk menyiapkan generasi muslim yang unggul dan bertakwa.

Serial ini merupakan ringkasan dari kitab Fiqh Tarbiyatul Abna’ wa Ma’ahu Nukhbatu min Nashoihul Athibba’ karya Syaikh Musthafa Al-‘Adawi hafizhahullah [1]. Kitab ini berisi permasalahan seputar pendidikan anak dan beberapa nasihat pilihan dari para dokter. Dalam penulisan serial ini kami banyak mengambil faidah dari rekaman kajian guru kami, Ustadz Aris Munandar, SS., MPI. hafizhahullah yang saat ini sedang membahas kitab ini dalam salah satu majelis rutin beliau setiap pekan.

Mudah-mudahan serial ini bermanfaat, terutama bagi diri kami dan kemudian untuk seluruh kaum muslimin.

Hidayah hanyalah Milik Allah Ta’ala

Hal pertama yang harus kita ketahui sebagai orang tua (ayah dan ibu) adalah bahwa Sang Pemberi Hidayah hanyalah Allah Ta’ala. Usaha yang ayah dan ibu lakukan adalah sekedar mengambil sebab dan menunaikan kewajiban yang Allah Ta’ala bebankan kepada kita, para orang tua. Selebihnya adalah hak Allah Ta’ala karena Dia-lah yang akan memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki Nya. Allah Ta’alaberfirman,

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS. Al–A’raf [7]: 178)

فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُفَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ

“Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberikan petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya. Maka janganlah kamu berlebihan dalam bersedih terhadap mereka.” (QS. Faathir [35]: 8)

وَلَوْ شِئْنَا لَآَتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدَاهَا

“Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami akan berikan petunjuk kepada tiap-tiap jiwa.” (QS. As–Sajdah [32]: 13)

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآَمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا

“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah semua orang yang ada di muka bumi ini beriman seluruhnya.” (QS. Yunus [10]: 99)

يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ

“Allah memberikan petunjuk kepada cahaya-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An–Nuur [24]: 35)

وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Dan Allah memberikan petunjuk siapa yang dikehendaki Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. An–Nuur [24]: 46)

قُلْ فَلِلَّهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُ فَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ

“Katakanlah, ‘Milik Allah lah hujjah yang jelas lagi kuat. Maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kalian semuanya.’” (QS. Al–An’am [6]: 149)

Lihatlah apa yang dikatakan Nabi Nuh ‘alaihis salaam kepada kaumnya,

وَلَا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدْتُ أَنْ أَنْصَحَ لَكُمْ إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ هُوَ رَبُّكُمْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Dan tidaklah bermanfaat nasihatku kepadamu jika aku hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu dan kepada–Nya lah kamu dikembalikan.” (QS. Huud [11]: 34)

Perhatikan pula ucapan Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam,

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آَتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا (30) وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا (31) وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

“Nabi Isa berkata, ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi [2] di mana saja aku berada. Dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. Serta berbakti kepada ibuku. Dia tidak menjadikan aku seorang yang kasar lagi celaka.” (QS. Maryam [19]: 30-32)

Maka perhatikanlah, siapakah yang memberikan Al–Kitab? Siapakah yang menjadikan beliau sebagai seorang Nabi? Siapakah yang menjadikan beliau orang yang diberkahi? Dan siapakah pula yang menjadikan beliau orang yang tidak kasar dan celaka?

Jawabannya tentulah Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.

Lihat pula contoh anak durhaka kepada kedua orang tuanya dan juga ingkar kepada Allah Ta’ala sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an,

وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آَمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (17)أُولَئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ

“Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, “Uff [3] atas kalian berdua, apakah kalian berdua memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku?’ Lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan, ‘Celaka kamu, berimanlah Engkau (terhadap hari dibangkitkan, pen.)! Sesungguhnya janji Allah adalah benar’. Lalu dia berkata, ‘Itu tidak lain hanyalah cerita dusta orang-orang dahulu belaka’. Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari kalangan jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi”. (QS. Al–Ahqaf [46] : 17-18)

Siapakah yang menjadikan dia sesat? Siapakah yang menyimpangkannya?

Jawabannya tentulah Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.

Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati, tetapkanlah hati kami di atas agama Mu. Wahai Dzat Yang Memalingkan Hati, palingkanlah hati kami menuju ketaatan kepada Mu. Perbaikilah keturuan kami, anugerahkan kepada kami istri dan keturunan yang menyejukkan jiwa dan teladan bagi orang-orang yang bertakwa ….

[Bersambung]

Disempurnakan di pagi hari, Rotterdam 14 Dzulhijjah 1437

Penulis: Aditya Budiman dan M. Saifudin Hakim


Sumber: https://muslimah.or.id/8978-parenting-islami-1-sang-pemberi-hidayah-hanyalah-allah-taala.html

Jumat, 06 Januari 2017

Tauhid Dulu Tauhid Lagi


Khatamkan Kitab Tauhid, kalau sudah khatam, ulangi lagi dan ulangi lagi, jangan bosan membaca dan mengkhatamkan Kitab Tauhid
.
[Ust. Yazid Jawas hafizhahullah]
_____
Dahulu Syaikh Muhammad At Tamimi–rahimahullah- menulis Kitab At Tauhid. Beliau mensyarahnya untuk murid2nya dan mengulang-ulang pembahasan2nya kepada mereka. para muridnya kemudian berkata kepadanya, “Wahai Syaikh, kami ingin engkau merubah pelajaran ini dengan pelajaran yang lain, seperti kisah, sirah dan sejarah.” Syaikh berkata, “Kita akan pertimbangan hal itu insya Allah.”
.
Esok harinya Syaikh menemui mereka dengan raut wajah yang sedih dan seperti sedang berfikir. Para muridnya pun bertanya kepadanya sebab kesedihannya
.
“Aku mendengar di desa tetangga seorang laki-laki menempati rumah baru. Namun ia khawatir diganggu oleh jin, dan ia pun menyembelih seekor ayam jago untuk jin tersebut di depan pintu rumahnya, dalam rangka taqarrub kepada jin. Aku telah mengutus seseorang untuk mengecek tentang perkara ini.” Syaikh menjelaskan
.
Ternyata, para muridnya tidak begitu terpengaruh dengan berita tersebut. Mereka hanya mendoakan laki-laki itu dengan hidayah dan mereka pun diam.
.
Esok harinya lagi, syaikh bertemu kembali dengan mereka dan berkata
.
“Kita telah mengecek tentang kabar kemarin. Ternyata perkaranya tidak seperti yang sampai kepadaku. Laki-laki itu ternyata tidak menyembelih seekor ayam jantan untuk taqarrub kepada jin, akan tetapi ia telah berzina dengan ibunya.”
.
Spontan para muridnya menjadi sangat emosi. Mereka mencela dan terus mencela. Mereka berkata, orang itu harus dingkari, harus dinasehati, harus dihukum.. mereka sangat gaduh dan ramai
.
Syaikh kemudian berkata, “Sungguh aneh urusan kalian itu, demikian kalian mengingkari orang yang terjatuh kepada dosa besar, padahal ia tidak sampai keluar dari agama Islam (murtad –pent) karenanya, namun kalian tidak mengingkari orang yang terjatuh kepada perbuatan syirik, menyembelih untuk selain Allah dan beribadah kepada selain-Nya
.
Para murid pun terdiam. Lalu Syaikh memerintahkan salah satu dari mereka, “Ambillah kitab tauhid, kita akan menjelaskannya kembali..”
.
[Dinukil dari kitab “Irkab Ma’anaa” Syaikh Dr. Muhammad Al Arify]

Kamis, 05 Januari 2017

Hak Istri Atas Suami

HAK ISTRI ATAS SUAMI

Pertanyaan :

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Boleh bantu saya untuk terang kan tentang :

Hak dan Tanggungjawab Wanita Dlm Keluarga menurut al quran dan sunnah. Berserta Hadith yg shahih serta dalil jika ada..

(Dari Hamba Alloh Anggota Grup WA Bimbingan Islam)

Jawaban :

وعليكم السلام ورحمة الله وبر كاته

Kesimpulan: Berikut kami sampaikan hak-hak istri atas suami

Hak-Hak Isteri Atas Suami

إِنَّ لِنِسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقًّا.

“Sesungguhnya isteri-isteri kalian memiliki hak atas kalian”

Di antara hak isteri adalah:

1. Suami harus memperlakukan isteri dengan cara yang ma’ruf, karena Allah Ta’ala telah berfirman :

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

"Dan bergaullah dengan mereka secara patut." [An-Nisaa’: 19]

Yaitu, dengan memberinya makan apabila ia juga makan dan memberinya pakaian apabila ia berpakaian. Mendidiknya jika takut ia akan durhaka dengan cara yang telah diperin-tahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam mendidik isteri, yaitu dengan cara menasihatinya dengan nasihat yang baik tanpa mencela dan menghina maupun menjelek-jelekannya. Apabila ia (isteri) telah kembali taat, maka berhentilah, namun jika tidak, maka pisahlah ia di tempat tidur. Apabila ia masih tetap pada kedurhakaannya, maka pukullah ia pada selain muka dengan pukulan yang tidak melukai, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

"Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar." [An-Nisaa: 34]

Dan juga berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala ditanya apakah hak isteri atas suaminya? Beliau menjawab:

أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ، وَتَكْسُوهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ، وَلاَ تَضْرِبِ الوَجْهَ، وَلاَ تُقَبِّحْ، وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِي الْبَيْتِ.

“Engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, janganlah memukul wajah dan janganlah menjelek-jelekkannya serta janganlah memisahkannya kecuali tetap dalam rumah.”

Sesungguhnya sikap lemah lembut terhadap isteri merupakan indikasi sempurnanya akhlak dan bertambahnya keimanan seorang mukmin, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ.

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling bagus akhlaknya dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya.”

Sikap memuliakan isteri menunjukkan kepribadian yang sempurna, sedangkan sikap merendahkan isteri adalah suatu tanda akan kehinaan orang tersebut. Dan di antara sikap memuliakan isteri adalah dengan bersikap lemah lembut dan bersenda gurau dengannya. Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam selalu bersikap lemah lembut dan berlomba (lari) dengan para isterinya. ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma pernah berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengajakku lomba lari dan akulah yang menjadi pemenangnya dan setiap kami lomba lari aku pasti selalu menang, sampai pada saat aku keberatan badan beliau mengajakku lari lagi dan beliaulah yang menang, maka kemudian beliau bersabda, ‘Ini adalah balasan untuk kekalahanku yang kemarin.’”

Dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menganggap setiap permainan itu adalah bathil kecuali jika dilakukan dengan isteri, beliau bersabda:

كُلُّ شَيْئٍ يَلْهُوْبِهِ ابْنُ آدَمَ فَهُوَ بَاطِلٌ إِلاَّ ثَلاَثًا: رَمْيُهُ عَنْ قَوْسِهِ، وَتَأْدِيْبُهُ فَرَسَهُ، وَمُلاَعَبَتُهُ أَهْلَهُ، فَإِنَّهُنَّ مِنَ الْحَقِّ.

“Segala sesuatu yang dijadikan permainan bani Adam adalah bathil kecuali tiga hal: melempar (anak panah) dari busurnya, melatih kuda dan bercanda dengan isteri, sesungguhnya semua itu adalah hak.”

2. Suami harus bersabar dari celaan isteri serta mau memaafkan kekhilafan yang dilakukan olehnya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ.

“Janganlah seorang mukmin membenci mukminah. Apabila ia membencinya karena ada satu perangai yang buruk, pastilah ada perangai baik yang ia sukai.”

Di dalam hadits yang lain beliau juga pernah bersabda:

اِسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ مَا فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا.

“Berilah nasihat kepada wanita (isteri) dengan cara yang baik. Karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok. Sesuatu yang paling bengkok ialah sesuatu yang terdapat pada tulang rusuk yang paling atas. Jika hendak meluruskannya (tanpa menggunakan perhitungan yang matang, maka kalian akan mematahkannya, sedang jika kalian membiarkannya), maka ia akan tetap bengkok. Karena itu berilah nasihat kepada isteri dengan baik.”

Sebagian ulama Salaf mengatakan, “Ketahuilah bahwasanya tidak disebut akhlak yang baik terhadap isteri hanya dengan menahan diri dari menyakitinya, namun dengan bersabar dari celaan dan kemarahannya.” Dengan mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Diriwayatkan bahwa para isteri beliau pernah protes, bahkan salah satu di antara mereka pernah mendiamkan beliau selama sehari semalam.”

3. Suami harus menjaga dan memelihara isteri dari segala sesuatu yang dapat merusak dan mencemarkan kehormatannya, yaitu dengan melarangnya dari bepergian jauh (kecuali dengan suami atau mahramnya). Melarangnya berhias (kecuali untuk suami) serta mencegahnya agar tidak berikhtilath (bercampur baur) dengan para lelaki yang bukan mahram.

Suami berkewajiban untuk menjaga dan memeliharanya dengan sepenuh hati. Ia tidak boleh membiarkan akhlak dan agama isteri rusak. Ia tidak boleh memberi kesempatan baginya untuk meninggalkan perintah-perintah Allah ataupun bermaksiat kepada-Nya, karena ia adalah seorang pemimpin (dalam keluarga) yang akan dimintai pertanggungjawaban tentang isterinya. Ia adalah orang yang diberi kepercayaan untuk menjaga dan memeliharanya. Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ

"Para lelaki adalah pemimpin bagi para wanita." [An-Nisaa’: 34]

Juga berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِيْ أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.

“Lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.”

4. Suami harus mengajari isteri tentang perkara-perkara penting dalam masalah agama atau memberinya izin untuk menghadiri majelis-majelis ta’lim. Karena sesungguhnya kebutuhan dia untuk memperbaiki agama dan mensucikan jiwanya tidaklah lebih kecil dari kebutuhan makan dan minum yang juga harus diberikan kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu."

Dan isteri adalah termasuk dalam golongan al-Ahl (keluarga). Kemudian menjaga diri dan keluarga dari api Neraka tentunya harus dengan iman dan amal shalih, sedangkan amal shalih harus didasari dengan ilmu dan pengetahuan supaya ia dapat menjalankannya sesuai dengan syari'at yang telah ditentukan.

5. Suami harus memerintahkan isterinya untuk mendirikan agamanya serta menjaga shalatnya, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya."

6. Suami mau mengizinkan isteri keluar rumah untuk keperluannya, seperti jika ia ingin shalat berjama’ah di masjid atau ingin mengunjungi keluarga, namun dengan syarat menyuruhnya tetap memakai hijab busana muslimah dan melarangnya untuk tidak bertabarruj (berhias) atau sufur. Sebagaimana ia juga harus dapat melarang isteri agar tidak memakai wangi-wangian serta memperingatkannya agar tidak ikhtilath dan bersalam-salaman dengan laki-laki yang bukan mahram, melarangnya menonton televisi dan mendengarkan musik serta nyanyian-nyanyian yang diharamkan.

7. Suami tidak boleh menyebarkan rahasia dan menyebutkan kejelekan-kejelekan isteri di depan orang lain. Karena suami adalah orang yang dipercaya untuk menjaga isterinya dan dituntut untuk dapat memeliharanya. Di antara rahasia suami isteri adalah rahasia yang mereka lakukan di atas ranjang. Rasulullah J melarang keras agar tidak mengumbar rahasia tersebut di depan umum. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Asma' binti Yazid Radhiyallahu anhuma :

Bahwasanya pada suatu saat ia bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Sahabat dari kalangan laki-laki dan para wanita sedang duduk-duduk. Beliau bersabda, “Apakah ada seorang laki-laki yang menceritakan apa yang telah ia lakukan bersama isterinya atau adakah seorang isteri yang menceritakan apa yang telah ia lakukan dengan suaminya?”

Akan tetapi semuanya terdiam, kemudian aku (Asma’) berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka semua telah melakukan hal tersebut.” Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian melakukannya, karena sesungguhnya yang demikian itu seperti syaitan yang bertemu dengan syaitan perempuan, kemudian ia menggaulinya sedangkan manusia menyaksikannya.”

8. Suami mau bermusyawarah dengan isteri dalam setiap permasalahan, terlebih lagi dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan mereka berdua dan anak-anak, sebagaimana apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam selalu bermusyawarah dengan para isterinya dan mau mengambil pendapat mereka Seperti halnya pada saat Sulhul Hudaibiyah (perjanjian damai Hudaibiyyah), setelah beliau selesai menulis perjanjian, beliau bersabda kepada para Sahabat:

قُوْمُوْا فَانْحَرُوْا، ثُمَّ احْلِقُوْ.

“Segeralah kalian berkurban, kemudian cukurlah rambut-rambut kalian.”

Akan tetapi tidak ada seorang Sahabat pun yang melakukan perintah Rasululah Shaallallahu 'alaihi wa sallam sampai beliau mengulangi perintah tersebut tiga kali. Ketika beliau melihat tidak ada seorang Sahabat pun yang melakukan perintah tersebut, beliau masuk menemui Ummu Salamah Radhiyallahu anha kemudian menceritakan apa yang telah terjadi. Ummu Salamah kemudian berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah engkau ingin mereka melakukan perintahmu? Keluarlah dan jangan berkata apa-apa dengan seorang pun sampai engkau menyembelih binatang kurbanmu dan memanggil tukang cukur untuk mencukur rambutmu.” Maka beliau keluar dan tidak mengajak bicara seorang pun sampai beliau melakukan apa yang dikatakan oleh isterinya. Maka tatkala para Sahabat melihat apa yang dilakukan oleh Rasulullah, mereka bergegas untuk menyembelih hewan-hewan kurban, mereka saling mencukur rambut satu sama lain, sampai-sampai hampir saja sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lainnya.

Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kebaikan yang banyak bagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melalui pendapat isterinya yang bernama Ummu Salamah. Sangat berbeda dengan contoh-contoh kezhaliman yang dilakukan oleh sebagian orang, serta slogan-slogan yang melarang keras bermusyawarah dengan isteri. Seperti perkataan sebagian dari mereka bahwa, “Pendapat wanita jika benar, maka akan membawa kerusakan satu tahun dan jika tidak, maka akan membawa kesialan seumur hidup.”

9. Suami harus segera pulang ke rumah isteri setelah shalat ‘Isya'. Janganlah ia begadang di luar rumah sampai larut malam. Karena hal itu akan membuat hati isteri menjadi gelisah. Apabila hal tersebut berlangsung lama dan sering berulang-ulang, maka akan terlintas dalam benak isteri rasa waswas dan keraguan. Bahkan di antara hak isteri atas suami adalah untuk tidak begadang malam di dalam rumah namun jauh dari isteri walaupun untuk melakukan shalat sebelum dia menunaikan hak isterinya. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengingkari apa yang telah dilakukan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhuma karena lamanya bergadang (beribadah) malam dan menjauhi isterinya, kemudian beliau bersabda:

إِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا.

“Sesungguhnya isterimu mempunyai hak yang wajib engkau tunaikan.”

10. Suami harus dapat berlaku adil terhadap para isterinya jika ia mempunyai lebih dari satu isteri. Yaitu berbuat adil dalam hal makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan dalam hal tidur seranjang. Ia tidak boleh sewenang-wenang atau berbuat zhalim karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang yang demikian. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ كَانَ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إِلَى أَحَدِهِمَا دُوْنَ اْلأُخْرَى جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَشِقُّهُ مَائِلٌ.

“Barangsiapa yang memiliki dua isteri, kemudian ia lebih condong kepada salah satu di antara keduanya, maka ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan miring sebelah.”

Demikianlah sejumlah hak para isteri yang harus ditunaikan oleh para suami. Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah dalam usaha memenuhi hak-hak isteri tersebut. Sesungguhnya dalam memenuhi hak-hak isteri adalah salah satu di antara sebab kebahagian dalam kehidupan berumah tangga dan termasuk salah satu sebab ketenangan dan keselamatan keluarga serta sebab menjauhnya segala permasalahan yang dapat mengusik dan menghilangkan rasa aman, tenteram, damai, serta rasa cinta dan kasih sayang.

Kami juga memperingatkan kepada para isteri agar mau melupakan kekurangan suami dalam hal memenuhi hak-hak mereka. Kemudian hendaklah ia menutupi kekurangan suami tersebut dengan bersungguh-sungguh dalam mengabdikan diri untuk suami, karena dengan demikian kehidupan rumah tangga yang harmonis akan dapat kekal dan abadi.

Allahu a’lam..
Wabillahit taufiq...

Konsultasi Bimbingan Islam

Ustadz Rosyid Abu Rosyidah

Sumber: http://bimbinganislam.com/konsultasi/29-keluarga/832-hak-istri-atas-suami

〰〰〰〰〰〰〰〰〰

🌐 http://bimbinganislam.com/
◽️ Fanspage : Fb.com/Info.BimbinganIslam
🔎 Telegram Channel :
 http://bit.ly/TanyaJawabBiAS

Senin, 02 Januari 2017

Tentang Al Quran

*✨📖KALAU DITANYA OLEH ANAK / CUCU tentang AL-QUR'AN.✨*

*_📚MINIMAL DIJAWAB SEPERTI INI..📖_*
T : Berapa jumlah Surah dlm Al-Qur'an?
J : *114 Surah*

T : Berapa jumlah Juz dlm *Al-Qur'an?*
J : *30 Juz*

T : Berapa jumlah Hizb dlm *Al-Qur'an?*
J: *60 Hizb*

T: Berapa jumlah Ayat dlm *Al-Qur'an?*
J: *6236 Ayat*

T : Berapa jumlah Kata dlm *Al-Qur'an?*, dan Berapa Jumlah Hurufnya?
J: *77437 Kata, atau 77439 Kata dan 320670 Huruf*

T : Siapa Malaikat yang disebut dlm *Al-Qur'an?,*
J : *Jibril, Mikail, Malik, Raqib,* *Atiid,Malakulmaut, Harut, Marut, Al-Hafazoh, Al-Kiromulkatibun HamalatulArsy, dll.*

T : Berapa Jumlah Sajdah (ayat Sujud) dlm *Al-Qur'an?*
J : *15 Sajdah*

T : Berapa Jumlah para Nabi yg disebut dlm *Al-Qur'an?*
J : *25 Nabi*

T : Berapa Jumlah Surah Madaniyah dlm *Al-Qur'an?*, sebutkan.
J : *28 Surah, al-Baqoroh, al-Imron, al-Nisa" al-Maidah, al-Anfal, al-Tawbah, al-Ra'd, al-Haj, al-Nur, al-Ahzab, Muhammad, al-Fath, al-Hujurat, al-Rahman, al-Hadid, al-Mujadilah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, al-Shaf, al-Jum'ah, al-Munafiqun, al-Taghabun, al-Thalaq, al-Tahrim, al-Insan, al-Bayinah, al-Zalzalah, al-Nashr.*

T : Berapa Jumlah Surah Makiyah dlm *Al-Qur'an?* sebutkan.
J : *86 Surat*, selain surah tersebut di  atas.

T : Berapa Jumlah Surah yg dimulai dgn huruf dlm *Al-Qur'an?*
J : *29 Surah.*

T : Apakah yg dimaksud dgn *Surah Makiyyah?,* sebutkan 10 saja.
J : *Surah Makiyyah adalah Surah yg diturunkan di Makkah sebelum Hijrah, seperti: al-An'am, al-Araf, al-Shaffat, al-Isra', al-Naml, al-Waqi'ah, al-Haqqah, al-Jin, al-Muzammil, al-Falaq.*

T : Apakah yg dimaksud dgn *Surah Madaniyyah?* sebutkan lima saja?
J : *Surah Madaniyah adalah Surah yg diturunkan di Madinah setelah Hijrah, seperti: al-Baqarah, al-Imran, al-Anfal, al-Tawbah, al-Haj.*

T : Siapakah nama para Nabi yg disebut dlm *Al-Qur'an?*
J : *Adam, Nuh, Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, Musa, Isa, Ayub, Yunus, Harun, Dawud, Sulaiman, Yusuf, Zakaria, Yahya, Ilyas, Alyasa', Luth, Hud, Saleh, ZulKifli, Syuaib, Idris, Muhammad Saw.*

T : Siapakah satu-satunya nama wanita solehah yg disebut namanya dlm *Al-Qur'an?*
J : *Maryam binti Imran.*

T : Siapakah satu-satunya nama Sahabat yg disebut namanya dlm *Al-Qur'an?*
J : *Zaid bin Haritsah. Rujuk dlm surah Al Ahzab ayat 37.*

T : Apakah ayat dlm *Al-Qur'an* yg pertama kali turun?
J : surah al alaq ayat 1-5 *( إقرأ باسم ربك الذي خلق)*

T : Apakah ayat terakhir yg turun dlm *Al-Qur'an?*
J : ayat 3 surah al maidah  *أليوم أكملت لكم دينكم وأ تممت عليكم نعمتي و رضيت لكم الإسلام دينا)*

T : Apakah nama Surah yg tanpa *Basmalah?*
J : *Surah at-Tawbah (baro'ah).*

T : Apakah nama Surah yg memiliki *dua Basmalah?*
J : *Surah al-Naml.*

T : Apakah yg disebut *surah al-mu'awidzatain (2 surah penjagaan)?*
J : *Surah Al-Falaq & An-Naas.*

T : Apakah nama Surah yg bernilai seperempat *Al-Qur'an?*
J : *Surah al-Kafirun.*

T : Apakah nama Surah yg bernilai sepertiga *Al-Qur'an?*
J : *Surah al-Ikhlas*

T : Apakah nama Surah yg menyelamatkan dari *siksa Qubur?*
J : *Surah al-Mulk*

T : Apakah nama Surah yg apabila dibaca pada *hari Jum'at* akan menerangi sepanjang pekan?
J : *Surah al-Kahfi*

T : Apakah ayat yg *paling Agung* dan dlm Surah apa?
J : *Ayat Kursi, dlm Surah al-Baqarah ayat No.255*

T : Apakah nama Surah yg *paling Agung* dan berapa jumlah ayatnya?
J : *Surah al-Fatihah, 7 ayat.*

T : Apakah ayat yg paling bijak dan dlm surah apa?
J : Firman Allah Swt :" Barang siapa yg melakukan kebaikan sebesar biji sawi ia akan lihat, Barang siapa melakukan kejahatan sebesar biji sawi ia akan lihat.. *(Surah al-Zalzalah ayat 7-8)*

T : Apakah nama Surah yg ada *dua sajdahnya?*
J : *Surah al-Haj ayat 18 dan ayat 77.*

T : Pada Kata apakah pertengahan *Al-Qur'an* itu di Surah apa? ayat no Berapa?
J :
:* وليتلطف* Surah -Kahfi ayat No. 19 

T : Ayat apakah bila dibaca setiap habis Sholat Fardhu dpt mengantarkannya masuk ke dalam surga?
J : Ayat Kursi.

T : Ayat apakah yg diulang-ulang sbyk 31 kali dlm satu Surah dan di Surah apa?
J: Ayat فبأي آلاء ربكما تكذبانِ ) pada Surah al-Rahman.

T : Ayat apakah yg diulang-ulang sbyk 10 kali dlm satu Surah dan di surah apa? Apakah ayat ini ada juga disebut dlm surah lainnya? Di Surah apa?
J : Ayat (ويل يومئذ للمكذبين) pada Surah al-Mursalat, juga ada dlm Surah al-Muthaffifiin ayat No. 10.

T : Apakah Ayat terpanjang dlm *Al-Qur'an?* pada Surah apa? Ayat berapa? Dan apa yang dibahas?
J: *Ayat No 282 Surah al-Baqarah,* membahas muamalah dg sesama manusia dlm keuangan& hutang piutang
----------------------------------------------------- *💫Bermesraan lah dengan Al Qur'an* sebagaimana mesranya kita dgn dompet & gadget kita selama ini,  berdekatan lah dgn al quran sedekat kita dengan pasangan,anak-anak dan teman-teman kita hari ini...

*💫Bersahabat lah dengan Nya...* karena *Al Qur'an* tidak akan meninggalkan kita sbg _sahabat_ ketika yg lain berpaling, _dia akan datang sebagai syafaat bagi sahabat2 nya di akhirat kelak.._Aamiin!

*✨Yuk di share ke saudara kita yg lain agar jd investasi

Minggu, 01 Januari 2017

Harta Kita Yang Sebenarnya

Harta Kita yang Sebenarnya dan Renungan Bagi Penumpuk Harta karena Tamak
------------------------------------------------

Saudaraku
Jika direnungi, ternyata harta kita yang sesungguhnya hanya tiga saja, selebihnya memang harta kita tetapi hakikatnya bukan harta kita karena MAYORITAS harta sejatinya hanya kita tumpuk saja dan bisa jadi BUKAN kita yang menikmati, hanya sekedar dimiliki saja
Tiga harta sejati yang kita nikmati, itupun menikmati sementara saja yaitu
1. Makanan yang kita makan

Makanan yang di kulkas belum tentu kita yang menikmati semua. Makanan yang di gudang belum tentu kita yang menikmati semua. Uang yang kita simpan untuk beli makanan belum tentu kita yang menikmati

Ketika menikmati makanan pun ini hanya sesaat dari keseharian kita, hanya melewati lidah dan kerongkongan sebentar saja
2. Pakaian yang kita pakai

Termasuk sarana yang kita pakai seperti sepatu, kendaraan serta rumah kita. Ini yang kita nikmati. Akan tetapi inipun sementara saja karena pakaian bisa usang sedangkan rumah akan diwariskan
3. Sedekah

Ini adalah harta kita yang sebenarnya, sangat berguna di akkhirat kelak. Inipun berlalu sebentar dari genggaman kita di dunia
Selebihnya harta yang kita tumpul hakikatnya bukan harta kita, kita tidak menikmatinya atau hanya menikmati sesaat saja. Misalnya menumpuk harta:
– Rumah ada dua atau tiga, yang kita nikmati utamanya hanya satu rumah saja
-Uang tabungan di bank beratus-ratus juta atau miliyaran, yang kita nikmati hanya sedikit saja selebihnya kita hanya kita simpan
-Punya kebun yang luas, punya toko yang besar, hanya kita nikmati sesaat saja
Inilah yang dimaksud hadits, harta sejati hanya tiga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﺑْﻦُ ﺁﺩَﻡَ ﻣَﺎﻟِﻰ ﻣَﺎﻟِﻰ – ﻗَﺎﻝَ – ﻭَﻫَﻞْ ﻟَﻚَ ﻳَﺎ ﺍﺑْﻦَ ﺁﺩَﻡَ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻚَ ﺇِﻻَّ ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻠْﺖَ ﻓَﺄَﻓْﻨَﻴْﺖَ ﺃَﻭْ ﻟَﺒِﺴْﺖَ ﻓَﺄَﺑْﻠَﻴْﺖَ ﺃَﻭْ ﺗَﺼَﺪَّﻗْﺖَ ﻓَﺄَﻣْﻀَﻴْﺖَ
“Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu

begitu saja? ” (HR. Muslim no. 2958)
Riwayat yang lain,
ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﻣَﺎﻟِﻰ ﻣَﺎﻟِﻰ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻪِ ﺛَﻼَﺙٌ ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻞَ ﻓَﺄَﻓْﻨَﻰ ﺃَﻭْ ﻟَﺒِﺲَ ﻓَﺄَﺑْﻠَﻰ ﺃَﻭْ ﺃَﻋْﻄَﻰ ﻓَﺎﻗْﺘَﻨَﻰ ﻭَﻣَﺎ ﺳِﻮَﻯ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻬُﻮَ ﺫَﺍﻫِﺐٌ ﻭَﺗَﺎﺭِﻛُﻪُ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ
“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan. ” (HR. Muslim no. 2959)
BUKAN berarti seorang muslim harus miskin dan tidak boleh kaya. Tetapi gunakanlah kekayaan tersebut untuk membela agama dan membuat anda bahagia yang sejati sebagaimana perintah agama [1]
“Bahagia sejati adalah membuat orang lain bahagia”
Sebagaimana ungkapan indah 
 أسعد الناس من أسعد الناس
“As’adunnaasi man as’adan naasa”

“Manusia paling bahagia adalah yang membuat manusia lainnya bahagia”

Gunakan harta untuk membantu orang lain
“Semakin kaya, semakin dermawan. Bukan semakin meningkatkan gaya hidup”
Tidak lupa harta tersebut kita sisihkan untuk anak-dan cucu kita sebagai warisan yang cukup bagi mereka agar mereka tidak meminta-minta dan hidup layak.[2]
Semakin tua usia kita harusnya kita sadar harta yang kita tumpuk akan kita tinggalkan dengan kematian. Bukannya semakin tamak mengumpulkan harta dan melupakan bekal akhirat
Inilah yang diingatkan oleh Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam 
ﻳَﻬْﺮَﻡُ ﺍﺑْﻦُ ﺁﺩَﻡَ ﻭَﺗَﺒْﻘَﻰ ﻣِﻨْﻪُ ﺍﺛْﻨَﺘَﺎﻥِ ﺍﻟْﺤِﺮْﺹُ ﻭَﺍﻷَﻣَﻞُ
“Jika manusia berada di USIA TUA, ada dua hal yang tersisa baginya: sifat TAMAK dan banyak angan angan.” (HR. Ahmad, 3: 115, dishahihkan oleh Syaikh

Syu’aib Al Arnauth)
Terlalu banyak dalil mengenai fitnah/ujian harta yang membuat manusia lalai dan lupa akn akhirat. Semoga kita dilindungi dari fitnah ini. Amin
@Di antara bumi dan langit Allah, pesawat Lion Air Surabaya-Yogyakarta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com

Catatan kaki:
[1] Sesuai hadits,
ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﺍْﻷَﻋْﻤَﺎﻝِ ﺃَﻥْ ﺗُﺪْﺧِﻞَ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺧِﻴْﻚَ ﺍْﻟﻤـُﺆْﻣِﻦِ ﺳُﺮُﻭْﺭًﺍ 
“Seutama-utama amal adalah engkau memasukkan

kebahagiaan kepada saudaramu yang mukmin.” [HR Ibnu Abi ad-Dunya]

[2] Sebagaimana hadits
ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻥْ ﺗَﺬَﺭَ ﻭَﺭَﺛَﺘَﻚَ ﺃَﻏْﻨِﻴَﺎﺀَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻥْ ﺗَﺬَﺭَﻫُﻢْ ﻋَﺎﻟَﺔً ﻳَﺘَﻜَﻔَّﻔُﻮﻥَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ
“Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu kaya, itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin sehingga mereka terpaksa meminta-minta kepada sesama manusia.” (HR. Bukhari)



Shared from Muslim Afiyah for android http://bit.ly/MuslimAfiyah

Resepsi Pernikahan Islami


🔍 BAGAIMANAKAH RESEPSI PERNIKAHAN YANG ISLAMI? 

PERTANYAAN :
Bagaimanakah resepsi pernikahan yang islami?


JAWABAN :
Alhamdulillah.
Adapun melakukan resepsi pernikahan sesuai cara yang islami, maka hendaknya harus menjauhi perkara-perkara yang dilarang syariat YANG KINI DIANGGAP REMEH OLEH BANYAK ORANG dalam resepsi pernikahan.

📝 DI ANTARA LARANGAN-LARANGAN TERSEBUT :

🔴 Terkait dengan wanita
Pergi ke tukang rias rambut laki-laki non mahram lalu rambutnya dirias olehnya. Atau datang ke tukang rias perempuan lalu melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan, seperti menipiskan alis dengan mencabutnya, atau membuat tato, atau menyambung rambut dan perkara-perkara haram lainnya, karena Nabi shallallahu alaihi wasallam melaknat wanita-wanita yang mencukur alis atau minta dicukurkan alisnya, menyambung rambut atau yang minta disambungkan rambutnya. Atau meniru kaum kafir dalam pakaian mereka. Seringkali pakaian pengantin memperlihatkan bagian-bagian yang dapat mengundang fitnah, misalnya pakaiannya nyaris telanjang, ditambah lagi di dalamnya sering terdapat sikap menghambur-hamburkan harta. 

🔴 Terkait dengan laki-laki :
Mencukur jenggot pada malam resepsi, mereka lakukan hal itu dengan alasan agar berpenampilan menarik, padahal dia adalah perkara yang diharamkan syariat, kemudian juga isbal dalam pakaian.


📝 BERIKUT INI RINGKASAN PERKARA-PERKARA HARAM YANG HARUS DIJAUHI DALAM RESEPSI PERNIKAHAN :

1⃣ ikhtilath, bercampur baur antara laki-laki dan perempuan serta tindakan-tindakan di dalamnya, seperti saling memberi salam dan berjabat tangan, menari antara laki-laki dan perempuan, karena semua itu diharamkan dan keburukannya besar.

2⃣ Tidak melakukan photo, baik antara laki-laki maupun antara wanita.

3⃣ Minum khamar dan makan daging babi.

4⃣ Masuknya suami ke dalam ruangan wanita untuk mengambil isterinya.

5⃣ Pengantin wanita memakai pakaian terbuka, ketat dan pendek. Ini adalah pakaian yang diharamkan, apalagi jika dipakai di depan laki-laki.

6⃣ Tidak menghambur-hamburkan uang, berfoya-foya dan melakukan kefasikan, karena semua itu akan menghilangkan keberkahan.

7⃣ Kedua mempelai memakai cincin pinangan, hal ini menyerupai kaum kafir jika diyakini bahwa hal tersebut akan semakin menambah rasa cinta antara suami dan isteri.


📌 Akhirnya, HENDAKNYA SUAMI ISTRI MENYADARI BAHWA SEJAUH MANA RESEPSI PERNIKAHAN MEREKA SESUAI DENGAN NILAI-NILAI ISLAM, MAKA SEJAUH ITU PULA KEBERKAHAN DAN KERUKUNAN DALAM KELUARGA AKAN TERWUJUD DAN PROBLEM KEHIDUPAN RUMAHTANGGA DAPAT DIMINIMALISIR.

📌 NAMUN jika kehidupan suami isteri diawali dengan perkara-perkara munkar dan bertentangan dengan perintah Allah Azza  wa Jalla, maka jangan harap akan terjadi kerukunan setelah itu. Sering terjadi, kondisi keluarga yang di dalamnya terjadi penyimpangan dari ajaran Allah tidak berlangsung mulus. Maka hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dalam menyelenggarakan resepsi pernikahan dan jauhkan dari perkara-perkara yang dilarang dalam syariat.

Semoga Allah memberkahi. Kita mohon semoga anda mendapatkan taufiq beserta pasangan anda. Shalawat dan salam nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Wallahu a’lam.

________________________________

👤 Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid hafizhahullah

🌍 Islamqa.info

🌐 Telegram : ShahihFiqih 
➡️ Klik bit.ly/1S3K8sW 
 
📱 Instagram : ShahihFiqih  
➡️ Klik Instagram.com/ShahihFiqih