MENSYUKURI NI'MAT DENGAN MENUNTUT ILMU YANG BERMANFAAT
Ustadz Yazid Jawas hafizhahullah dalam Prinsip Dasar Islam menjelaskan:
Kewajiban Kita Atas Karunia yang Kita Terima
Sesungguhnya wajib bagi kita bersyukur kepada Allah Ta’ala dengan melaksanakan kewajiban terhadap-Nya, setiap muslim wajib bersyukur atas nikmat Islam yang telah diberikan Allah Ta’ala kepadanya. Seseorang yang tidak melaksanakan kewajibannya kepada orang lain yang telah memberikan sesuatu yang sangat berharga baginya, ia adalah orang yang tidak tahu berterimakasih. Maka, manusia yang tidak melaksanakan kewajibannya kepada Allah Ta’ala adalah manusia yang paling tidak tahu berterima kasih.
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” [QS. Al-Baqarah : [2]: 152]
Apakah kewajiban yang harus kita laksanakan kepada Allah Ta’ala yang telah memberikan karunia-Nya kepada kita? Jawabannya adalah karena Allah Ta’ala telah memberikan karunia-Nya kepada kita dengan petunjuk ke dalam Islam, maka bukti terima kasih kita yang paling baik adalah dengan beribadah hanya kepada Allah Ta’ala secara ikhlas, mentauhidkan Allah Ta’ala menjauhkan segala bentuk kesyirikan, ittiba’ (mengikuti) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam taat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dengan hal itu kita menjadi muslim yang benar. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang muslim yang benar, ia harus menuntut ilmu syari’i, ia harus belajar agama Islam, karena Islam adalah ilmu dan amal shalih. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus Allah Ta’ala dengan membawa keduanya.
Allah Ta’ala juga berfirman :
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
“Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” [QS. At-Taubah : [09] : 33]
Allah Ta’ala juga berfirman :
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
“Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi.” [QS. Al-Fath :28]
Yang dimaksud dengan اَلْهُدَى(PETUNJUK) ialah ILMU YANG BERMANFAAT, dan دِيْنُ الْحَقِّ (AGAMA YANG BENAR) adalah AMAL SHALIH. Allah Ta’ala mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjelaskan kebenaran dari kebatilan, menjelaskan tentang nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, hukum-hukum-Nya dan berita yang datang dari-Nya, memerintahkan semua yang bermanfaat bagi hati, ruh dan jasad. Beliau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah semata-mata karena Allah Ta’ala mencintai-Nya, berakhlak dengan akhlak yang mulia, beramal shalih, beradab dengan adab yang bermanfaat. Beliau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang perbuatan syirik, amal dan akhlak yang buruk yang berbahaya untuk hati dan badan, dunia dan akhirat.
Cara untuk mendapat hidayah dan mensyukuri nikmat Allah Ta’ala adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Menuntut ilmu merupakan jalan yang lurus (as-Shirath al Mustaqim) untuk memahami antara yang haq dan yang bathil, antara yang ma’ruf dan yang mungkar, antara yang bermanfaat dan yang mudharat (membahayakan), dan menuntut ilmu akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Seorang musliim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan ke-Islamannya, tanpa memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya itu haruslah dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam. Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi.
Seorang muslim diwajikan untuk menuntut ilmu syar’i
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
طَلَبُ الْعِلْمِ فِرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلمٍ.
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
... مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ.
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga.”
A. Pentingnya Ilmu Syar’i
KITA DAN ANAK_ANAK KITA AKAN TETAP SENANTIASA DITAMBAHKAN ILMU, HIDAYAH DAN ISTIQAMAH DI ATAS KETAATAN BILA KITA BESERTA KELUARGA MENUNTUT ILMU SYAR'I. HAL INI TIDAK BOLEH DIABAIKAN DAN TIDAK BOLEH JUGA DIANGGAP REMEH. Kita harus selalu bersikap penuh perhatian, serius serta sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu syar’i. kita akan tetap berada di atas ash-Shirathal Mustaqiim bila kita selalu belajar ilmu syar’i dan beramal shalih. Kalau kita tidak memperhatikan dua hal penting ini, bukan mustahil iman dan Islam kita akan terancam bahaya. Sebab, iman kita akan terus berkurang dikarenakan ketidaktahuan kita tentang Islam dan iman, kufur, syirik, dan dengan sebab banyaknya dosa dan maksiat yang kita lakukan! Bukankah iman kita jauh lebih berharga daripada hidup ini?
DARI SEKIAN BANYAK WAKTU YANG KITA HABISKAN UNTUK BEKERJA, BERUSAHA, BISNIS, BERDAGANG, KULIAH, DAN LAINNYA, APAKAH TIDAK BISA KITA SISISHKAN SEPERSEPULUHNYA UNTUK HAL-HAL YANG DAPAT MELINDUNGI IMAN KITA?
Saya tidak mengatakan bahwa setiap muslim harus menjadi ulama, membaca kitab-kitab tebal dan menghabiskan waktu sepuluh atau belasan tahun untuk usaha tersebut.MINIMAL SETIAP MUSLIM HARUS BISA MENYEDIAKAN WAKTUNYA SATU JAM SAJA SETIAP HARI UNTUK MEMPELAJARI ILMU PENGETAHUAN TENTANG AGAMA ISLAM. Itulah waktu yang paling sedikit yang harus disediakan oleh setiap muslim, baik remaja, pemuda, orang dewasa maupun yang sudah lanjut usia. Setiap muslim harus memahami esensi ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih menurut pemahaman para Salafush Shalih. Oleh karena itu, ia harus tahu tentang agama Islam dengan dalil dari Al-Qur’an dan as-Sunnah sehingga ia dapat mengamalkan Islam ini dengan benar. Tidak banyak waktu yang dituntut untuk memperoleh pengetahuan agama Islam. Bila ima
n kita lebih berharga dari segalanya, maka tidak sulit bagi kita untuk menyediakan waktu 1 jam (enam puluh menit) untuk belajar tentang Islam setiap hari dari waktu 24 jam (seribu empat ratus empat puluh menit).
Ilmu syar’i mempunyai keutamaan yang sangat besar dibandingkan denga harta yang kita miliki....
(Prinsip dasar Islam Menurut al Qur-an dan As Sunnah yang Shahih, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka At Taqwa, Juli 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar