SEBAB-SEBAB BERTAMBAHNYA IMAN
Orang-orang yang kita sebutkan di atas mengetahui bahwa keimanan seseorang dapat bertambah, semakin mantap dan semakin kokoh dengan amalan-amalan tertentu. Begitu pula sebaliknya, ada beberapa sifat dan amalan yang bisa mengurangi kadarnya. Mereka senantiasa mengerjakan amalan yang bisa mendongkrak iman mereka dan menjauhi sifat dan amalan yang dapat mengurangi kadarnya. Hal inilah yang mengantarkan mereka berhasil menjadi tokoh terkemuka dan orang-orang pilihan.
Allah yang Maha Suci menjadikan setiap hal yang disukai dan diinginkan mempunyai sebab dan cara untuk mendapatkannya. Perkara yang paling diinginkan dan disukai serta paling bermanfaat adalah iman. Allah menunjukkan banyak jalan untuk meraih, memperkuat atau menambah iman seseorang. Jika seorang hamba menjalaninya maka keyakinan dan keimanannya akan bertambah dan semakin kuat. Semua itu telah dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam kitabNya dan oleh RasulNya dalam Sunnah-sunnahnya.
Diantara jalan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari Ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Menurut Ibnu Rajab rahimahullah, “Ilmu yang bermanfaat adalah menguasai nash-nash Al Kitab dan as Sunnah, memahami makna-maknanya. Mengambil atsar dari para shahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in yang berkaitan dengan makna-makna al Qur-an dan al Hadits, serta perkara-perkara yang berkaitan dengan halal, haram, zuhud, kelembutan hati (raqa’iq) dan berbagai pengetahuan lainnya. Bersungguh-sungguh dalam membedakan yang shahih dengan yang dhaif dan bersungguh-sungguh dalam memahami makna atsar-atsar tersebut. Ilmu yang seperti ini sudah cukup bagi orang yang berakal dan cukup menyibukkan orang yang mencari kesibukan dengan ilmu yangbermanfaat ini” Ilmu yangbermanfaat adalah ilmu yang diamalkan. Maka ilmu yang dapat menambah keimanan adalah ilmu yang diamalkan.
Pintu-pintu ilmu syar’i yang dapat menambah keimanan diantaranya:
a. Membaca dan merenungkan Al Qur-an. Ini adalah pintu ilmu paling besar yang dapat menambah, memperkokoh, dan memperkuat keimanan.
b. Mengenal nama-nama dan shifat Allah. Mengenal Asmaul Husna dan Shifat shifat Allah yang terdapat dalam al Kitab dan as Sunnah serta segala hal yang dapat menunjukkan kesempurnaan Allah yang mutlak merupakan pintu ilmu yang paling besar.
c. Memperhatikan Sirah (perjalanan hidup) Nabi yang mulia shallallahu ‘alihi wa sallam. Memperhatikan sirah Nabi yaitu dengan memperhatikan sifat-sifat Nabi, akhlaknya yang mulia,dan perilakunya yang terpuji. Beliau dipercaya Allah untuk menerima wahyuNya, orang terbaik di antara makhlukNya, utusanNy bagi seluruh hambaNya, dan seorang utusan yang membawa agama dan manhaj yang lurus. Maka mempelajari Sirah Nabi merupakan pintu ilmu yang penting untuk mengupayakan bertambahnya iman kita.
d. Memperhatikan keindahan ajaran agama Islam. Seluruh ajaran agama Islam sangatlah indah. Aqidahnya paling benar, paling jujur, dan paling bermanfaat. Akhlaknya paling terpuji dan paling bagus. Amalan dan hukumnya paling baik dan paling adil.
e. Membaca Sirah Salaf (pendahulu) umat ini. Mereka adalah generasi terbaik, manusia terbaik. Mereka adalah saksi sejarah peristiwa-peristiwa besar. Mereka adalah orang-orang yang membawa agama ini kepada generasi setelah mereka. Merekalah orangyang paling kuat Imannya, paling kokoh ilmunya, paling bagus hatinya, dan paling suci jiwanya.
2. Merenungkan Ayat-ayat Kauniyah
Memikirkan dan memperhatikan ayat-ayat dan makhluq ciptaan Allah yang beraneka ragam dan menakjubkan seperti langit, bumi, matahari, bulan, planet, bintang, malam, siang, gunung, pepohonan, laut, sungai, dan berbagai ciptaan Allah lainnya yang tidak terhitung jumlahnya merupakan salah satu pendorong keimanan dan salah satu sebab paling bermanfaat dalam memperkuat keimanan.
Perhatikanlah langit! Ia begitu tinggi, luas dan kokoh. Tidak ada tiang penyangga di bawahnya dan tidak ada tali menggantung di atasNya.
Perhatikanlah bumi! Dia Subhanallah menciptakannya sebagai hamparan yang membentang. Dia menjadikan di dalamnya sumber rezeki, makanan, dan penghidupan untuk hamba-hambaNya.
Perhatikan pula gunung! Dia menjadikannya untuk meneguhkan bumi dan menjadikannya pasak yang menjaganya agar tidak goyah!
Perhatikan pula angin yang lembut yang berhembus di antara langit dan buni yang dapat dirasakan dan diketahui keberadaannya ketika berhembus tetapi tidak terlihat bentuknya.
Perhatikanlah awan yang berarak-arak antara langit dan bumi. Awan berjalan berkelompok-kelompok kemudian tersusun dan terkumpul satu dengan lainnya, lalu gumpalan itu digiring oleh angin, inilah yang dinamakan olehNya dengan lawaqih. Selanjutnya awan itu digiring ke atas daerah yang membutuhkannya. Setelah Allah meratakan awan tersebut, Allah mencurahkan hujan. Perhatikanlah lautan! Jika bukan karena penjagaan Rabb Tabaraka Wa Ta’ala terhadapnya dengan kekuasaan, kehendak, dan penahanan dariNya, maka air laut tersebut akan meluap dan memenuhi seluruh permukaan bumi.
Perhatikan matahari dan bulan ketika terbit dan tenggelam sehingga terjadi pergantian siang dan malam!
Perhatikan macam-macam hewan dan tumbuhan yang berbeda jenis satu sama lain!
Dan secara khusus perhatikanlah penciptaan Allah atas dirimu sendiri wahai manusia! Darimanakah engkau diciptakan? Dari nuthfah yang berasal dari air yang hina! Kemudian Alah mengubahnya menjadi ‘alaqah kemudian menjadi mudhghah sampai Allah sempurnakan penciptaan manusia dengan sebaik-baik penciptaan!
3. Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan, memperbanyak, dan menjaga amal shalih dengan ikhlas mengharap wajah Allah
Amalan-amalan dalam Islam terbagi menjadi:
a. Amalan Hati
Contoh amalan hati adalah: ikhlas, cinta, tawakkal, inabah, harap (roja), takut (khouf), khawatir, inabah, ridha, sabar dan lain-lain. Amalan hati pada hakekatnya merupakan dasar agama, pangkal segala urusan dan perkara yang paling penting. Dalam mengerjakan amalan hati manusia dibagi menjadi tiga tingkatan sebagaimana dalam hal amalan badan: ada orang yang berbuat dzalim terhadap dirinya, ada yang tengah-tengah, dan ada yang berseger
a mengerjakan berbagai kebaikan.
b. Amalan Lisan
Adapun berkaitan dengan amalan lisan, seperti dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, memuji dan menyanjungNya, membaca kitabNya, membaca shalawat dan salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengajak kepada yang baik, melarang dari perbuatan mungkar, membaca tasbih, beristighfar, berdoa, dan amalan-amalan lisan lainnya, maka tidak diragukan lagi bahwa menegakkan, selalu menjaga, dan memperbanyak amalan-amalan tersebut termasuk sebab-sebab paling besar dalam menambah keimanan.
c. Amalan Anggota Badan
Adapun contoh amalan anggota badan seperti shalat, puasa haji, shadaqah, jihad dan ibadah lainnya. Allah Ta’ala menyebutkan delapan sifat orang beriman yang mengaitkan dengan amalan anggota badan dalam surat al Mu’minun. Delapan sifat ini masing-masing akan menghasilkan dan menumbuhkan keimanan. Kedelapan sifat ini juga termasuk sifat-sifat keimanan dan termasuk tafsir dari iman. Delapan sifat itu adalah:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ* الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ* وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ* وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ* وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ* إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ* فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ* وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ* وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ* أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ* الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ*
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat
-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (Terjemahan Asbab Ziyadatil Iman, Syaikh Abdurrozzaq hafizhahullah. Diterbitkan Media Hidayah Jogja)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar