KAPAN DIANJURKAN MENGUCAPKAN MAASYAA ALLAH ?
“Mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaallaah, laa
quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS. al-Kahfi: 39)
Apabila kalian melihat ada sesuatu yang mengagumkan pada saudaranya atau dirinya
atau hartanya, hendaknya dia mendoakan keberkahan untuknya. Karena serangan ain
itu benar. (HR. Ahmad 15700, Bukhari dalam at-Tarikh 2/9 dan dishahihkan Syuaib
al-Arnauth).
KAPAN DIANJURKAN MENGUCAPKAN SUBHANALLAH ?
ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢَ ﻻَ ﻳَﻨْﺠُﺲُ
Subhanallah, sesungguhnya muslim itu tidak najis. (HR. Bukhari 279)
Kasus kedua, ada seorang wanita yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menanyakan bagaimana cara membersihkan bekas haid setelah suci. Beliau
menyarankan, “Ambillah kapas yang diberi minyak wangi dan bersihkan.”
Wanita ini tetap bertanya, “Lalu bagaimana cara membersihkannya.”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa malu untuk menjawab dengan detail,
sehingga beliau hanya mengatakan,
ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻄَﻬَّﺮِﻯ ﺑِﻬَﺎ
“Subhanallah.., ya kamu bersihkan pakai kapas itu.”
Kasus ketiga, Aisyah pernah ditanya seseorang,
“Apakah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat Allah?”
Aisyah langsung mengatakan,
ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﻘَﺪْ ﻗَﻒَّ ﺷَﻌْﺮِﻯ ﻟِﻤَﺎ ﻗُﻠْﺖ
Subhanallah, merinding bulu romaku mendengar yang kamu ucapkan. (HR. Muslim
459).
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, bahwa pernah suatu malam, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam terbangun dari tidurnya.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎﺫَﺍ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﺍﻟﻠَّﻴْﻠَﺔَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻔِﺘَﻦِ
“Subhanallah, betapa banyak fitnah yang turun di malam ini.” (HR. Bukhari 115)
Dari Muhammad bin Jahsy radhiallahu ‘anhu , “Suatu ketika, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melihat ke arah langit, kemudian beliau bersabda,
ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎﺫَﺍ ﻧُﺰِّﻝَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺘَّﺸْﺪِﻳﺪِ
“Subhanallah, betapa berat ancaman yang diturunkan ….”
Kemudian, keesokan harinya, hal itu saya tanyakan kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam , ‘Wahai Rasulullah, ancaman berat apakah yang diturunkan?’
Beliau menjawab,
ﻭَﺍﻟَّﺬِﻯ ﻧَﻔْﺴِﻰ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﺭَﺟُﻼً ﻗُﺘِﻞَ ﻓِﻰ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺛُﻢَّ
ﺃُﺣْﻴِﻰَ ﺛُﻢَّ ﻗُﺘِﻞَ ﺛُﻢَّ ﺃُﺣْﻴِﻰَ ﺛُﻢَّ ﻗُﺘِﻞَ ﻭَﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺩَﻳْﻦٌ ﻣَﺎ ﺩَﺧَﻞَ
ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻘْﻀَﻰ ﻋَﻨْﻪُ ﺩَﻳْﻨُﻪُ
‘Demi Allah, yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya ada seseorang yang
terbunuh di jalan Allah, lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan
Allah), lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), sementara
dia masih memiliki utang, dia tidak masuk surga sampai utangnya dilunasi.'” (HR.
Nasa’i 4701 dan Ahmad 22493; dihasankan al-Albani).M
Kata Ali Qori, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan subhanallah karena
takjub (keheranan) melihat peristiwa besar yang turun dari langit. (Mirqah al-
Mafatih, 5/1964).
Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Suatu hari aku berjunub dan aku melihat
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berjalan bersama para sahabat, lalu
aku menjauhi mereka dan pulang untuk mandi junub. Setelah itu aku datang
menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda: ‘Wahai
Abu Hurairah, mengapakah engkau malah pergi ketika kami muncul?’ Aku
menjawab: ‘Wahai Rasulullah, aku kotor (dalam keadaan junub) dan aku
tidak nyaman untuk bertemu kalian dalam keadaan junub. Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Subhanallah, sesungguhnya mukmin
tidak najis.” (HR. Tirmizi)
Dalam Al-Quran, ungkapan Subhanallah digunakan dalam menyucikan Allah
dari hal yang tak pantas (hal buruk), misalnya
“Mahasuci Allah dari mempunyai anak, bahkan apa yang ada di langit dan
bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya”, juga digunakan
untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal menjijikkan semacam syirik
(QS. Al Baqarah(2) : 116).
Ungkapan Subhanallah tepatnya digunakan untuk mengungkapkan
“ketidaksetujuan atas sesuatu”. Misalnya, begitu mendengar ada keburukan,
kejahatan, atau kemaksiatan, kita katakan Subhanallah (Mahasuci Allah dari
keburukan demikian).
Ucapan Masya Allah
Masya Allah artinya “Allah telah berkehendak akan hal itu”. Ungkapan
kekaguman kepada Allah dan ciptaan-Nya yang indah lagi baik. Menyatakan
“semua itu terjadi atas kehendak Allah”.
Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat hal yang baik dan indah.
Ekspresi penghargaan sekaligus pengingat bahwa semua itu bisa terjadi
hanya karena kehendak-Nya.
#pict from google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar