Minggu, 27 Desember 2015

Pahala Sesuai Niat

Seseorang Diberi Pahala Sesuai kadar Niatnya...

Ibnul Mubarak rahimahullah pernah mengatakan,

رب عمل صغير تعظمه النية، ورب عمل كبير تصغره النية

“Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar (pahalanya) karena sebab niat. Dan betapa banyak amalan yang besar menjadi kecil (pahalanya) karena sebab niat.” (Al Ikhlas wan Niyyah).

Apakah Niat Itu?

Secara bahasa niat artinya القصدُ (keinginan atau tujuan), sedangkan makna secara istilah niat adalah keinginan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Niat letaknya ada di dalam hati dan tidak dilafadzkan.

Fungsi Niat

Fungsi niat dalam amalan seorang hamba adalah,

1. Membedakan antara ibadah dengan rutinitas (membedakan tujuan suatu perbuatan).
Misalnya, seseorang membasahi seluruh badannya dengan niat untuk menyegarkan badan, kemudian ada seorang yang lain membasahi seluruh badannya dengan niat mandi junub. Maka, mandinya orang yang kedua bernilai ibadah sedangkan mandinya orang yang pertama hanya bernilai rutinitas.

2. Membedakan antara satu ibadah dengan ibadah yang lain.
Misalnya, seseorang melakukan shalat dua raka’at dengan niat untuk melakukan shalat sunnah, kemudian seorang yang lain melakukan shalat dua raka’at dengan niat untuk melakukan shalat wajib. Maka amal kedua orang tersebut terbedakan karena sebab niatnya.

Dengan demikian, fungsi niat adalah membedakan antara ibadah dengan rutinitas dan membedakan antara ibadah yang satu dengan yang lainnya. Makna niat yang pertama yaitu membedakan tujuan suatu perbuatan, yang membedakan apakah suatu ibadah semata-mata ikhlas karena Allah atau karena yang lainnya.

Pahala Sesuai dengan Kadar Niatnya…

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka ia akan mendapat pahala hijrah menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin diperolehnya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka ia mendapatkan hal sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Saudariku yang semoga dirahmati Allah, hadits di atas menjelaskan kepada kita bahwa sesungguhnya kita akan mendapatkan pahala sesuai dengan kadar niat yang ada dalam hati kita. Semakin tinggi tingkat ketulusan dan keikhlasan kita, semakin besar pula pula balasannya di akhirat dan semakin tinggi pula martabat kita di sisi Allah Ta’ala. Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan contoh kepada kita, bahwa siapa saja yang berhijrah dengan tujuan mencari keridhaan Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa saja yang berhijrah dengan tujuan untuk memperoleh dunia atau karena ingin menikahi seorang wanita, maka dia pun akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang dia niatkan.

Niat yang ikhlas, selain mendatangkan keridhaan dan pahala Allah Ta’ala, juga akan meneguhkan hati kita disaat ujian datang. Dan hati kita akan tetap lapang, bagaimanapun hasil yang kita raih setelah usaha dan do’a.

Oleh karena itu saudariku, aku nasehatkan untuk diriku dan untukmu agar senantiasa memperbaiki niat dari setiap perbuatan kita, karena Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Maidah: 27).

Allah Ta’ala juga berfirman,

لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا

“Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al Mulk: 2)

Lihatlah saudariku, Allah tidaklah menyebutkan amal yang paling banyak, akan tetapi Dia menyebutkan amal yang paling baik. Lalu, seperti apakah amal yang paling baik itu?

Seorang ulama salaf, Al Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah menjelaskan ayat di atas tentang apa itu amal yang paling baik. Beliau mengatakan,

أخلصه وأصوبه. إن العمل إذا كان خالصا ولم يكن صوابا لم يقبل، وإذا كان صوابا ولم يكن خالصا لم يقبل

“Amal yang paling ikhlas dan paling benar. Sesungguhnya suatu amal jika dia dikerjakan dengan ikhlas namun tidak benar maka amal tersebut tidak diterima. Dan suatu amal jika dia dikerjakan dengan cara yang benar namun tidak disertai dengan niat yang ikhlas maka amal tersebut juga tidak diterima.”

Suatu amal tidak akan diterima hingga ia dikerjakan dengan hati yang ikhlas dan dengan cara yang benar. Ikhlas adalah mengerjakan amal karena Allah. Adapun dikerjakan dengan cara yang benar adalah apabila ia sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Saudariku, sudah sepantasnya bagi kita untuk senantiasa memperbanyak doa kepada Allah agar Dia menjadikan setiap amal kita ikhlas karena-Nya. Karena Dia-lah Dzat yang memegang hati-hati kita, Dia-lah Dzat yang membolak-balikkan hati kita. Hanya dengan pertolangan-Nya saja kita mampu untuk ikhlas dalam setiap amal yang kita kerjakan.

Selengkapnya baca di: https://muslimah.or.id/7034-seseorang-diberi-pahala-sesuai-kadar-niatnya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar