Jumat, 06 Mei 2016

Bekal Penting Menyambut Ramadhan

๐Ÿ“š BEKAL PENTING MENYAMBUT RAMADHAN

 

Tak terasa, bulan Ramadhan sudah begitu dekat dengan kita. Bila tahun lalu kita masih merasa kurang maksimal dalam memanfaatkannya, mari di Ramadhan tahun ini kita berusaha lebih semangat lagi untuk mengisi waktu-waktu yang ada dengan berbagai amal saleh. Sebagai seorang muslim, sebelum beramal saleh, kita harus berbekal ilmu agama. Sehingga amalan kita benar-benar diterima oleh Allah ta’ala, tidak sia-sia begitu saja. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk membuka kembali lembaran-lembaran yang berisi teori seputar puasa. 

Imam al-Bukhari membuat bab di dalam kitab Shahih al-Bukhari: 

ุจَุงุจ ุงู„ْุนِู„ْู…ُ ู‚َุจْู„َ ุงู„ْู‚َูˆْู„ِ ูˆَุงู„ْุนَู…َู„ِ

Bab: Berilmu Sebelum Berkata dan Beramal

Seseorang tidak akan mengetahui cara berwudhu dengan benar kecuali dengan ilmu. Ia tidak mungkin tahu tatacara sholat yang benar melainkan dengan ilmu. Bila ia menginginkan umroh dan hajinya diterima oleh Allah subhanahu wa ta'ala maka manasiknya harus didasari dengan ilmu. Demikian pula dengan puasa. Ada beberapa hal penting seputarnya, dan itu dapat menjadi penentu diterima atau tidaknya amalan kita. Maka itu, sekali lagi, mari kita kembali mengaji teori seputar puasa. 

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata di dalam kitabnya Miftah Daar as-Sa’aadah (I/302-303): 

ุงู„ุนِู„ْู…ُ ุฅู…ุงู…ُ ุงู„ْุนَู…َู„ِ، ูˆَู‚َุงุฆِุฏٌ ู„َู‡ُ، ูˆَุงู„ْุนَู…َู„ُ ุชَุงุจِุนٌ ู„َู‡ُ، ูˆَู…ُุคْุชَู…ٌّ ุจِู‡ِ، ูَูƒُู„ُّ ุนَู…َู„ٍ ู„ุงَ ูŠَูƒُูˆْู†ُ ุฎَู„ْูَ ุงู„ْุนِู„ْู…ِ ู…ُู‚ْุชَุฏِูŠًุง ุจِู‡ِ؛ ูَู‡ُูˆَ ุบَูŠْุฑُ ู†َุงูِุนٍ ู„ِุตَุงุญِุจِู‡ِ، ุจَู„ْ ู…َุถَุฑَّุฉٌ ุนَู„َูŠْู‡ِ، ูƒَู…َุง ู‚َุงู„َ ุจَุนْุถُ ุงู„ุณَّู„َูِ: ู…َู†ْ ุนَุจَุฏَ ุงู„ู„َّู‡َ ุจِุบَูŠْุฑِ ุนِู„ْู… ِูƒุงَู†َ "ู…َุง ูŠُูْุณِุฏُ ุฃَูƒْุซَุฑُ ู…ِู€ู…َّุง ูŠُุตْู„ِุญُ.

“Ilmu adalah imamnya amalan dan pemimpin baginya. Sedangkan amalan mengikuti ilmu dan bermakmum kepadanya. Maka itu, setiap ilmu yang tidak mengikuti di belakang ilmu, maka tidak akan bermanfaat bagi pelakunya. Bahkan (sebaliknya) akan membahayakannya. Sebagaimana perkataan sebagian generasi salaf: “Siapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, niscaya ia akan lebih banyak merusak dari pada memperbaiki.”

Kemudian beliau rahimahullah melanjutkan: 

ูˆَุงู„ْุฃَุนْู…َุงู„ُ ุฅู†َّู…َุง ุชَุชَูَุงูˆَุชُ ูِูŠ ุงู„ْู‚َุจُูˆْู„ِ ูˆَุงู„ุฑَّุฏِّ ุจِุญَุณَุจِ ู…ُูˆَุงูَู‚َุชِู‡َุง ู„ِู„ْุนِู„ْู…ِ، ูˆَู…ُุฎَุงู„َูَุชِู‡َุง ู„َู‡ُ، ูَุงู„ْุนَู…َู„ُ ุงู„ْู…ُูˆَุงูِู‚ُ ู„ِู„ْุนِู„ْู…ِ ู‡ُูˆَ ุงู„ْู…َู‚ْุจُูˆْู„ُ، ูˆَุงู„ْู…ُุฎَุงู„ِูُ ู„َู‡ُ ู‡ُูˆَ ุงู„ْู…َุฑْุฏُูˆْุฏُ. ูَุงู„ْุนِู„ْู…ُ ู‡ُูˆَ ุงู„ْู…ِูŠْุฒَุงู†ُ، ูˆَู‡ُูˆَ ุงู„ْู…ِุญَูƒُّ، ู‚َุงู„َ ุชَุนَุงู„َู‰: ((ุงู„َّุฐِูŠْ ุฎَู„َู‚َ ุงู„ْู…َูˆْุชَ ูˆَุงู„ْุญَูŠَุงุฉَ ู„ِูŠَุจْู„ُูˆَูƒُู…ْ ุฃَูŠُّูƒُู…ْ ุฃَุญْุณَู†ُ ุนَู…َู„ًุง ูˆَู‡ُูˆَ ุงู„ْุนَุฒِูŠْุฒُ ุงู„ْุบَูُูˆْุฑُ)) [ุงู„ْู…ُู„ْูƒُ: 2] ู‚َุงู„َ ุงู„ْูُุถَูŠْู„ُ ุจْู†ُ ุนِูŠَุงุถ: ู‡ُูˆَ ุฃَุฎْู„َุตُ ุงู„ْุนَู…َู„ِ ูˆَุฃَุตْูˆَุจُู‡ُ. ู‚َุงู„ُูˆْุง: ูŠَุง ุฃَุจَุง ุนَู„ِูŠٍّ! ู…َุง ุฃَุฎْู„َุตُู‡ُ ูˆَุฃَุตْูˆَุจُู‡ُ؟ ู‚َุงู„َ: ุฅู†َّ ุงู„ْุนَู…َู„َ ุฅِุฐَุง ูƒَุงู†َ ุฎَุงู„ِุตًุง ูˆَู„َู€ู…ْ ูŠَูƒُู†ْ ุตَูˆَุงุจًุง ู„َู€ู…ْ ูŠُู‚ْุจَู„ْ؛ ูˆَุฅِุฐَุง ูƒَุงู†َ ุตَูˆَุงุจًุง ูˆَู„َู€ู…ْ ูŠَูƒُู†ْ ุฎَุงู„ِุตًุง ู„َู€ู…ْ ูŠُู‚ْุจَู„ْ، ุญَุชَّู‰ ูŠَูƒُูˆْู†َ ุฎَุงู„ِุตًุง ูˆَุตَูˆَุงุจًุง. ูَุงู„ْุฎَุงู„ِุตُ ุฃَู†ْ ูŠَูƒُูˆْู†َ ู„ِู„َّู‡ِ، ูˆَุงู„ุตَّูˆَุงุจُ ุฃَู†ْ ูŠَูƒُูˆْู†َ ุนَู„َู‰ ุงู„ุณُّู†َّุฉِ. 

“Dan amalan-amalan itu berbeda-beda dalam hal diterima atau tidaknya tergantung kepada kesesuaian atau tidaknya terhadap ilmu. Amalan yang sesuai dengan ilmu, itulah yang diterima. Sedangkan yang menyelisihinya, itulah yang tertolak. Jadi, ilmu adalah timbangan dan barometernya. Allah ta’ala berfirman: “Dia yang menciptakan mati dan hidup, supaya menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [QS. al-Mulk: 2] al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata: “(Yang paling baik amalnya) yaitu yang paling ikhlas amalnya dan paling benar.” Orang-orang bertanya: ”Wahai Abu Ali, seperti apakah yang paling ikhlas dan paling benar?” Ia menjawab: “Sesungguhnya amalan itu, apabila ikhlas namun tidak benar maka tidak diterima, dan apabila benar namun tidak ikhlas maka tidak diterima, hingga benar-benar ikhlas dan benar. Ikhlas yaitu hanya untuk Allah, dan benar yakni sesuai dengan sunnah (tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam).”

Oleh karena itu, marilah kita menyambut Ramadhan dengan ilmu. Ilmu termasuk seutama-utama bekal untuk menyambutnya. Masih banyak waktu tersisa untuk mempelajari kembali teori-teori penting seputar puasa. 

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala mempertemukan kita dengan Ramadhan dan memberikan kemudahan kepada kita untuk beramal saleh pada hari-harinya dengan penuh ikhlas dan sesuai dengan petunjuk Nabi mulia shallallahu alaihi wa sallam.

 

๐Ÿ‡ฒ๐Ÿ‡จ Bagian Indonesia 
๐Ÿ•‹ ICC DAMMAM KSA 
๐Ÿ—“ [28/07/1437 H]
============================
Berlangganan Tulisan: 
๐Ÿ’ก Via WhatsApp +966556288679 
๐Ÿ’ก Via Telegram @iccdammamksa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar