Apakah Berakhlak Baik Terhitung Sebagai Ibadah ?
orang yang mulia dan
Berakhlak baik terhitung sebagai ibadah yang paling agung nilainya; dan banyak orang yang tidak menyadari akan hal ini.
Ibnu Rajab berkata, “Banyak orang menyangka bahwa yang namanya ‘takwa’ itu sekedar menunaikan hak Allah saja, tanpa mengindahkan hak-hak sesama manusia…” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam I/454).
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam pernah ditanya tentang penyebab utama seseorang masuk Jannah, maka beliau menjawab,
“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik”,
dan ketika ditanya tentang penyebab utama seseorang masuk Naar, beliau menjawab,
“Mulut dan kemaluan.”(HR. At-Tirmidzi, Hasan Shahih).
Seseorang yang beriman dan berakhlak mulia akan menempati jannah yang paling tinggi ! Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda,
أنا زعيمٌ ببيتٍ في ربض الجنة لمن ترك المراء، وإن كان محقاً، وببيتٍ في وسط الجنة لمن ترك الكذب، وإن كان مازحاً، وببيتٍ في أعلى الجنة لمن حسن خلقه
“Aku menjamin sebuah rumah di tepi Jannah bagi orang yang meninggalkan percekcokan meskipun ia benar; dan sebuah rumah di tengah Jannah bagi orang yang meninggalkan kedustaan meski sekedar bercanda; dan sebuah rumah di puncak Jannah bagi orang yang luhur akhlaknya.”(HR. Abu Dawud).
Seluruh kebaikan terhimpun dalam akhlak yang baik; Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda,
ا لْبِرُّ حُسْنُ ا لْخُلُقِ
“Kebaikan itu (sesungguhnya) ialah perangai yang baik.” (HR. Muslim).
Simaklah, bagaimana Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu mempersaksikan perangai Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam; ia berkata,
“Memang, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam adalah orang yang paling baik perangainya” (Muttafaq ‘alaih).
Wajah beliau shallallahu ‘alayhi wasallam senantiasa diliputi perasaan ceria, senang, dan optimis. Beliau tidak pernah bermuka masam maupun cemberut;
Jarir bin Abdullah mengisahkan,
“Tak pernah Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam menatapku, melainkan beliau tersenyum…” (HR. Al-Bukhari).
Allah Azza wa jalla sendiri menyifatinya dengan kata-kata,
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS. Al-Qalam: 4).
Orang beriman yang berakhlak mulia akan menjadi teman duduk Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam di akhirat kelak. Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّى مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا
“Sesungguhnya orang-orang yang paling kucintai di antara kalian, dan paling dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat ialah yang paling baik akhlaknya.”(HR. At-Tirmidzi).
Namun demikian, sebagian orang suka meremehkan dalam menunaikan hak orang lain; mereka mengira bahwa kesempurnaan ibadah itu cukup diraih dengan memperbaiki hubungan antara dia dengan Allah Ta’ala saja, tanpa mengindahkan hubungannya dengan sesama manusia.
Ibnu Rajab berkata : “Sering kali orang-orang yang penuh perhatian dalam menunaikan hak-hak Allah atas dirinya; yang menundukkan kecintaan dan rasa takut mereka hanya dalam ketaatan kepada Allah. Sering kali orang-orang seperti ini justru menelantarkan hak orang lain, atau meremehkannya. Memang, menggabungkan antara memenuhi hak Allah dan hak sesamanya amatlah sulit; tidak ada yang sanggup merealisasikannya selain manusia-manusia sempurna dari kalangan para Nabi dan shiddieqien…”(Jaami’ul Ulum wal Hikam, I/454).
Tidak semua orang mendapatkan taufik untuk bisa menyatukan hak Allah dan hak sesamanya.
Al-Muhasiby berkata,“Ada tiga hal yang amat langka: Paras rupawan yang terjaga kehormatannya, orang yang berakhlak baik yang taat beragama, dan persaudaraan yang baik yang dibarengi sifat amanah”.
***
Disalin dengan pengeditan seperlunya dari buku Langkah Pasti Menuju Bahagia, karya Dr. Abdul Muhsin bin Muhammad Al-Qasim, Daar An-Naba’.
Artikel wanitasalihah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar