Rabu, 01 Maret 2017

Bagaimana Cara Memusnahkan Mushaf Yang Tidak Difungsikan?

*Bagaimana cara memusnahkan mushaf  yang tidak difungsikan ?*

Pertama, Mushaf bekas itu dikubur dalam tanah.

Ini adalah keterangan madzhab hanafi dan hambali.

Al-Hasfaki, ulama madzhab hanafi mengatakan,

الْمُصْحَفُ إذَا صَارَ بِحَالٍ لَا يُقْرَأُ فِيهِ : يُدْفَنُ ؛ كَالْمُسْلِمِ

“Mushaf yang tidak lagi bisa terbaca, dikubur, sebagaimana seorang muslim.” (ad-Dur al-Mukhtar, 1/191).

Ulama lain yang memberikan catatan kaki untuk ad-Dur al-Mukhtar mengatakan,

أي يجعل في خرقة طاهرة ، ويدفن في محل غير ممتهن ، لا يوطأ

Maksudnya, lembaran mushaf itu diletakkan di kain yang suci, kemudian dikubur di tempat yang tidak dihinakan (seperti tempat sampah), dan tidak boleh diinjak.

Al-Bahuti mengatakan,

“Jika ada mushaf Alquran yang sudah usang maka dia dikubur, berdasarkan ketegasan dari Imam Ahmad. Imam Ahmad menyebutkan bahwa Abul Jauza mushafnya telah usang. Kemudian beliau menggali di tanah masjidnya lalu menanamnya dalam tanah.” (Kasyaf al-Qana’, 1:137)

Hal ini pula yang difatwakan Syaikhul Islam,

وأما المصحف العتيق والذي تَخرَّق وصار بحيث لا ينتفع به بالقراءة فيه ، فإنه يدفن في مكان يُصان فيه ، كما أن كرامة بدن المؤمن دفنه في موضع يصان فيه

“Mushaf yang sudah tua atau rusak sehingga tidak bisa dibaca, dia kubur di tempat yang terlindungi. Sebagaimana kehormatan jasad seorang mukmin, dia harus dikubur di tempat yang terlindungi (bukan tempat kotor dan tidak boleh diinjak)” (Majmu’ Fatawa, 12/599).

Kedua, mushaf yang rusak itu dibakar.

Ini merupakan pendapat Malikiyah dan Syafiiyah. Tindakan ini meniru kebijakan yang dilakukan oleh Khalifah Utsman radhiyallahu ‘anhu, setelah beliau menerbitkan mushaf induk ‘Al-Imam’, beliau memerintahkan untuk membakar semua catatan mushaf yang dimiliki semua sahabat. Semua ini dilakukan Utsman untuk menghindari perpecahan di kalangan umat islam yang tidak memahami perbedaan cara bacaan Alquran.

Salah satu saksi sejarah, Mus’ab bin Sa’d mengatakan,

أدركت الناس متوافرين حين حرق عثمان المصاحف ، فأعجبهم ذلك ، لم ينكر ذلك منهم أحد

“Ketika Utsman membakar mushaf, saya menjumpai banyak sahabat dan sikap Utsman membuat mereka heran. Namun tidak ada seorangpun yang mengingkarinya.” (HR. Abu Bakr bin Abi Daud, dalam al-Mashahif, hlm. 41).

Diantara tujuan membakar Alquran yang sudah usang adalah untuk mengamankan firman Allah dan nama Dzat Yang Maha Agung dari sikap yang tidak selayaknya dilakukan, seperti diinjak, dibuang di tempat sampah atau yang lainnya.

وفى أمر عثمان بتحريق الصحف والمصاحف حين جمع القرآن جواز تحريق الكتب التي فيها أسماء الله تعالى ، وأن ذلك إكرام لها ، وصيانة من الوطء بالأقدام ، وطرحها في ضياع من الأرض

“Perintah Utsman untuk membakar kertas mushaf ketika beliau mengumpulkan Alquran, menunjukkan bolehnya membakar kitab yang disitu tertulis nama-nama Allah ta’ala. Dan itu sebagai bentuk memuliakan nama Allah dan menjaganya agar tidak terinjak kaki atau terbuang sia-sia di tanah (Syarh Shahih Bukhari, 10/226)

Demikian, Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

📢 *Republished By:*
🌐 📝📢📌AL-ILMU

🔊 [ 📖 ] BBG Al-Ilmu 

➡️📌Silakan Link Joint Channel Telegram AL-ILMU 
https://telegram.me/bbgalilmu.

📬WhatsApp Group khusus *Ikhwan* 
https://chat.whatsapp.com/D9ZvLliAwmOCisVfB1fVGG

📱 Info Kajian Rutin, 
https://www.facebook.com/JadwalKajianSunnah/

💻 Website AL-Ilmu : http://bbg-alilmu.com
 
🌴🌹🌷🌻🌷🌹🌴

Tidak ada komentar:

Posting Komentar