Kamis, 06 Maret 2014

Kemana Menyekolahkan Anak

KEMANA MENYEKOLAHKAN ANAK (TAFSIR SURAT RUM:7)

Ustadz Aunur Rafiq bin Ghufran hafizahullah menjelaskan:

Allah Ta'ala berfirman yang artinya:

Mereka Hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (Q.S Ar-Rum (30 : 7).

Ayat di atas merupakan peringatan keras bagi orang yang hanya mementingkan urusan dunia sedangkan urusan akhiratnya dilupakan. Contohnya pada bulan-bulan ini, sebagian besar orang tua menyerahkan pendidikan anaknya kepada lembaga pendidikan yang berorentasi dunia belaka, sedangkan masalah aqidah, manhaj, adab dan keselamatan di dunia dan akhirat diabaikan.

Perhatiaan mereka hanya berfokus kepada sekolah yang bisa mengantarkan anaknya menjadi cerdas dan cepat dapat pekerjaan. Prinsip ini bukan hanya ada pada orang awan saja, tetapi tokoh agama dan da’i yang menggebu-gebu membela Islam lebih senang menyekolahkan anaknya pada lembaga pendidikan umum yang tidak jelas aqidah dan manhajnya daripada menyekolahkan anakanya di pesantren yang dikelola menurut Sunnah.

Bahkan mereka ragu dan waswas bila anaknya masuk pesantren karena tidak diterima di sekolah umum. Mereka khawatir masa depan anaknya suram, tidak bertitelkan sarjana, tidak diterima sebagai pegawai negeri, tidak bisa mencari rezeki, dan alasan lainnya.

Inilah kondisi umat Islam pada umumnya, bahkan ada yang sampai hati memarahi anaknya dan tidak memberi nafkah kepada anaknya bila mereka putus kuliah karena ingin mencari ilmu Dienul Islam di Pesantren, lantaran dianggap durhaka kepada orang tua. Mereka tidak mau bertanya mengapa anaknya keluar dari bangku kuliah. Bahkan bila hal itu terjadi pada putrinya, maka diusir dari rumah, apalagi jika memakai cadar atau hijab muslimah dituduhnya mengikuti aliran keras dan semisalnya, karena orang tua merasa hina dan malu kepada tetangga dan temannya.

Selanjutnya, agar kita tidak dikuasai oleh hawa nafsu yang selalu sesat dan menyesatkan, khususnya menghadapi keberadaan umat Islam berkenaan dengan dunia pendidikan, mari kita pelajari keterangan ayat di atas sesuai dengan pemahaman ulama Sunnah dan mari kita telaah bagaimana seharusnya kita mendidik anak, agar menjadi yang shalih, bemanfaat untuk dirinya, orang tua dan umat.

TAFSIR AYAT SECARA UMUM

Memahami ayat menurut pemahaman ulama salaf sangat penting bagi setiap umat Islam yang ingin bersatu dan tidak berpecah belah, karena ahli bid’ah, orang musyrik, dan harakiyyin umumnya mereka tidak berselisih tentang berdalih al-Qur’an dan Sunnah, akan tetapi berselisih tentang rujukan memahaminya. Oleh karena itu, di antara ushul Ahli Sunnah sebagaimana yang telah disebutkan oleh Iman Ahmad yang pertama ialah berpegang teguh kepada ilmu dan pemahaman shahabat Rasulullah (Lihat Ushulus Sunnah oleh Iman Ahmad hal. 25, tahqiq al-Walid an-Naser)

Adapun sebagian ulama Sunnah menafsirkan ayat ini sebagai berikut:

Ibnu Jarir rahimahullah berkata: “Allah mengkhabarkan: Orang yang mendustakan kebenaran berita Allah itu tahu, bahwa bangsa Romawi diberi kemampuan oleh Allah untuk mengalahkan kerajaan Persi, karena mereka memiliki kekuatan duniawi dan pengaturan ekonomi yang baik, akan tetapi bangsa ini lupa tidak memikirkan keselamatan dirinya besok pada hari kiamat.” (Tafsir ath-Thabrani 21/16)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Umumnya manusia tidak memiliki ilmu melainkan ilmu duniawi. Memang mereka maju dalam bidang usaha, akan tetapi hati mereka tertutup, tidak bisa mempelajari ilmu Dienul Islam untuk kebahagiaan akhirat mereka (Tafsir Ibnu Katsir 3/428)

 
Al Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah berkata: “Adapun orang yang mengandalkan akalnya belaka serta sibuk dengan ilmu duniawi sehingga mereka berani berfatwa dan mengajar umat, mereka itu tergolong firman Allah di dalam surat ar-Rum (30): 7. Itu semua karena ambisi kenikmatan duniawi. Seandainya mereka bersedia hidup sederhana dan mengingat urusan akhiratnya, mau menasihati diri dan umat, tentu mereka akan berpegang teguh kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada Rasul-Nya.” (Tafsir Ibnu Rajab al-Hanbali 1/420)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata: “Pikiran mereka hanya terpusat kepada urusan dunia sehingga lupa urusan akhiratnya. Mereka tidak berharap masuk surga dan tidak takut neraka. Inilah tanda kehancuran mereka, bahkan dengan otaknya mereka bingung dan gila. Usaha mereka memang menajubkan seperti membuat atom, listrik, angkutan darat, laut, dan udara. Sungguh menakjubkan pikiran mereka, seolah-olah tidak ada manusia yang mampu menandinginya, sehingga orang lain menurut pandangan mereka adalah hina. Akan tetapi ingatlah! Mereka itu orang yang paling bodoh dalam urusan akhirat dan tidak tahu bahwa kepadaiannya akan merusak dirinya. Yang tahu kehancuran mereka adalah insan yang beriman dan berilmu. Mereka itu bingung karena menyesatkan dirinya sendiri. Itulah hukuman Allah bagi orang yang melalaikan urusan akhiratnya, akan dilalaikan oleh Allah dan tergolong orang fasik. Andaikan mereka mau berpikir bahwa semua itu adalah pemberian Allah dan kenikmatan itu disertai dengan iman, tentu hidup mereka bahagia. Akan tetapi lantaran dasarnya salah, mengingkari karunia Allah, tidaklah kemajuan urusan dunia mereka melainkan untuk merusak dirinya sendiri.” (Tafsir Karimir Rahman 4/75)

Selaku orang tua yang mendapatkan hidayah dari Allah tentu akan mengambil faedahnya dari ayat di atas beserta keterangannya untuk menentukan sikap, ke mana anak disekolahkan? Dan agar menyadari bahwa kebahagiaan hidup bukanlah sebagaimana yang dibayangkan oleh orang secara umum dan bukan yang diimpikan oleh orang kafir yang tidak mau mengenal melainkan ilmu urusan dunia belaka.

http://yayasanalhanif.or.id/kemana-menyekolahkan-anak/

bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar