Sabtu, 22 Maret 2014

Pendidikan Karakter Ulama Salaf

PENDIDIKAN KARAKTER ULAMA SALAF

• Al-Khathib al-Baghdadi meriwayatkan dari Imam Malik bin Anas, Ia berkata bahwa Ibnu Sirin mengatakan,
كَانُوا يَتَعَلَّمُوْنَ الهُدَي كَمَا يَتَعَلَّمُوْنَ العِلْمَ
“Mereka belajar meraih hidayah seperti mereka belajar meraih ilmu.” [al-Khathibi al-Baghdadi (wafat 463 H), al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi wa Adab as-Sami’, tahqiq DR. Mahmud ath-Thahhan 1/79]

• Dan juga dari Imam Malik dari Ibnu Syihab, ia berkata:
إِنَّ هَذَا العِلْمَ أَدَبُ اللّهِ أَدَّبَ بِهِ نَبِيَّهُ ، وَأَدَّبَ النَّبِيُّ أُمَّتَهُ ، أُمَانَةَ اللّهِ إِلىَ رَسُوْلِهِ ، لِيُؤَدِّيَهُ عَلَى مَا أَدَّي إِلَيْهِ ، فَمَنْ سَمِعَ عِلْمًا فَلْيَجْعَلَهُ أَمَامَهُ حُجَّةٌ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللّهِ عَزَّوَجَلَّ
“Ilmu syari’at ini adalah adab milik Allah yang diajarkan kepada Nabi-Nya , kemudian Nabi ajarkan kepada para ummatnya, sebagai amanat Allah kepada Rasul-Nya, agar disampaikan sebagaimana amanah itu disampaikan kepadanya. Maka barangsiapa mendengar suatu ilmu, hendaklah ia jadikan ilmu itu di depannya sebagai hujjah dalam perhitungan nanti antara dia dengan Allah ‘azza wa jalla.” [al-Khathibi al-Baghdadi (wafat 463 H), al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi wa Adab as-Sami’, tahqiq DR. Mahmud ath-Thahhan 1/79]

• Dari Ibrahim bin Habib berkata, ayahku berkata,
يَابُنَيَّ : إِيْتِ الفُقَهَاءَ وَالعَلَمَاءَ ، وَتَعَلَّمْ مِنْهُمْ وَخُذْ مِنْ أَدَبِهِمْ وَهَدْيِهِمْ ، فَإِنَّ ذَاكَ أَحَبُّ إلبَّ لَكَ مِنْ كَثِيْرِ مِنَ الحَدِيْثِ
“Hai anakku, datangilah para fuqaha dan para ulama. Timbalah ilmu dari mereka. Seraplah adab, akhlaq dan hidayah mereka. Hal itu lebih aku sukai daripada mencari banyak hadits.”[al-Khathibi al-Baghdadi (wafat 463 H), al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi wa Adab as-Sami’, tahqiq DR. Mahmud ath-Thahhan 1/80]

• Dari Abdullah bin al-Mubarak berkata, Mukhallid bin Husain berkata,
نَحْنُ إِلَى كَثِيرٍ مِنَ اْلأَدَبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيْرٍ مِنَ الحَدِيْثِ
“Kita lebih membutuhkan adab yang banyak daripada hadits yang banyak.” [al-Khathibi al-Baghdadi (wafat 463 H), al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi wa Adab as-Sami’, tahqiq DR. Mahmud ath-Thahhan 1/80]

• Dari Zakariyya al-‘Anbari, ia berkata,
عِلْمٌ بِلاَ أَدَبٍ كَنَارٍ بِلاَ حَطَبٍ ، وَأَدَبٌ بِلاَ عِلْمٍ كَرُوْحٍ بِلاَ جِسْمٍ
“Ilmu tanpa adab bagaikan api tanpa bahan bakar, sedangkan adab tanpa ilmu bagaikan ruh tanpa badan.”[al-Khathibi al-Baghdadi (wafat 463 H), al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi wa Adab as-Sami’, tahqiq DR. Mahmud ath-Thahhan 1/80]

• Dari Malik bin Anas, bahwa Ibunya pernah berkata kepadanya,
اِذْهَبْ إِلَى رَبِيْعَةَ فَتَعَلَّمْ مِنْ أَدَبِهِ قَبْلَ عِلْمِهِ
“Pergilah kamu ke rumah Rabi’ah, pelajarilah adabnya sebelum kamu mempelajari ilmunya!” [Tanwir al-Hawalik Syarh Muwaththa’ al-Imam Malik hal 164]

Ustadz Yazid Jawwas hafizhahullah dalam buku beliau Adab dan Akhlak Penuntut Ilmu menjelaskan: “Para ulama terdahulu selalu mengajarkan anak-anak mereka mempelajari adab terlebih dahulu sebelum mereka menuntut ilmu.”

Beliau juga berkata: telah berkata Imam Sufyan Ats Tsauri (wafat th.161 H) rahimahullah, “Mereka tidak menyuruh/mengirimkan anak-anak mereka untuk menuntut ilmu, hingga mereka mempelajari adab dan beribadah selama 20 tahun.”

Beliau juga berkata: Imam ‘Abdullah Ibnul Mubarak (wafat tahun 181 H) rahimahullah mengatakan, “Aku mempelajari adab selama 30 tahun kemudian aku menuntut ilmu selama 20 tahun. Mereka mempelajari adab sebelum belajar ilmu.”

Imam Abdullah Ibnul Mubarrak juga berkata, “Adab itu 2/3 ilmu” (Silahkan lihat hal 9 pada buku tersebut diatas, Ustadz Yazid mengutip perkataan para salafush sholeh setelah mengutip hadits-hadits keutamaan akhlak.)

Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad As Sadhan memiliki sebuah kitab tentang Akhlak dan Keutamaan Syaikh bin Baz rahimahullah diterjemahkan Pustaka al Furqon Gresik. Dalam buku tersebut dijelaskan tentang perhatian para ulama salaf tentang pelajaran akhlak yang dipraktekkan langsung oleh para masyaikhnya. Dan hal tersebut telah dipraktekkan pula oleh Al Imam Ibn Baz rahimahullah yang dibukukan oleh muridnya.

Perhatikan perkataan berikut pada buku tersebut: Abu Bakar bin al Muthawwi’i rahimahullah berkata: “Aku berkali kali mendatangi Imam Ahmad bin Hanbal selama 12 tahun, sedang ia membacakan kitab al musnad kepada anak-anaknya. Saya tidak menulis satu haditspun darinya tetapi hanya melihat kepada metodenya dan akhlaknya.”

Adz Dzahabi rahimahullah menyebutkan bahwa majelisnya Imam Ahmad rahimahullah dihadiri oleh lima ribu orang. Lima ratus (di antara mereka) menulis pelajaran sedang sisanya hanya mengambil cara dan akhlak serta adab kepribadiannya.” (Lihat halaman 1 pada buku tersebut diatas. Lihatlah perhatian sebagian besar bahkan 90% dari manusia yang menghadiri Al Imam Mubajjal Ahmad bin Hanbal rahimahullah! Sembilan puluh persen tersebut hanya mempelajari akhlak sang Imam! Masya Allah).

SEKILAS PENDIDIKAN KARAKTER DI BEBERAPA BELAHAN DUNIA

Copy dari status Millenial Learning Center

Di sekolah Jepang, para siswa tidak mendapatkan ujian APAPUN sampai mereka mencapai kelas 4 SD (usia 10 tahun)! Kenapa?
Karena tujuannya dalam 3 tahun yang pertama TIDAK untuk menilai pengetahuannya atau kemampuan belajar anak, tetapi untuk mendirikan sikap sopan santun dan untuk mengembangkan karakter mereka! Ya, itulah yang diajarkan oleh cendekiwan mereka: akhlak yang mulia SEBELUM ilmu pengetahuan! (Dan di Denmark, tidak ada ujian sampai kelas 9, yaitu kelas 3 SMP!!!)
Sedangkan di Indonesia, anak diberikan hafalan, PR, ujian, hafalan, PR, ujian, hafalan, PR, ujian, lalu ada juga Ujian Nasional!
Akhlak yang mulia? Maaf, itu nomor berapa dalam ujiannya ya? Kalau tidak ada, buat apa harus dihafalkan?

Faidah:
Kami tidak mengatakan apalagi beranggapan bahwasanya negara-negara tersebut sebagai 'kiblat' tarbiyah kita. Yang lebih baik tentu saja petunjuk Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia. Kisah di atas telah dipraktekkan ratusan tahun lalu oleh para ulama salaf kita rahimahumullah yang mereka belajar ADAB sebelum ILMU. Wallahu a'lam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar