YANG REMAJA YANG JATUH CINTA
Kali ini kami share satu kisah cinta seorang remaja putri. Sebagaimana kita pernah mengalami, masa remaja diwarnai dengan kisah cinta.
Tersebutlah seorang remaja putri belasan tahun, siswi sebuah madrasah swasta di Cilegon. Ananda ini rajin mengikuti kajian khusus Muslimah setiap Rabu sore di Masjid Imam an Nawawi. Kajian ini membahas Kitab Al Wajibat, Arba’in an Nawawiyah, Tafsir Juz Amma, dan kajian seputar Tazkiyyatun Nufus.
Dilihat dari daftar hadir yang selalu disebarkan penyelenggara, terlihat ananda remaja putri ini sangat jarang tidak hadir....sebuah indikasi sedang berseminya CINTA ILMU DAN MAJELISNYA dalam dadanya. Setidaknya itulah prasangka baik kami kepada ananda tersebut. Kami tidak mensucikan seorangpun di hadapan Allah karena Dial ah yang Maha Mengetahui isi hati manusia. Semoga Allah memberikan barokah kepada ananda tersebut.
Cinta lah yang menggerakkan hatinya untuk tetap berusaha hadir di Majelis tersebut di sela-sela kesibukan kegiatan belajar di Sekolah. ....
Cinta lah yang menggerakkan hatinya untuk berupaya membagi waktu antara BIMBEL dan sebuah amalan mulia yakni menuntut ilmu.....
Cinta lah yang membuat lelahnya raga dan beratnya beban pekerjaan sekolah seolah sirna dengan sebuah kerinduan. Mungkinkah cinta itu murni tanpa ada kerinduan....
Cinta lah yang membuatnya tidak malu dan minder berbaur dengan para peserta lain yang dari segi usia lebih pantas jadi ibunya.... ADUHAI ALANGKAH INDAH DAN DAHSYATNTYA CINTA......
Semoga para remaja kita memiliki cinta ini.... Wallahu waliyyut taufiq
Berikut ini kesan dan pesan dari ananda tersebut dengan beberapa perubahan dari kami tanpa mengubah substansi:
►Awal Hidayah. Hidayah menyapaku kala usiaku menginjak 9 tahun (kelas 4 SD). Tentu saja ilmu agamaku masih sangat minim. Saat kelas 1 MTs, aku penasaran dan ingin sekali ikut ke Majelis Ilmu yang rajin didatangi dua kakak perempuanku. Sedih, aku hanya mendapat cerita kedua kakakku tentang Majelis Ilmu itu. Sepertinya menarik sekali. Ingin rasanya aku meminta namun lidahku kaku untuk berbicara kepada mereka. Aku berfikir bahwa mereka tak akan setuju jika aku ikut bersama mereka hingga membuatku berfikir keras bagaimana aku harus mengutarakan keinginanku ini kepada mereka. Diluar dugaanku, saat aku meminta untuk ikut bersama mereka, mereka justru sangat senang terhadap antusiasku ini. Ya, sore itu aku langsung memakai gamis satu - satunya yang aku punya dengan jilbab yang dipinjamkan oleh salah satu kakakku. Kaus kakiku pun kaus kaki sekolah berlambang tunas kelapa, pramuka. Perjalanan menuju tempat kajian ditempuh menggunakan satu motor bertiga karena tak ada motor lain. Jujur, pada pertemuan pertama itu aku tak paham dengan materinya. Kosakata dan istilahnya sangat asing di telingaku. Namun hal ini tak membuatku kecewa apalagi "kapok" untuk kembali datang ke Majelis ini pada hari-hari selanjutnya, karena ini sesuatu yang wajar menurutku. Seiring dengan perjalanan waktu, sedikit demi sedikit aku mulai terbiasa dengan istilah-istilah ulama yang disampaikan pemateri. Alhamdulillah aku bisa rutin menghadiri kajian tersebut hingga kelas 1 MTs.
► Rindu Terpendam. Kelas 2 MTs aku lama tak bisa bertemu dengan Majelis Ilmu itu. Karena sekolah masuk siang dan pulang pada pukul 17.00. Ya, satu tahun aku tak duduk di Majelis itu. Aku sedih dan ada rindu yang terpendam untuk duduk di sana. Bahagia kembali menyapaku, saat menginjak kelas 3 MTs aku kembali masuk pagi. Tentu saja ini adalah saat yang kunanti, yaitu bisa berjumpa dengan Majelis Ilmu itu. Namun kegiatan sekolah sangat menyita waktuku. Aku disibukkan dengan tugas sekolah yang sangat banyak, aku jadi lupa dengan Majelis itu. Namun kemudian aku terhenyak dan tersadar. "Astaghfirullah, kenapa aku terlalu sibuk dengan urusan sekolah, ya?! Apa salahnya jika aku menyempatkan diri untuk duduk bersama mereka. Ah, aku harus pandai mengatur waktu! Bukankah hanya sekali dalam sepekan.........?"
► Manajemen Waktu. Aku rasa, manajemen waktu yang baik itu "harus". Tentunya dengan niat dan semangat yang kuat. Tanpa niat yang kuat nan ikhlash, semuanya nyaris tak bisa dicapai. Aku sendiri merasakannya. Saat niat itu tertanam kuat, aku masih bisa beranjak ke Majelis Ilmu meski dengan kegiatan yang cukup padat pada hari Rabu. Sebaliknya, aku juga pernah tak melakukan sesuatu di waktu luang. Itu karena tak ada niat yang kuat di hatiku. So, apa susahnya mendatangi Majelis Ilmu (syar'i) sekali dalam sepekan? Kegiatan harianku terjadwal dalam buku diaryku dan dinding kamarku. Aku kurang menyukai belajar seusai 'Isya. Entah mengapa aku tidak bisa berkonsentrasi pada jam itu. Sedikit berbeda dengan Selasa malam, aku harus menyiapkan pakaian dan alat tulis yang lebih banyak dari biasanya karena ada jadwal bimbel. Tapi, itu sama sekali bukan masalah bagiku. Aku sangat ingat bahwa hari Rabu ada jadwal kajian rutin Ta'shiliyyah bersama Ustadzah Ummu Fadhl. Dengan senang hati aku menyiapkan semuanya. Jadilah aku membawa dua tas setiap hari Rabu. Sebuah tas gendong berisi buku-buku sekolah (buku paket, LKS, dan buku tulis), buku bimbel (buku paket SPM dan buku tulis), dan buku kajian (buku tulis, Al-Qur'an, dan kitab sesuai materi yang akan dibahas). Tak lupa juga air minum dan bekal untuk makan siang di sekolah. Dan sebuah tas lagi yang aku tenteng berisi pakaian ganti untuk kajian dan peralatan mandi. Aku memilih untuk tidak pulang karena khawatir kelelahan dan akhirnya tertidur. Aku pernah mengalaminya dan menyesal sekali. Ya, aku memang harus pandai mengatur waktu! KBM di sekolah berlangsung pukul 07.30 - 12.00, dilanjutkan ishoma (istirahat, shalat, dan makan) kemudian bimbel berlangsung pukul 13.15 - 14.30. Setiap pulang sekolah atau pulang bimbel aku harus mengantarkan dua temanku pulang sekolah. Hanya butuh 10 menit untuk mengantarkan kedua temanku itu dengan motor kesayanganku . 15 menit kemudian aku gunakan untuk perjalanan menuju ke lokasi kajian, yaitu Al-Hanif.
► Berbuah Manis. Jika ditanya apakah aku lelah atau tidak, jawabannya pasti, "Ya, lelah!" Tapi menurutku, lelah ini tak seberapa jika dibandingkan dengan lelahnya para ulama terdahulu yang berkilo-kilo meter menempuh perjalanan demi bisa duduk di Majelis Ilmu. "Bila kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan". Perkataan Imam Asy-Syafi'i ini selalu mengingatkanku tatkala semangatku untuk menuntut ilmu sedang melemah karena kelelahan. Kelelahanku bisa terbayarkan dengan suasana indah saat kajian.
Aku merasa beruntung sekali berada di antara mereka, banyak sekali manfaat yang aku peroleh dari bermajelis di Al-Hanif, di antaranya :
1. Menghilangkan kebodohan. Tidak ada ilmu yang lebih ampuh dalam memerangi kebodohan selain Al-Qur`aan Al-Kariim dan Al-Hadiits Asy-Syariif sesuai yang diajarkan oleh Salafuna Ash-Shaalih. Kabar baiknya, itu diajarkan disini.
2. Kedewasaan. Bershilaturrahmi dengan ummahaat menambah kedewasaan caraku berfikir dan bersikap. Masya Allah
3. Memperbaiki akhlaq. Nasihat dari ustadzah dan perilaku akhawat selama berinteraksi merupakan contoh nyata yang banyak memberikan kontribusi dalam mengoreksi tingkah laku dan akhlaqku.
4. Memperbanyak saudara dan sahabat yang shalihah –insya Allah. Jauh dari prasangkaku sebelumnya terhadap para wanita yang jilbabnya seperti "ninja". Aku fikir wanita seperti mereka itu ketus, judes, sulit diajak komunikasi, dan egois. Tapi tidak dengan sebenarnya! Mereka itu lemah lembut, bahkan tak jarang mereka memelukku dengan penuh kasih sayang. Serasa punya saudara baru.
5. Menguatkan hati bahwa di sini aku tak sendiri menggenggam manhaj ini.
6. Menambah keimanan. Sebagaimana kita ketahui bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang. Hadir di Majelis Ilmu ini adalah salah satu caraku mendapatkan siraman rohani untuk meningkatkan iman, terutama saat iman sudah mulai melemah.
7. Kedamaian. Berkumpul dengan sahabat dan ummahaat di majelis ilmu memberikan rasa damai dan ketenangan yang tidak bisa digambarkan.
8. Termotivasi untuk sekuat tenaga meraih jannatal firdausil a'la.
9. Memupuk semangat. Bagaimana tidak? Diantara mereka yang hadir di Majelis ini ada yang berumur jauh lebih tua dariku. Dan mereka tidak jemu menuntut ilmu. Lalu mengapa aku harus bosan? Di antara mereka juga ada yang usianya di bawahku, dan terlihat semburat semangat di wajahnya tidak memudar. Kenapa aku harus patah semangat? Di antara mereka rumahnya lebih jauh dari rumahku. Dan mereka gembira duduk di sini. Lantas, apa alasanku untuk bermalasan?
10. Belajar adab. Di dalamnya selalu diajarkan bagaimana adab seorang penuntut ilmu. Aku yang semula jauh dari adab seorang penuntut ilmu, perlahan bisa meninggalkan adab-adab yang buruk. Dan berusaha lebih baik lagi.
11. Bersyukur. Menimba ilmu syar'i adalah caraku mensyukuri nikmat yang Allah berikan padaku secara cuma-cuma. Sedikit payah dan letih tak sebanding dengan banyaknya nikmat Allah yang sudah aku nikmati tanpa dapat dihitung.
12. Dan masih banyak lagi manfaat dan kesan baik yang aku dapatkan. Namun keterbatasan kata-kataku tak mampu mendefinisikan setiap yang aku rasakan.
► Aku, Guruku, dan Teman – temanku. Aku berusaha mengamalkan ilmu yang aku punya semampuku. Aku juga berusaha mengenalkan manhaj yang haq ini dengan da'wah bil-hal dan bil-mau'izhah hasanah. Kini beberapa teman di sekolahku cukup banyak yang tertarik dengan manhaj ini. Bahkan di kalangan guru pun ada yang pernah bertanya tentang suatu hukum yang dia ragu atau belum tahu. Baik secara langsung atau via SMS. Ya, jika aku tahu aku menjawabnya saat itu juga. Jika aku tidak tahu, aku tanyakan kepada yang memiliki ilmu tentang hal yang ditanyakan. Aku, guruku, dan teman-temanku sama-sama belajar.
► Penutup. Aku selalu ingat petuah ini: "Ilmu itu didatangi, bukan mendatangi!" Demikian saja sekelumit kesan yang aku rasakan selama mengikuti kegiatan Kajian Rabu di Masjid Imam An-Nawawi Al-Hanif. Semoga kita semua Allah mudahkan untuk melangkah menuju Majelis Ilmu, dan diberi istiqamah untuk tetap di jalan hidayah ini dan menjaga keikhlasan hati. Jika ada kesalahan dalam kata, itu semua dari kekuranganku yang masih perlu banyak belajar. Jika ada manfaatnya maka itu tak lain dari Allah.
Akhiirul kalaam anilhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin.
Washallallaahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad. Cilegon, 10 Rajab 1435 H bertepatan Sabtu, 10 Mei 2014 M
Dari admin:
Ananda ini sedang bersiap-siap untuk menjadi santriwati di sebuah pondok pesantren. Semoga cinta ini tetap bersemi...
~WAHANA BELAJAR UNTUK YANG BERJIWA HANIF~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar