Bismillah,
1. Pertanyaan mba Yunita kenapa bid'ah bisa terjadi dan apa ini disengaja?
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنَّ بَنِى إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى
“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti pemahamanku dan pemahaman sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Jadi, yang mengikuti pemahaman para sahabat, itulah yang selamat.
Jadi, sepeninggal Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم memang akan terjadi banyak sekali perpecahan dan timbulnya sekte2 sesat dengan ajaran yang menyimpang dr alquran dan sunnah2 Rasulullah , hingga hari kiamat nanti umatnya Nabi صلى ا لله عليه وسلم akan terpecah menjadi 73 golongan, dan hanya 1 golongan yg selamat yaitu yang mengikuti jejak Rasulullah dan para shahabatNya sesuai pemahaman Alquran sunnah dan para shahabat serta para Salaf.
👉🏼Bid'ah terjadi sepeninggal Rasul صلى ا لله عليه وسلم , apa itu bid'ah ? Bid'ah itu adalah sesuatu yang dibuat2 , yg diada2kan, sesuatu yang baru, baik ucapan ataupun perbuatan yang disandarkan pada ajaran agama Islam, padahal ajaran2 tsb tidak pernah sama sekali diajarkan atau dicontohkan dizaman Rasulullah ataupun para shahabat, dan para pembuat amalan baru ini menisbatkan diri bahwa itu adalah syariat, jd tujuan bid'ah adalah utk membuat syariat baru dan ingin menyaingi syariat yg sudah sempurna disampaikan oleh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم . Kenapa..? Karena agama Islam ini sudah sempurna... Allah سبحانه وتعالى sendiri yang menyatakannya bahwa agama Islam ini sudah sempurna, dalam alquran surat Almaidah ayat 3, jadi tidak perlu ada penambahan baru apapun lagi, dan juga menurut sabda Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم
Hadits 1
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini(urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Hadits 2
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)
Hadits 3
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)
Sepeninggal Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم akan timbul banyak sekali perpecahan, dan juga karena dilandasi Adanya motif dendam yg terjadi pada masa rasulullah صلى ا لله عليه وسلم hingga para khulafaur Rasyidin , munculnya “cikal bakal” perselisihan tatkala Abdullah bin Saba (seorang yahudi asal Yaman yang berpura-pura masuk Islam) dan para pengikutnya mengumpulkan manusia untuk memberontak kepada Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Dan sebelumnya telah muncul pula benih “Khawarij” yang diawali dengan penentangan Dzul Khuwaisirah at-Tamimi terhadap pembagian harta rampasan yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seusai perang Hunain yang mana dia berkata: “Berlaku adillah wahai Muhammad, karena sesungguhnya engkau tidak berlaku adil (dalam pembagian harta rampasan perang)!”, dia juga mengatakan: "Pembagian itu tidak diinginkan untuk mengharapkan Wajah Allah”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya: "Celaka engkau ! , siapa lagi yang mampu berlaku adil jika aku tidak berbuat adil?” tidakkah kalian percaya kepadaku padahal aku dipercayakan oleh (Allah) Dzat yang ada di atas (langit)?.
Tatkala ‘Umar bin Khoththob Radhiyallahu ‘anhu ingin membunuhnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: "Biarkan dia! Karena sesungguhnya akan keluar dari keturunannya suatu kaum yang mana kalian merasa kecil/hina shalat kalian jika dibandingkan dengan shalat mereka, puasa kalian jika dibandingkan dengan puasa mereka, mereka membaca al Qur’an namun tidak melampaui kerongkongan mereka, mereka membelot dari Agama sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya”.
Kemudian dikobarkanlah fitnah (pemikiran Khowarij dan radikalisme) itu terhadap Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang disebabkan oleh karena tahazzub (terjadinya kelompok-kelompok) dan penentangan yang bermaksud untuk menimbulkan fitnah, perpecahan dan memukul Islam pada sasarannya. Dan api fitnah itu semakin berkobar setelah terbunuhnya sang Khalifah yang lurus Utsman bin Affan radhiyallahu anhu.
Lalu pemikiran Khowarij dan radikalisme semakin besar dan meluas, timbul berbagai fitnah, dan kelompok-kelompok sesat pun bermunculan, induknya adalah kelompok Khawarij yang telah membunuh Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, menghalalkan darah-darah dan harta benda kaum muslimin, menakut nakuti di jalanan mereka dan memerangi Allah dan Rasul-Nya. Maka Ali bin Abu Tholib-pun menumpas fitnah mereka dan beliau menjumpai mayat “Dzul Khuwaishirah” ada di antara mayat-mayat yang bergelimpangan itu.
Kemudian mereka menyusun taktik untuk membunuh sejumlah shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mereka berhasil membunuh Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu . Fitnah mereka masih saja berkelanjutan sampai hari ini, sesekali tampak dan sesekali padam, hingga akan keluar orang yang terakhir dari golongan mereka bersama Dajjal, sebagaimana dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadits-hadits yang shohih.
2. Apa penyebab terjadinya bid'ah :
1) Kejahilan... Atau kebodohan, karena tidak mau mencari tau ilmu syari, ilmu yang haq berdasarkan alquran, sunnah dan pemahaman para Salaf
2) Mempertuhankan hawa nafsu.
3) kegandrungan akan syubhat.
4) bersandar pada akal semata, jadi segala sesuatu itu ditanggapi sengan logika saja , misal perkara ulang tahun, lho apa salahnya ngrayain ulang taun... Padahal Allah dan RasulNya melarang hal tsb.
5) taqlid dan fanatisme golongan.
Ikut2an saja pada ajaran nenek moyang atau guru2 saja, tanpa mau cari tau kebenarannya, dan mereka juga sangat fanatik, apa yg diyakini nenek moyang dan gurunya maka itulah jalan hidupnya.
ALLAH Azza wa Jalla berfirman :
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,"mereka menjawab, "(Tidak), Kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?"
(QS Albaqoroh : 170).
6) duduk dengan orang jahat dan bergaul dengan mereka
7) sikap diamnya para ulama dan kebiasaan menyembunyikan ilmu
8) mengekor dan meniru orang-orang kafir
9) bersandar pada hadits-hadits lemah dan palsu
10) sikap berlebihan atau ghuluw dalam beribadah, misal mengagungkan para wali sehingga meminta doa pd mereka yg sudah wafat, atau beristiqgotsah pada Rasulullah dan para org sholeh, selain bid'ah ini jg termasuk perbuatan syirik, karena ada selain Allah yg bisa dimintai doa dan pertolongan
3. Kenapa bid'ah bisa terjadi, dan kenapa baru skr mengenal sunnah..? Apa sengaja dibuat..?
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa sejak Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم wafat akan timbul banyak sekali perpecahan umat, baik itu golongan ataupun pemahaman, ada yg hanya mengenal dan mempelajari agama hanya berdasar alquran saja, atau hadits saja atau berdasarkan keduanya tapi tdk berdasar pada pemahaman para shahabat, ada juga yg karena sudah tercampur adat istiadat yang mengarah pada kesyirikan, dan banyaknya berbagai pemahaman dan tata cara beragama yang tidak sama sekali Rasulullah ajarkan.. Seperti pemahaman para syiah Rafidhah, Mu'tajilah, sufi, pemahaman sekularisme yaitu pemisahan antara urusan dunia dan agama, yang katanya urusan agama itu terpisah dr urusan dunia... Lalu sampainya pada diri kita karena ketidak tahuan ilmu syari, yang hanya belajar dan beramal ilmu agama berdasar apa kata org tua, apa kata guru disekolah, dan buku2 agama yang padahal banyak sekali kurikulum itu yang tidak sesuai sunnah, apa yang disampaikan tidak berdasar sumber otentik yaitu alquran dan sunnah..
Sebetulnya dakwah tauhid dan dakwah sunnah itu sudah dan akan tetap ada hingga akhir zaman, dan dakwah semua nabi ataupun Rasul jg adalah dakwah tauhid yaitu mengesakan Allah dalam segala hal, dan kita sebagai umat nabi Muhammad صلى ا لله عليه وسلم sepertinya menerima syariat itu terkesan setengah2, bahkan terkesan banyak sekali sunnah-sunnah yang kita sendiri tidak paham bahkan baru tau, apa penyebabnya...? Karena ajaran turun temurun, karena kejahilan dan keterbatasan ilmu, karena adat istiadat, karena pengaruh media dan politik, karena pengaruh kaum kaffir dan golongan golongan yang terus menghalang-halangi dakwah sunnah dan tauhid, bahkan ironisnya orang yang menjalankan dakwah tauhid dan sunnah dianggap sebagai wahabi bahkan teroris, padahal mereka sendiri tidak tau pasti apa itu wahabi...
4. Apa kurangnya pemahaman atau edukasi massal kepada masyarakat..?
Dakwah ini sebetulnya sudah ada dari dulu tapi memang sangat jarang bahkan terasing, karena memang seperti yg digambarkan Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم org2 diakhir zaman yg memegang teguh agama itu seperti menggenggam bara api, jumlah mereka sangat sedikit dan banyak diselisihi oleh manusia pada umumnya, kenyataannya yang lurus dan benar dianggap sesat dan yang sesat dijadikan contoh.
ALLAH Azza wa Jalla berfirman :
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).
(QS: Al-An'am Ayat: 116
Contohnya berhijab syari.. Saat belum marak seperti saat ini, hal ini dianggap aneh, dianggap menyeramkan, fanatik, ekstrim, padahal sejatinya ini adalah syariat Islam yang benar, kenapa bisa orang islam sendiri menganggap demikian? Karena kejahilan dan ketidaktahuan mereka terhadap ajaran agamanya sendiri, lalu timbul statement sudahlah beragama sesuai dengan yang sudah diajarkan nenek moyang aja, gausah aneh2, kita mah ikutin org2 aja.. Padahal Allah سبحانه وتعالى sendiri udh jelasin dlm ayat tadi surat Alan'am ayat 116.
5. Apa islam yg skr sdh benar? Bagaimana utk meyakini benar apa tdknya? Lalu ttg chart hadits
dalam agama Islam ini dikenal dengan yang namanya ilmu sanad, suatu bentuk amalan apapun itu bisa dibuktikan penelitian secara ilmiah siapa periwayat haditsnya, bisa diteliti bagaimana yang meriwayatkannya, bisa pula disandarkan pada pendapat ke empat madzhab, jika amalan tsb tidak ada satupun dalil yang menyatakan shahih dan sebaliknya dalil tsb adalah dhoif atau maudhu/ palsu maka WAJIB kita tinggalkan meskipun dianggap baik oleh seluruh manusia dan meskipun sudah diajarkan turun menurun oleh nenek moyang. Karena standar hukum dan kebenaran dalam agama Islam bukan apa banyaknya kata orang tapi apa yang dikatakan menurut alquran assunnah dan pemahaman para shalafush shalih. Karena setiap amalan amalan baru yang diada-adakan adalah merupakan bid'ah dan setiap bid'ah itu sesat, siapa yang menyatakan ini? Rasulullah yang selalu mewanti-wanti hal ini
Dan ttg hadits bisa disimak disini :
http://muslimah.or.id/223-taisir-musthalah-hadits-3-hadits-ahad.html
Setelah membaca penjelasan tentang macam hadits, bagaimana derajatnya hadits, kita bisa menilai misal apakah suatu amalan tertentu itu misal maulid, misal nisyfu sya'ban misal tahlilan apakah amalan tersebut bisa disandarkan pada ajaran Rasul, adakah dalilnya yang kuat yang menyertai sehingga bisa kita lakukan tanpa ragu...? Bagaimana derajat haditsnya apakag palsu atau maudhu, dhaif atau lemah ataukah shahih , sehingga kita tidak bisa gegabah mengamalkan sebuah perbuatan yang tidak ada dasar hukumnya.
Berikut salah satu contohnya maulid ttg maulid.
Sejarah Maulid Nabi
Jika kita menelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad), padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan mengagungkan Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah orang-orang yang paling paham mengenai sunnah Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan paling semangat dalam mengikuti setiap ajaran beliau.
Perlu diketahui pula bahwa -menurut pakar sejarah yang terpercaya-, yang pertama kali mempelopori acara Maulid Nabi adalah Dinasti ‘Ubaidiyyun atau disebut juga Fatimiyyun (silsilah keturunannya disandarkan pada Fatimah). Sebagai buktinya adalah penjelasan berikut ini.
Al Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan,
“Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)
Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya Ahsanul Kalam (hal. 44) mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.
Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun). (Dinukil dari Al Maulid, hal. 20)
Fatimiyyun yang Sebenarnya
Kebanyakan orang belum mengetahui siapakah Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun. Seolah-olah Fatimiyyun ini adalah orang-orang sholeh dan punya i’tiqod baik untuk mengagungkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi senyatanya tidak demikian. Banyak ulama menyatakan sesatnya mereka dan berusaha membongkar kesesatan mereka.
Al Qodhi Al Baqillaniy menulis kitab khusus untuk membantah Fatimiyyun yang beliau namakan “Kasyful Asror wa Hatkul Astar (Menyingkap rahasia dan mengoyak tirai)”. Dalam kitab tersebut, beliau membuka kedok Fatimiyyun dengan mengatakan, “Mereka adalah suatu kaum yang menampakkan pemahaman Rafidhah (Syi’ah) dan menyembunyikan kekufuran semata.”
Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni Ad Dimasqiy mengatakan,
“Tidak disangsikan lagi, jika kita melihat pada sejarah kerajaan Fatimiyyun, kebanyakan dari raja (penguasa) mereka adalah orang-orang yang zholim, sering menerjang perkara yang haram, jauh dari melakukan perkara yang wajib, paling semangat dalam menampakkan bid’ah yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah, dan menjadi pendukung orang munafik dan ahli bid’ah. Perlu diketahui, para ulama telah sepakat bahwa Daulah Bani Umayyah, Bani Al ‘Abbas (‘Abbasiyah) lebih dekat pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, lebih berilmu, lebih unggul dalam keimanan daripada Daulah Fatimiyyun. Dua daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan maksiat daripada Daulah Fatimiyyun. Begitu pula khalifah kedua daulah tadi lebih utama daripada Daulah Fatimiyyun.”
Beliau rahimahullah juga mengatakan,
“Bani Fatimiyyun adalah di antara manusia yang paling fasik (banyak bermaksiat) dan paling kufur.” (Majmu’ Fatawa, 35/127)
Bani Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun juga menyatakan bahwa mereka memiliki nasab (silsilah keturunan) sampai Fatimah. Ini hanyalah suatu kedustaan. Tidak ada satu pun ulama yang menyatakan demikian. Ahmad bin ‘Abdul Halim juga mengatakan dalam halaman yang sama,
“Sudah diketahui bersama dan tidak bisa disangsikan lagi bahwa siapa yang menganggap mereka di atas keimanan dan ketakwaan atau menganggap mereka memiliki silsilah keturunan sampai Fatimah, sungguh ini adalah suatu anggapan tanpa dasar ilmu sama sekali. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS. Al Israa’: 36). Begitu juga Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali orang yang bersaksi pada kebenaran sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Az Zukhruf: 86). Allah Ta’ala juga mengatakan saudara Yusuf (yang artinya), “Dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui.” (QS. Yusuf: 81). Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun ulama yang menyatakan benarnya silsilah keturunan mereka sampai pada Fatimah.”
Begitu pula Ibnu Khallikan mengatakan,
“Para ulama peneliti nasab mengingkari klaim mereka dalam nasab [yang katanya sampai pada Fatimah].” (Wafayatul A’yan, 3/117-118)
Perhatikanlah pula perkataan Al Maqrizy di atas, begitu banyak perayaan yang dilakukan oleh Fatimiyyun dalam setahun, kurang lebih ada 25 perayaan. Bahkan lebih parah lagi mereka juga mengadakan perayaan hari raya orang Majusi dan Nashrani yaitu hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), dan hari Al Khomisul ‘Adas (perayaan tiga hari selelum Paskah). Ini pertanda bahwa mereka jauh dari Islam. Bahkan perayaan-perayaan maulid yang diadakan oleh Fatimiyyun tadi hanyalah untuk menarik banyak masa supaya mengikuti madzhab mereka. Jika kita menilik aqidah mereka, maka akan nampak bahwa mereka memiliki aqidah yang rusak dan mereka adalah pelopor dakwah Batiniyyah yang sesat. (Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 146, 158)
‘Abdullah At Tuwaijiriy mengatakan,
“Al Qodhi Abu Bakr Al Baqillaniy dalam kitabnya ‘yang menyingkap rahasia dan mengoyak tirai Bani ‘Ubaidiyyun’, beliau menyebutkan bahwa Bani Fatimiyyun adalah keturunan Majusi. Cara beragama mereka lebih parah dari Yahudi dan Nashrani. Bahkan yang paling ekstrim di antara mereka mengklaim ‘Ali sebagai ilah (Tuhan yang disembah) atau ada sebagian mereka yang mengklaim ‘Ali memiliki kenabian. Sungguh Bani Fatimiyyun ini lebih kufur dari Yahudi dan Nashrani.
Al Qodhi Abu Ya’la dalam kitabnya Al Mu’tamad menjelaskan panjang lebar mengenai kemunafikan dan kekufuran Bani Fatimiyyun. Begitu pula Abu Hamid Al Ghozali membantah aqidah mereka dalam kitabnya Fadho-ihul Bathiniyyah (Mengungkap kesalahan aliran Batiniyyah).” (Al Bida’ Al Hawliyah, 142-143)
Inilah sejarah yang kelam dari Maulid Nabi. Namun, kebanyakan orang tidak mengetahui sejarah ini atau mungkin sengaja menyembunyikannya.
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
1. Maulid Nabi tidak ada asal usulnya sama sekali dari salafush sholeh. Tidak kita temukan pada sahabat atau para tabi’in yang merayakannya, bahkan dari imam madzhab.
2. Munculnya Maulid Nabi adalah pada masa Daulah Fatimiyyun sekitar abad tiga Hijriyah. Daulah Fatimiyyun sendiri dibinasakan oleh Shalahuddin Al Ayubi pada tahun 546 H.
3. Fatimiyyun memiliki banyak penyimpangan dalam masalah aqidah sampai aliran ekstrim di antara mereka mengaku Ali sebagai Tuhan. Fatimiyyun adalah orang-orang yang gemar berbuat bid’ah, maksiat dan jauh dari ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya.
4. Merayakan Maulid Nabi berarti telah mengikuti Daulah Fatimiyyun yang pertama kali memunculkan perayaan maulid. Dan ini berarti telah ikut-ikutan dalam tradisi orang yang jauh dari Islam, senang berbuat sesuatu yang tidak ada tuntunannya, telah menyerupai di antara orang yang paling fasiq dan paling kufur. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar