Penulis: Ustadz Abdullah Zaen, Lc., M.A. hafidzohulloh
Beberapa saat lalu saya mampir shalat Jumat di masjid salah satu perumahan di bilangan Sokaraja, Banyumas. Di sela-sela khutbahnya, khatib bercerita tentang kejadian yang menimpa sepasang suami istri. Keduanya terkena stroke, namun sudah sekian bulan tidak ada satupun di antara anaknya yang datang menjenguk. Manakala dibesuk oleh si khatib, sang bapak bercerita sambil menangis terisak, “Mungkin Allah telah mengabulkan doa saya. Sekarang inilah saya merasakan akibat dari doa saya! Dahulu saya selalu berdoa agar anak-anak saya jadi 'orang'. Berhasil, kaya, sukses, dan seterusnya. Benar, ternyata Allah mengabulkan seluruh permintaan saya. Semua anak saya sekarang menjadi orang kaya dan berhasil. Mereka tinggal di berbagai pulau di tanah air, jauh dari saya. Memang mereka semua mengirimkan uang dalam jumlah yang tidak sedikit dan semua menelpon saya untuk segera berobat. Namun, bukan itu yang saya butuhkan saat ini. Saya ingin belaian kasih sayang tangan mereka. Saya ingin dirawat dan ditunggu mereka, sebagaimana dulu saya merawat mereka”.
Ya, berhati-hatilah Anda dalam memilih redaksi doa, apalagi jika itu ditujukan untuk anak Anda. Tidak ada redaksi yang lebih baik dibandingkan redaksi doa yang diajarkan dalam Alquran dan Hadits. “Rabbanâ hablanâ min azwâjinâ wa dzurriyyâtinâ qurrata a‟yun, waj‟alnâ lil muttaqîna imâmâ” (Wahai Rabb kami, karuniakanlah pada kami pasangan dan keturunan yang menyejukkan pandangan mata. Serta jadikanlah kami imam bagi kaum muttaqin). (Q.s. Al-Furqan: 74).
🌵Seberapa Besar Sih Kekuatan Doa?
Sebesar apapun usaha orangtua dalam merawat, mendidik, menyekolahkan dan mengarahkan anaknya, andaikan Allah ta'ala tidak berkenan untuk menjadikannya anak salih, niscaya ia tidak akan pernah menjadi anak salih. Hal ini menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah dan betapa kecilnya kekuatan kita. Ini jelas memotivasi kita untuk lebih membangun ketergantungan dan rasa tawakkal kita kepada Allah jalla wa 'ala. Dengan cara, antara lain, memperbanyak menghiba, merintih, memohon bantuan dan pertolongan dari Allah dalam segala sesuatu, terutama dalam hal mendidik anak.
Secara khusus, doa orangtua untuk anaknya begitu spesial. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam menjelaskan hal itu dalam sabdanya,
ثَلَازُ دَعَىَاخٍ هُسِرَجَاتَاخْ لَا شَكَّ فِيهِيَّ دَعِىَجُ الْىَالِدِ وَدَعِىَجُ الْوُسَافِسِ وَدَعِىَجُ الْوَظْلُىمِ
“Tiga doa yang akan dikabulkan tanpa ada keraguan sedikitpun. Doa orangtua, doa musafir dan doa orang yang dizalimi”. (H.r. Abu Dawud dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albany).
⌚Sejak Kapan Kita Mendoakan Anak Kita?
Sejak Anda melakukan proses hubungan suami istri telah disyariatkan untuk berdoa demi kesalihan anak Anda. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam mengingatkan,
إِىَّ أَحَدَكُنِ إِذَا أَذَى أَ لَُِ وَقَالَ: "تِسِنِ اللَّ اللَّهُنَّ جَ ثٌِِّ اٌَ الشَّيِطَاىَ وَجَ ةٌِِّ الشَّيِطَاىَ هَا
زَشَقْرَ اٌَ" فَسُشِقَا وَلَدّا لَنِ يَضُسَّ الشَّيِطَاىُ
"Jika salah seorang dari kalian sebelum bersetubuh dengan istrinya ia membaca "Bismillah, allôhumma jannibnasy syaithôn wa jannibisy syaithôna mâ rozaqtanâ" (Dengan nama Allah. Ya Allah jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan pada kami), lalu mereka berdua dikaruniai anak; niscaya setan tidak akan bisa mencelakakannya". Hadits riwayat Bukhari (hal. 668 no. 3271) dan Muslim (X/246 no. 3519) dari Ibnu Abbas.
Ketika anak telah berada di kandungan pun jangan pernah lekang untuk menengadahkan tangan dan menghadapkan diri kepada Allah, memohon agar kelak keturunan yang lahir ini menjadi generasi yang baik. Nabi Ibrahim „alaihis salam mencontohkan,
زَبِّ ةَُِ لِي هِيَ الصَّالِحِينَ
“Wahai Rabbi, anugerahkanlah kepadaku (anak) yang termasuk orang-orang salih”. (Q.s. Ash-Shâffât: 100).
Nabi Zakariya „alaihis salam juga demikian,
زَبِّ ةَُِ لِي هِيِ لَدُ كًَِ ذُزِّيَّحً طَيِّثَحً إِ كًََّ سَوِيعُ الدُّعَاءِ
“Ya Rabbi, berilah aku dari sisiMu keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. (Q.s. Ali Imran: 38).
Setelah lahir hingga anak dewasa sekalipun, kawal dan iringilah terus dengan doa. Pilihlah waktuwaktu yang mustajab. Antara azan dengan iqamah, dalam sujud dan di sepertiga malam terakhir misalnya. Bahkan tidak ada salahnya ketika berdoa, Anda perdengarkan doa tersebut di hadapan anak Anda. Selain untuk mengajarkan doa-doa nabawi tersebut, juga agar dia melihat dan memahami betapa besar harapan Anda agar dia menjadi anak salih.
⚠Awas, Hati-hati!
Doa orang tua itu mustajab, baik doa tersebut bermuatan baik maupun buruk. Maka berhatihatilah wahai para orangtua. Terkadang ketika Anda marah, tanpa terasa terlepas kata-kata yang kurang baik terhadap anak Anda, lalu Allah mengabulkan ucapan tersebut, akibatnya Anda menyesal seumur hidup.
Dikisahkan ada seorang yang mengadu kepada Imam Ibn al-Mubarak mengeluhkan tentang anaknya yang durhaka. Beliau bertanya, “Apakah engkau pernah mendoakan tidak baik untuknya?”. “Ya” sahutnya. “Engkau sendiri yang merusak anakmu” pungkas sang Imam.
Pesantren Tunas Ilmu, Kedungwuluh Purbalingga, 9 Ramadhan 1432 / 9 Agustus 2011
Penulis: Ustadz Abdullah Zaen, Lc., M.A. hafidzohulloh
Sumber: Jurus Jitu Mendidik Anak - Serial Ebook Islami www.yufid.com
_________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar