Rabu, 03 Februari 2016

Mentalqin Mayit

# Cara Mentalqin Mayit #

Oleh : Ustadz Ammi Nur Baits, ST

Bagaimana cara mentalqin mayit?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Dianjurkan bagi orang yang hendak meninggal, agar ditalqin oleh mereka yang ada di sekitarnya.

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan,

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّه

Lakukanlah talqin untuk orang yag mau meninggal di tengah kalian, agar mengucapkan “laa ilaaha illallaah.” (HR. Muslim 2162, Nasai 1837 dan yang lainnya).

Tujuan disyariatkan talqin, agar kalimat terakhir yang terucap dari mayit adalah kalimat laa ilaaha illallaah..

Dari Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ

“Siapa yang kalimat terakhirnya laa ilaaha illallaah maka akan masuk surga.” (HR. Ahmad 22684, Abu Daud 3118 dan yang lainnya).

Kemudian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait talqin,

Pertama, hendaknya yang mentalqin mayit adalah orang yang dicintai mayit atau yang dipercaya mayit

Misalnya, istri atau suaminya, anaknya, orang tuanya, saudara dekatnya, keponakannya, atau yang lainnya.

Tujuannya agar calon mayit semakin yakin bahwa yang disampaikan orang ini adalah kebaikan.

Karena itu, terkadang setan datang menggoda manusia di akhir hayatnya, untuk menyesatkan mereka. Datang dengan menampakkan diri seperti orang tuanya.

Abdullah putra Imam Ahmad menceritakan,

Saya meghadiri proses kematian ayahku, Ahmad. Beliau terkadang pingsan, terkadang siuman. Tiba-tiba beliau berisyarat dengan tangannya, “Tidak, tidak benar…. Tidak, tidak benar….” Beliau lakukan ini berkali-kali.

Ketika sadar, aku tanya kepada beliau, “Apa yang terjadi pada ayah?” Jawab Imam Ahmad,

إن الشيطان قائم بحذائي عاض على أنامله ، يقول : يا أحمد فتني ، وأنا أقول : لا بعد ، لا بعد

Sesungguhnya setan berdiri di sampingku, sambil menggigit jariya, lalu dia mengatakan, “Ya Ahmad, aku tidak bisa menyesatkanmu.” Lalu aku jawab, “Tidak… tidak benar.” (al-Qiyamah as-Sughra, hlm 16).

Kedua, hendaknya dilakukan dengan memperhatikan intensitas dalam mengajarkan kalimat laa ilaaha illallaah. Dalam arti, jangan terlalu sering yang bisa jadi membuat bosan si orang yang sakit. Termasuk ketika dia dalam kondisi sedang berontak, sebaiknya talqin sementara dihentikan.

Al-Qurthubi menceritakan,

Guruku, Abul Abbas Ahmad bin Umar pernah menjenguk Abu Ja’far di Kordoba yang kala itu sedang sekarat. Ketika ditalqin, Laa ilaaha illallaah… tapi tiba-tiba dia berontak, “Tidak.. tidak.”

Setelah dia sadar, kami tanyakan hal itu kepadanya. Lalu dia mengatakan,

أتاني شيطانان عن يميني وعن شمالي ، يقول أحدهما : مت يهودياً فإنه خير الأديان ، والآخر يقول : مت نصرانياً فإنه خير الأديان ، فكنت أقول لهما : لا ، لا

Ada dua setan mendatangiku, di sebelah kanan dan kiriku. Yang satu mengajak, ‘Jadilah yahudi, karena itu agama terbaik.’ Sementara satunya mengajak, ‘Jadilah nasrani, karena itu agama terbaik.’ Akupun berontak, kukatakan, “Tidak.. tidak..” (al-Qiyamah as-Sughra, hlm. 16)

Ketiga, hindari orang yang bisa membuat calon mayit semakin resah.

Misalnya tangisan istrinya, tangisan anaknya yang menunjukkan kesedihannya dengan kematian suaminya atau ayahnya. Ini bisa membuat calon mayit semakin resah, sehingga dia lebih memikirkan keluarganya dari pada keselamatan akhiratnya. Bisa jadi ini akan menghalangi dia untuk mengucapkan laa ilaaha illallah…

Keempat, cara talqin adalah mengajak dia untuk mengucapkan kalimat tauhid, bukan mengulang-ulang ucapan ‘Laa ilaaha illallaah’ di sampingnya. Karena itu dalam talqin bisa kita iringi dengan janji baik, misalnya:

“Mari ucapkan laa ilaaha illallaah, insyaaAllah dapat surga”.

Dari Ibnul Musayib, dari ayahnya, beliau menceritakan,....

Selengkapnya baca di sini⬇
http://www.salamdakwah.com/baca-artikel/cara-mentalqin-mayit.html

https://telegram.me/sistertojannah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar