Senin, 31 Juli 2017

Segelas Teh


Ustadz Yazid Jawas dan Segelas Teh


Berkata Ustadzuna Andika dari Cirendeu:


Ketika dulu mengabdi di Ma'had Minhajus Sunnah, ana dibuat takjub akan waro'nya (kehati-hatian) al-Ustadz Yazid. 


Suatu ketika datang tamu ke ma'had (pesantren), dan disediakanlah air teh manis sebagai minuman sang tamu. Namun ketika tamu sudah pulang, al-Ustadz melihat air teh yang belum habis diminum. Lalu beliau membawa sisa air minum tadi ke kamar mandi. Alih-alih bukannya air dibuang ke saluran pembuangan, malah dibuang ke bak mandi. 


Lalu ana bertanya ke al-Ustadz Yazid, "Ya ustadz kenapa dibuangnya di bak mandi?" 


Al-Ustadz menjawab: "Sayang kalau dibuang, kan masih bisa dipakai buat mandi. Dan air teh yang merah ini pun akan larut bersama air bak mandi yang lebih banyak. Dan ana takut ditanya Allah cuma karena membuang sisa air teh." 


(Percakapan ditulis secara makna dari cerita Ustadzuna Andika - copas dari akh Fauzi Rifaldil via Pengajian Ulil Albab).


WanitaSalihah


Mendidik Anak

Anak anak yang dididik dalam keluarga yang penuh kesantunan, etika tata krama & sikap kesederhanaan akan tumbuh menjadi anak anak yang tangguh, disenangi & disegani banyak orang.
Mereka tau aturan makan table manner di restoran mewah.
Tapi ngga canggung makan di warteg kaki lima.
Mereka sanggup beli barang barang mewah.
Tapi tau mana yang keinginan dan kebutuhan.
Mereka biasa pergi naik pesawat antar kota.
Tapi santai aja saat harus naik angkot kemana mana.
Mereka berbicara formal saat bertemu orang berpendidikan.
Tapi mampu berbicara santai bertemu orang jalanan.
Mereka berbicara visioner saat bertemu rekan kerja.
Tapi mampu bercanda lepas bertemu teman sekolah.
Mereka ngga norak pas ketemu orang kaya.
Tapi juga ngga merendahkan orang yg lebih miskin darinya.
Mereka mampu beli barang-barang bergengsi.
Tapi sadar kalo yang membuat dirinya bergengsi adalah kualitas & kapasitas dirinya, bukan dari barang yang dikenakan.
Mereka punya..
Tapi ngga teriak kemana mana.
Kerendahan hati yang membuat orang lain respect dengan dirinya.
Jangan didik anak dari kecil dengan penuh kemanjaan, apalagi sampai melupakan kesantunan & etika tata krama. Hal hal sederhana tentang kesantunan seperti : Pamit pas pergi dari rumah, permisi saat masuk ke rumah temen (karena ternyata banyak orang masuk ke rumah orang ngga punya sopan santun, ngga nyapa orang-orang yg ada di rumah itu), balikin pinjeman uang sekecil apapun, berani minta maaf pas ada kesalahan & tau terima kasih kalo dibantu sekecil apapun. Kelihatannya sederhana, tapi orang yang ngga punya attitude itu enekkin buanget.
Bersyukurlah, bukan karena kita terlahir di keluarga yang kaya atau cukup.
Bersyukurlah kalau kita terlahir di keluarga yang mengajarkan kita kesantunan, etika tata krama & kesederhanaan. Karena ini jauh lebih mahal daripada sekedar uang.

#YS

Thibbun Nabawi

# Thibbun nabawi Dalam Al-Quran Dan Sunnah Masih Bahannya Saja, Perlu Penelitian Dan Pengalaman Thabib Agar Menjadi Obat


-Ibnu Hajar Al-asqalani menjelaskan bahwa agar menjadi obat maka butuh dosis, indikasi dan takarannya


-Madu dalam AlQuran dan Habbatus sauda dalam hadits masih hanya menunjukkan bahannya saja bahwa keduanya adalah obat


-Misalnya kita mendengar turun-temurun buah Merah bisa menjadi obat, tentu kita bertanya-tanya bagaiana cara mengolah buah merah agar menjadi obat: dosis, bentuk dan takarannya


-Begitu juga dengan madu dan habbatus sauda, jadi jika hanya minum tanpa dosis dan tanpa indikasi, ini  bukanlah pengertian (طب) thibbun/pengobatan


-Bagaimana dosisnya dan indikasinya? Ini butuh pegalaman thabib yang terpercaya atau di zaman modern butuh penelitian ilmiah


-Yang terpenting juga adalah kemampuan mendiagnosa penyakit sebagaimana thabib yang dahulunya, kita tahu sakit spesifiknya apa dan kita tahu obatnya


-Bukan mendiagnosa general sekali, misalnya hanya melihat telapak tangan kemudian mengatakan: "sakitnya di perut", padahal sakit diperut sangat banyak jenisnya


-Kita berdoa sebagai orang Islam agar thibbun nabawi bisa bangkit kembali, jika bisa menjadi pengobatan internasional


-Dan sebagai orang Indonesia, semoga pengobatan herbal indonesia juga maju dan mendunia


Seorang teman kami ketika sakit, merasa tidak enak di perut dan demam, ia berobat dengan habbatus sauda dan madu karena ia yakin dengan sabda Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam serta kandungan Al-Quran bahwa keduanya mujarrab serta bisa menyembuhkan semua penyakit. Kemudian ia mengikuti petunjuk dilabel kotak habbatus sauda bahwa pengunaannya 3 x sehari 2 kapsul habbtus sauda. ia juga meminum madu 3 x sehari 2 sendok makan. Akan tetapi demamnya semakin tinggi, tidak mereda dan bertambah parah.


Contoh yang lain, seseorang sedang demam tinggi, kemudian ia teringat hadits bahwa demam adalah dari luapan api neraka maka didinginkan dengan air. Maka dengan demam tinggi badannya di basuh dengan air yang dingin. walhasil ia pernyakit bertambah parah dan tubuh dengan demam tinggi tidak mampu menerima air yang dingin. Padahal yang dimaksud hadits adalah demam karena sengatan matahari (nanti ada penjelasan dari ulama mengenai hadits tersebut)


Demikianlah kesalahpahaman yang terjadi pada beberapa orang muslimin yang perlu kita luruskan bersama. Habbatus sauda yang disebutkan dalam hadits dan madu yang disebutkan dalam Al-Quran masih berupa bahannya saja maka untuk menjadi obat perlu penelitian dan pengalaman thabib agar ia menjadi obat.


Logikanya:


Jika ada yang mengatakan kepada kita, buah merah dijadikan berbagai macam obat penyakit oleh orang Papua. Maka berita yang sampai ke kita masih sekedar berita mengenai bahannya saja. Untuk menjadi obat maka kita perlu belajar kepada thabib orang Papua, bagaimana pengolahan buah merah? dosisnya berapa? Indikasinya untuk penyakit apa saja? Perlu dicampur dengan apa saja? Apa saja pantangan yang tidak boleh dilakukan? Dan tentu saja kita juga perlu belajar kepada thabib tersebut bagaimana ia mendiagnosis penyakit. Jika penyakit ini yang ia maksud, maka dosis buah merah sekian dan cara pengolahannya begini dan begitu.


 


Kita harus yakin dan beriman dengan thibbun nabawi


Yang tidak boleh adalah ketika kita tidak beriman dan meremehkan thibbun nawabi serta bahan-bahan yang disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah.


Allah Ta’ala berfirman,


يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ


“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah ta’ala) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl: 69)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّ هَذِهِ الحَبَّةَ السَّوْدَاءَ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ، إِلَّا مِنَ السَّام


”Sesungguhnya pada habbatussauda’ terdapat obat untuk segala macam penyakit, kecuali kematian” [1]


Maka kita harus menyakini dan beriman bahwa keduanya adalah obat. Apalagi telah dilakukan penelitian kedokteran bahwa habbatus sauda bisa meningkatkan daya tahan tubuh. jika daya tahan tubuh kuat dan tinggi, maka secara kedokteran semua penyakit ada kemungkinan sembuh.


Ulama dan dokter muslim yang terkenal Ibnu Qayyim Al-Jauziyahrahimahullahu dalam kitab tibbun nabawi menjelaskan tentang habbatus sauda,


وَهِيَ كَثِيرَةُ الْمَنَافِعِ جِدًّا، وَقَوْلُهُ: «شِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ» ، مِثْلُ قَوْلِهِ تعالى: تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّها  أي: كلّ شيء يقبل التَّدْمِيرَ وَنَظَائِرَهُ، وَهِيَ نَافِعَةٌ مِنْ جَمِيعِ الْأَمْرَاضِ الْبَارِدَةِ، وَتَدْخُلُ فِي الْأَمْرَاضِ الْحَارَّةِ الْيَابِسَةِ


“Habbatus sauda memiliki sangat banyak manfaat, sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “obat untuk segala macam penyakit”, sebagaimana firman Allah, “Menghancurkan segala sesuatu dengan perintahan Rabb-nya”. Yaitu segala sesuatu yang bisa hancur dan semisalnya. Dan habbatus sauda bermanfaat menyembuhkan segala macam penyakit yang bersifat dingin dan penyakit yang bersifat panas dan kering.” [2]


 


Perlu penelitian dan pengalaman thabib


Seperti dijelaskan bahwa bahan-bahan thibbun nabawi dalam Al-Quran dan Sunnah masih bersifat umum, sehingga perlu penelitian dan pengalaman thabib agar menjadi obat. sebagaimana penjelasan dalam hadits berikut.


عَنْ سَعْدٍ، قَالَ: مَرِضْتُ مَرَضًا أَتَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ ثَدْيَيَّ حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَهَا عَلَى فُؤَادِي فَقَالَ: «إِنَّكَ رَجُلٌ مَفْئُودٌ، ائْتِ الْحَارِثَ بْنَ كَلَدَةَ أَخَا ثَقِيفٍ فَإِنَّهُ رَجُلٌ يَتَطَبَّبُ فَلْيَأْخُذْ سَبْعَ تَمَرَاتٍ مِنْ عَجْوَةِ الْمَدِينَةِ فَلْيَجَأْهُنَّ بِنَوَاهُنَّ ثُمَّ لِيَلُدَّكَ بِهِنَّ


“Dari Sahabat Sa’ad mengisahkan, pada suatu hari aku menderita sakit, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku, beliau meletakkan tangannya di antara kedua putingku, sampai-sampai jantungku merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya engkau menderita penyakit jantung,temuilah Al-Harits bin Kalidah dari Bani Tsaqif, karena sesungguhnya ia adalah seorang tabib. Dan hendaknya dia [Al-Harits bin Kalidah] mengambil tujuh buah kurma ajwah, kemudian ditumbuh beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya.”[3]


 


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu ramuan obat yang sebaiknya diminum, akan tetapi beliau tidak meraciknya sendiri tetapi meminta sahabat Sa’adradhiallahu ‘anhu agar membawanya ke Al-Harits bin Kalidah sebagai seorang tabib. Hal ini karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya tahu ramuan obat secara global saja dan Al-Harits bin Kalidah sebagai tabib mengetahui lebih detail komposisi, cara meracik, kombinasi dan indikasinya.


Ibnu hajar Al-Asqalanirahimahullahu berkata,


فقد اتفق الأطباء على أن المرض الواحد يختلف علاجه باختلاف السن والعادة والزمان والغذاء المألوف والتدبير وقوة الطبيعةلأن الدواء يجب أن يكون له مقدار وكمية بحسب الداء إن قصر عنه لم يدفعه بالكلية وإن جاوزه أو هي القوة وأحدث ضررا آخر


 


“Seluruh tabib telah sepakat bahwa pengobatan suatu penyakit berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan umur, kebiasaan, waktu, jenis makanan yang biasa dikonsumsi, kedisiplinan dan daya tahan fisik…karena obat harus sesuai kadar dan jumlahnya dengan penyakit, jika dosisnya berkurang maka tidak bisa menyembuhkan dengan total dan jika dosisnya berlebih dapat menimbulkan bahaya yang lain.”[4]


 


thibbun nabawi juga butuh keyakinan dan keimanan ketika berobat dengannya


thibbun nabawi adalah ibarat pedang yang tajam, hanya saja tangan yang memegang pedang tersebut juga harus kuat dan terlatih. Demikianlah jika kita berobat dengan thibbun nabawi, ada unsur keimanan dan keyakinan orang yang mengobati serta orang yang diobati tidak semata-mata sebab-akibat saja.


Bisa kita lihat dalam kisah sahabat Abu Sa’id Al-Khudri yang meruqyah orang yang terkena gigitan racun kalajengking dengan hanya membaca Al-Fatihah saja. Maka orang tersebut langsung sembuh. Sebagaimana dalam hadits


عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانُوا فى سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَىٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ. فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَىِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِىَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَهَا. وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-. فَأَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ. فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلاَّ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. فَتَبَسَّمَ وَقَالَ « وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ». ثُمَّ قَالَ « خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِى بِسَهْمٍ مَعَكُمْ »


Dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dahulu berada dalam perjalanan safar, lalu melewati suatu kampung Arab. Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu. Penduduk kampung tersebut lantas berkata pada para  sahabat yang mampir, “Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyahkarena pembesar kampung tersebut tersengat binatang atau terserang demam.” Di antara para sahabat lantas berkata, “Iya ada.” Lalu ia pun mendatangi pembesar tersebut dania meruqyahnya dengan membaca surat Al Fatihah. pembesar tersebutpun sembuh. Lalu yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan menerimanya -dan disebutkan-, ia mau menerima sampai kisah tadi diceritakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamdan menceritakan kisahnya tadi pada beliau. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al Fatihah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas tersenyum dan berkata, “Bagaimana engkau bisa tahu Al Fatihah adalah ruqyah?” Beliau pun bersabda, “Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya bersama kalian.”[5]


Jika ada orang yang terkena penyakit yang sama disengat kalajengking atau yang lebih ringan misalnya disengat tawon, kemudian ada yang membacakan Al-fatihah ternyata tidak sembuh. Maka jangan salahkan Al-Fatihah jika tidak sembuh tetapi salahkan tangan yang tidak mahir serta kuat memegang pedang yang tajam. Jika iman, amal dan tawakkal sebaik Abu Sa’id Al-Khudri maka kita bisa berharap penyakit tersebut sembuh.


 


Begitu juga dengan Air zam-zam yang didalam hadits adalah sesuai dengan niat orang yang meminumnya baik berupa kesembuhan, kepintaran dan pemenuhan hajat.


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


زَمْزَمُ لِمَا شُرِبَ لَهُ


“Air zamzam itu sesuai dengan apa yang diniatkan peminumnya”.[6]


Tabi’in Ahli tafsir, Mujaahidrahimahullah berkata,


ماء زمزم لما شرب له، إن شربته تريد شفاء شفاك الله، وإن شربته لظمأ أرواك الله، وإن شربته لجوع أشبعك الله، هي هَزْمة جبريل وسُقيا الله إسماعيل.


“Air zamzam sesuai dengan apa yang diniatkan peminumnya. Jika engkau meminumnya untuk kesembuhan, maka Allah akan menyembuhkanmu. Apabila engkau meminumnya karena kehausan, maka Allah akan memuaskanmu. Dan apabila engkau meminumnya karena kelaparan, maka Allah akan mengenyangkanmu. Ia adalah usaha Jibril dan pemberian (air minum) Allah kepada Isma’il”.[7]


Ibnul-Qayyim rahimahullah telah membuktikan mujarrabnya air zam-zam, beliau berkata,


وقد جرّبت أنا وغيري من الاستشفاء بماء زمزم أمورا عجيبة، واستشفيت به من عدة أمراض، فبرأت بإذن الله


“Sesungguhnya aku telah mencobanya, begitu juga orang lain, berobat dengan air zamzam adalah  hal yang menakjubkan. Dan aku sembuh dari berbagai macam penyakit dengan ijin Allah Ta’ala”[8].


Jika ada orang di zaman ini sakit, kemudian minum air zam-zam dan ternyata tidak sembuh-sembuh walaupun sudah banyak dan lama meminumnya. Maka jangan salahkan Air zam-zam.


 


Perlu juga penjelasan ulama


Hadits dan Al-Quran terkadang turun dengan lafadz-lafadz umum sehingga perlu penjelasan dan rincian dari para ulama yang mendalaminya. Begitu juga dengan hadits-hadits thibbun nabawi, maka perlu penjelasan para ulama. Salah satunya adalah sebagaiman yang kami jelaskan pada muqadimah. Bahwa demam yang dimaksud dalam hadits yang didinginkan dengan air  adalah demam karena sengatan matahari atau dalam ilmu kedokteran disebut “sunburn”, maka terapinya dengan air (dikompres)  atau benda yang dingan sesuai dengan ilmu kedokteran modern.


Dari nafi’, dari ‘Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


عن نافع، عن ابن عمر، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «إنما الحمى أو شدة من فيح جهنم، فأبردوها بالماء»


”Sesungguhnya demam atau demam yang sangat adalah sebagian dari aroma/luapan neraka jahannam; maka dinginkanlah ia dengan air”.[9]


Berikut penjelasan Ibnul Qayyimrahimahullah,


وقد أشكل هذا الحديث على كثير من جهلة الأطباء، ورأوه منافيا لدواء الحمى وعلاجها، ونحن نبين بحول الله وقوته وجهه وفقهه، فنقول: «خطاب النبي صلى الله عليه وسلم نوعان: عام لأهل الأرض، وخاص ببعضهم، فالأول «كعامة خطابه، والثاني: كقوله: «لا تستقبلوا القبلة بغائط» . ولا بول، ولا تسدبروها، ولكن شرقوا، أو غربوا» «2» ، فهذا ليس بخطاب لأهل المشرق والمغرب ولا العراق، ولكن لأهل المدينة وما على سمتها، كالشام وغيرها. وكذلك قوله: «ما بين المشرق والمغرب قبلة» » .وإذا عرف هذا، فخطابه في هذا الحديث خاص بأهل الحجاز، وما والاهم، إذ كان أكثر الحميات التي تعرض لهم من نوع الحمى اليومية العرضية الحادثة عن شدة حرارة الشمس وهذه ينفعها الماء البارد شربا واغتسالا


“Hadits ini menimbulkan banyak masalah bagi dokter yang bodoh, yang memandangnya sabagai peniadaan pengobatan bagi penyakit demam dan pencegahannya. Kami akan menjelaskan -dengan daya dan kekuatan Allah- segi dan maknanya.


Maka kami katakan: Seruan Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam ada dua macam:


yang umum bagi penduduk bumi


dan yang khusus bagi sebagian mereka.


yang pertama misalnya seruan baliau pada umumnya.


Dan yang kedua seperti ucapan beliau:”Janganlah kamu menghadap kiblat dengan tahi dan air kencing. Dan jangan pula kamu membelakanginya; akan tetapi menghadaplahh ke timur atau ke barat”.Ini bukanlah seruan kepada penduduk timur atau penduduk barat, juga bukan penduduk Irak. Tetapi ia adalah seruan kepada pendudukk Madinah dan kawasan yang serupa dengannya seperti syiria dan yang  lain. Juga ucapan baliau: “Apa yang ada diantara  timur dan barat adalah kiblat”.Apabila yang demikian diketahui, maka seruan beliau didalam hadits ini adalah khusus bagi penduduk Hijaz dan siapa yang ada di sekitar mereka, sebab kebanyakan demam yang menyerang mereka dari jenis demam matahari dan aksidental yang terjadi karena terik sinar matahari. Dan ini dapat diatasi dengan air yang dingin, baik minum atau pun mandi.” [10]


Jika tidak memahami penjelasan ulama, maka bisa dibayangkan (atau anda yang pernah mengalami demam tinggi misalnya karena tipus atau demam berdarah), kemudian mandi atau dibasuh dengan air yang dingin, tentu penyakit bisa bertambah parah.


 


Demikianlah yang bisa kami bahas, semoga bermanfaat bagi kaum muslimin.


Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Walamdulillahi rabbil ‘alamin.


Penyusun: dr. Raehanul Bahraen


Artikel www.muslimafiyah.com

 


[1] Muttafaqun ‘alaihi HR. Bukhori no. 5687, Muslim no. 2215


[2] Tibbun Nabawi hal 287, maktabah Ats-Tsaqafiy, Koiro, Tahqiq Dr. Hamid Muhammad Ath-Thahir


[3]  HR. Abu Dawud no.2072


[4]  Fathul Baari  10/169-170, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, Asy-Syamilah


[5]  HR. Bukhari no. 5736 dan Muslim no. 2201


[6] HR. Ibnu Majah dalam Sunan-nya 2/1018 dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaaul-Ghaliil fii Takhriiji Ahaadiitsi Manaaris-Sabiil, 4/320


[7]  HR. ‘Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf 5/118


[8] Zaadul-Ma’ad 4/393.


[9]  mutafaqun alaihi


[10] Tibbun Nabawi hal 20, maktabah Ats-Tsaqafiy, Koiro, Tahqiq Dr. Hamid Muhammad Ath-Thahir


http://muslimafiyah.com/madu-dan-habbatus-sauda-thibbun-nabawi-dalam-al-quran-dan-sunnah-masih-bahannya-saja-perlu-penelitian-dan-pengalaman-thabib-agar-menjadi-obat.html

habbatussauda adalah obat bukan makanan,   dikonsumsi atas indikasi, jd jgn terus menerus y bu ibu

kumpul di uni kan?

Tips Perkelahian Antar Saudara

Kiki Barkiah

Berdasarkan pengalaman memiliki 5 anak dengan jarak yang berdekatan, berikut tips dari Kiki Barkiah dalam menghadapi perkelahian antar saudara karena berebut mainan.


1. Ajarkan anak untuk tidak membalas keburukan dengan keburukan lagi. Namun membalas keburukan dengan keadilan

2. Jangan menegakan disiplin dalam keadaan anak tidak tenang seperti dalam keadaan marah atau rewel

3. Ajak anak menenangkan diri sebelum mengajak bicara tentang masalahnya, lalu ajak mereka mencari solusi atau tawarkan win win solution

4. Jangan paksa anak untuk berbagi, karena mereka butuh waktu untuk mengerti arti berbagi, namun ajarkan anak untuk meminta ijin

5. Hargai privasi anak, jika sesekali ia tidak sedang ingin membagi miliknya. Namun alihkan dengan tawaran lain secara kreatif sehingga yang menangis bisa terhibur

6. Jangan berlakukan aturan bahwa kakak harus selalu mengalah, namun tempatkanlah masing2 sesuai dengan haknya

7. Apreasiasi saat salah seorang diantara mereka mau berbagi atau mengalah, sehingga mereka mengerti bahwa itu adalah perilaku baik yang diharapkan

8. Apresiasi semua pihak yang menawarkan solusi kemudahan dalam setiap permasalahan

9. Tawarkan solusi bergantian dengan menggunakan waktu, lalu lakukan dengan komitmen sampai jatah gilirannya habis, meski dengan membiarkan anak lain tantrum. Jika ia tantrum berbahaya, tahan tubuhnya atau singkirkan dari segala benda yg membahayakan

10. Jika bergantian sebelum waktu yg ditentukan, maka pastikan hal itu merupakan kerelaan dr pihak yang lain

11. Buat durasi waktu giliran yang tidak lama untuk menghindari kemungkinan masalah yang memburuk akibat ketidaksabaran menunggu

12. Jika anak tidak mau kompromi katakan dengan baik "bunda tidak mau mainan yang bunda belikan membuat kita jadi bertengkar, bunda simpan dulu ya mainannya sampai kalian mau tenang, berbagi, atau gantian"

13. Turunkan mainan kembali saat mereka tenang lalu biacarakan kembali ttg solusi (bisal gantian dgn durasi waktu tertentu)

14. Ajari anak meminta maaf bagi yang salah dan mengucapkan terimakasih kepada pihak yang memberi kemudahan

15. Jangan mendisiplinkan anak yang melakukan kekerasan dgn kekerasan lagi, namun pisahkan sementara untuk memintanya tenang, kemudian ajari ia mengungkapkan keinginannya melalui perkataan yang baik

15. Gunakan teknik "time out" jika permasalahan memburuk, ini sekaligus merupakan kesempatan untuk semua pihak menenangkan diri

16. Agar teknik time out berjalanefektif, pastikan anak yang sedang di time out merasa rugi kehilangan kesempatan mengikuti kegiatan untuk beberapa saat

17. Sudut yang dipilih untuk time out harus yang membosankan tetapi tidak boleh menakutkan apalagi mengasyikan

18 apresiasi anak-anak saat kita menemukan mereka bermain dengan damai, dengan itu mereka mengerti bahwa itu yang kita harapkan 

19 jangan lupa doakan anak-anak memiliki kelembutan hati untuk hidup damai bersaudara