KEMANA MENYEKOLAHKAN ANAK? (5)
KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU DIENUL ISLAM
Menuntut ilmu syar’i tidaklah sama dengan menuntut ilmu duniawi, karena ilmu syar’i bersumber dari wahyu Ilahi, pasti benar dan bermanfaat, baik di dunia atau di akhirat kelak. Ilmu Islam bagaikan pelita yang menerangi ahlinya untuk membedakan yang haq dan yang batil, yang sunnah dan yang bid’ah dan pengantar menuju ke surga. Berbeda dengan ilmu hasil pikir manusia, belum tentu membawa kebahagiaan hidup.
Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan keutamaan menuntut ilmu Dineul Islam sebagai berikut :
1. Ilmu dien adalah wariasan para Nabi. Mereka tidaklah mewariskan kepada umat melainkan ilmu wahyu Allah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud : 3157.
2. Ilmu dien itu kekal, tidak musnah, akan mengikuti ahlinya sampai meninggal dunia, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim : 3084.
3. Ilmu dien itu tidak sulit menjaganya, karena tempatnya di hati, tidak membutuhkan peti atau kunci, bahkan ilmunya itu yang menjaga dirinya, berbeda dengan harta benda, pemiliknya harus menjaganya.
4. Ahli ilmu dien memperoleh syuhada di atas yang haq, lihat surat Ali Imran (3) : 18.
5. Ahli ilmi dien termasuk waliyul amri yang wajib ditaati, lihat surat An-Nisa (4) : 59.
6. Ahli ilmu dien penegak kebenaran sampai hari kiamat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ اْلأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللهِ لاَيَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ الله
“Dan senantisa umat ini penegak hukum Allah, tidaklah membahayakan kepada mereka orang yang menyelisihimu sampai datang keputusan Allah pada hari kiamat:” ( HR. Bukhari: 69 bersumber dari sahabat Muawiyah radhiyallahu ‘anhu.)
7. Ahli ilmu dien diangkat derajatnya oleh Allah Q.S Al-Mujadilah 58 : 11 (Kitabul Ilmi oleh Ibnu Utsaiman hal. 18-22).
Keutamaan menuntut ilmu syar’i sengaja kami bahas, agar orang tua tidak ragu lagi menyekolahkan anaknya kepada pesantren salafi yang dikelola sedemikian rupa kurikulumnya dan diseleksi pengajarnya, dengan biaya yang bisa dijangkau, insya Allah akan mengantarkan anak menjadi ahli ibadah kepada Allah, birrul walidain (berbakti kepada orang tua ), dan menjadi da’i pembela kebenaran –bi idznillah– yang kelak orang tua akan memetik pahalanya walaupun telah meninggal dunia.
BAHAYA PENDIDIKAN SEKULER
Yang dimaksud pendidikan sekuler ialah pendidikan yang tidak memperhatikan ilmu dinul Islam, atau tidak berasaskan Islam.
Adapun bahayanya banyak sekali, bahaya pengajarnya, materinya, dan pergaulannya.
Bahaya pengajar. Pada umumnya pengajarnya tidak mengenal aqidah yang benar, atau bodoh terhadap ajaran Islam, dan boleh jadi mereka orang kafir atau musyrik atau orang yang memusuhi Islam: itu semua karena latar belakang pendidikan mereka sebelumnya.
Perhatikan dosen yang mengajarnya diperguruan tinggi Agama Islam dan lainnya. Tentu hal ini akan berbahaya bila menuntut ilmu tidak memiliki aqidah dan syari’at Islam yang benar. Penuntut ilmu ( mahasiswa) yang memiliki pengetahuan yang haq pun segan menegur kesalahan pengajarnya karena kawatir tidak lulus. Adapun siswa yang kuat imannya, tentu tidaklah betah bergaul dengan mereka karena Allah. menamakan iman di hati mereka. Lihat surat al-Hujurat (49) :7.
Bahaya materinya. Boleh jadi materi yang diajarkan termasuk perkara yang dilarang menurut ajaran Islam karena berkenan dengan aqidah dan akhlaq, atau membahayakan jasmani dan rohaninya. Maka siswa yang tidak mengenal ajaran Islam yang kaffah tentu sulit untuk menghukumi materi boleh dipelajari atau tidak.
Bahaya pergaulan. Biasanya, pendidikan umum tidak memperhatikan pergaulan siswa dan siswinya, mereka bercampur menjadi satu tanpa ada hijab yang menghadapinya, bahkan pengajarnya campur laki-laki dan wanita. Padahal melihat wanita yang bukan mahramnya hukumnya haram (lihat surat an-Nur 24:30-31), apalagi bergaul bebas bertatap muka, sentuh-menyentuh, berkhalawat, dan berpergian tanpa maharam. Tentu dosanya lebih besar daripada manfaat ilmu yang diperolehnya. Perhatikan sekolah kedokteran dan perkuliahan di jurusan lainnya ; zina mata, telinga, mulut, tangan, dan kaki, setiap hari menjemputnya. Siapakah yang bertanggung jawab bila musibah telah menimpa? Siapakah yang bertanggung jawab di akhiratnya?
Adapun bahaya lain, mereka akan meninggalkan menuntut ilmu Dienul Islam dan ibadah kepada Allah subahanahu wa Ta'ala karena mereka sibuk dengan ilmu duniawainya. Bahkan, boleh jadi akan memerangi Islam dan ulamaya.
SYUBHAT DAN BANTAHAN
Diantara syubhat (keraguan-keraguan, red) yang tersebar di kalangan masyarakat, mereka menyekolahkan anak ke sekolah umum dan melalaikan pendidikan aqidah shahihah sebagai berikut :
1. Mengikuti orang-orang pada umumnya
Jiwa orang awam seperti terkena virus, kaidah mereka “yang ditiru banyak orang itulah yang baik”. Jika anak masuk sekolah umum maka tidaklah dinamakan bersekolah, itulah aqidah mereka. Oleh karena itu, mereka berebut suapaya anaknya diterima di sekolah negeri atau sekolah swasta yang berstatus disamakan-minimalnya yang diakui. Padahal prinsip “umumnya” tidak menjamin baik, dan itulah kenyataannya.
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِى اْلأَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ ….
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. ( Q.S Al-An’am :6: 116).
2. Khawatir tidak dapat pekerjaan
Seharusnya orang Islam khawatir apabila dia dan anaknya tidak bisa menunut ilmu Dienul Islam nikmat ini tidak semua orang meraihnya; berbeda dengan kenikmatan berupa rezeki, semua hamba-Nya- yang beriman ataupun kafir-dijamin pasti menerimanya (lihat surat Hud: 6), apalagi mereka mau menunutut ilmu Dien dan bertaqwa, nisaya Allah subhanahu wa Ta'ala. Membuka rezekinya dari langit dan bumi (lihat surat al-raf : 96) dan niscaya Allah mengangkat derajatnya (lihat surat al-Mujadilah:11).
3. Orang Islam harus kaya
Prinsip “orang Islam harus kaya” bukanlah tujuan hidup yang orang yang beriman, akan tetapi prinsipnya orang kafir. Tujuan hidup yang benar adalah beribadah kepada Allah (lihat surat adz-Dzariyat: 56). Agama Islam tidak melarang orang menjadi kaya, akan tetapi meninggalkan pendidikan Islam untuk mencari kekayaan adalah merusak aqidah dan moral (lihat surat at-Takatsur:1, dan Al-Humazah: 1-2). Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak khawatir apabila umatnya miskin, akan tetapi khwatir bila umatnya kaya.
Dari Abu Ubaidah Rasulullah shallallahu ‘laihiwa sallam bersabda :
فَوَاللهِ لاَاْلفَقْرُ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنْ أَخَشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ عَلَيْكُمْ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تنَاَفَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهَمْ.
“ Maka demi Allah tidaklah aku khawati bila kamu itu fakir, akan tetapi aku khawatir bila kamu dilapangkan urusan duniawimu sebagaimana orang sebelumu, lalu kamu berlomba-lomba mengejarnya seperti mereka, lalu kamu hancur seperti mereka.” (HR.Bukhari : 2924, Muslim : 5261).
4. Kemunduruan kaum muslimin karena faktor ekonomi
Kami tidak mengingkari bahwa ekonomi penunjang kekuatan kaum muslimin sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Anfal: 60. Akan tetapi, semata-mata mengejar urusan dunia tanpa dilandasi aqidah yang benar, tidaklah memakmuran Islam, justru sebaliknya. Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kehancuran kaum muslimin karena umatnya ambisi dunia, bukan karena mengejar ilmu Sunnah.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذاَ تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ اْلبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلىَ دِيْنَكُمْ
“ Apabila kamu senang jual beli dengan system ‘inah (membeli secara kredit lalu dijual tunai kepada penjual dengan harga lebih murah) dan kamu sibuk dengan memegang ekor sapimu dan kamu lebih menyukai kebunmu, dan kamu tinggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan pada dirimu, Allah tidak mencabut kehinaan ini sehingga kamu berpegang kepada Agamamu”. (HR. Abu Dawud : 3003, lihat ash-Shahihah: 11)
Hadits ini menjawab syubhat hizbiyyin dan harakiyyin yang punya prinsip di atas, mereka ingin mengajak umat untuk meraih ‘izzah, tetapi dengan cara menghinakan umat.
Dakwah Al Hanif,Cilegon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar