BEBERAPA PERTANYAAN SEPUTAR SIKAP AS SALAF DALAM MENYIKAPI AL QUR’AN
Apakah Salafush Sholeh meninggalkan menghafal Qur-an?
Jawabannya: mereka tidak meninggalkan menghafal Qur-an.
Apakah Salafush Sholeh menghafalnya tanpa mentadabburinya dan mengamalkannya?
Jawabannya: mereka menghafal, mentadabburi, dan mengamalkan al Qur-an.
Manusia dalam menghafal al Qur-an terbagi menjadi beberapa kelompok
1. Tidak menghafal.
2. Menghafal tanpa mentadabburi dan mengamalkan.
3. Yang bersikap pertengahan: menghafal dengan tadabbur dan mengamalkan.
Golongan ketiga inilah jalannya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, semoga kita digolongkan ke dalam golongan ini.
Kaum Salaf setiap harinya menghafal Qur-an dibarengi dengan tadabbur ma’na yang terkandung dalam ayat-ayat yang mereka hafal. Setelah itu mereka juga mengamalkannya. Jadi ada tiga kebiasaan as Salaf dalam hal Qur-an: menghafal, mentadabburi dan mengamalkan.
Maka barangsiapa yang ingin mengikuti jalan as salaf dalam menyikapi al Qur-an, hafalkanlah al Qur-an setiap hari kemudian mentadabburinya dengan membuka tafsir ringkas seperti Tafsir as Sa’di dan semisalnya, dalam rangka mentadabburinya, kemudian memohon pertolongan kepada Allah untuk mengamalkannya.
Firman Allah:
يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
"Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan". (Al Furqan:30)
Maksud dari ditinggalkan adalah: Tidak dihafal, tidak ditabburi, tidak diamalkan.
Bagaimana dikatakan kita berada di atas jalan Salaf namun tidak menghafal, mentadabburi dan mengamalkan. Jika demikian maka pengakuannya adalah palsu.
اللهم لا تجعل هذا القرآن مهجوراً
(Faidah dari ceramah Syaikh Haitsam di Masjid Al Barkah Cileungsi yang diterjemahkan Ustadz Badru Salam)
~DA'WAH AL HANIF~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar