ENSIKLOPEDI AKHLAK SALAF
Oleh Ustadz Abu Ihsan Al Atsari, M.A
Pembicaraan tentang adab dan akhlak adalah pembicaraan yang tidak ada habisnya. Selama kita masih berada di atas muka bumi ini, pembahasan tentang adab dan akhlak akan tetap selalu dibutuhkan umat manusia. Seperti yang dituturkan oleh Abdullah Ibnul Mubarak, “Aku mempelajari adab selama 30 tahun dan aku mempelajari ilmu lainnya selama 20 tahun”.
Salaf terdahulu terlebih dahulu mempelajari adab kemudian ilmu lainnya. Lihatlah penuturan Imam yang mulia ini dari 50 tahun perjalanan menuntut ilmu, lebih dari separuhnya beliau gunakan untuk mempelajari adab. Artinya, sejak kecil para ulama salaf terdidik dan terbina di atas akhlak mulia, sehingga ketika mereka dewasa mereka menjadi morang-orang yang memiliki adab yang mulia dan siap untuk menerima ilmu. Orang-orang yang tidak pernah mencicipi pelajaran adab semasa kecilnya dia terkesan tidak siap menerima ilmu. Ilmu yang dituntutnya bukan menambah tunduk dan tawadhu kepada Allah, tapi justru menambah kesombongannya.
Maka sekarang kita lihat fenomena ketidakseimbangan antara mempelajari adab dan ilmu-ilmu lainnya sehingga menimbulkan ketimpangan-ketimpangan dalam perilaku amal keseharian. Sering ada keluhan, “Si fulan makin lama ngaji tapi makin buruk akhlaknya, makin sombong, angkuh, takabbur.” Mengapa bisa terjadi seperti itu? Kemungkinan dia melalaikan pelajaran-pelajaran adab atau meremehkannya, sehingga ilmunya tidak menambahnya tawadhu malah membuatnya bertambah sombong.
Ilmunya tidak seperti ilmu padi: makin berisi makin merunduk. Sebaliknya dia seperti tong kosong nyaring bunyinya. Seperti itulah fenomena yang kita lihat di zaman ini. Orang-orang yang tidak memperhatikan pelajaran adab maka ilmunya tidak membawa keberkahan pada dirinya. Ilmunya tidak menjadikan dia tawadhu kepada Allah, tawadhu kepada sesama, bahkan menjadikannya takabur kepada Allah. Maka dari itu kita tidak boleh mengabaikan pelajara-pelajaran yang berkaitan dengan adab. Ibnu Sirin berkata : “ Para salaf belajar adab sebagaimana mereka belajar tentang ilmu. Jadi mereka tidak meremehkan pelajaran-pelajaran tentang adab.
Lihatlah seseorang ketika mengenal manhaj salaf. Dia menjadi salafy, menjadi seorang ahlus sunnah wal jama’ah maka kita melihat aqidahnya berubah. Dahulu dia tidak mempercayai nama dan sifat-sifat Allah, setelah mengenal manhaj salaf dia mengimani nama dan sifat Allah, yakni mengimani tauhid asma wa sifat. Demikian pula tauhid uluhiyahnya. Jika dahulu dia sering datang ke dukun ataupun masih mempercayai hal-hal yang berbau tathayyur, maka setelah mengenal manhaj salaf keyakinannya berubah. Demikian pula ibadahnya berubah. Dahulu sebelum ngaji ibadahnya dipenuhi bid’ah setelah mengenal sunnah ibadahnya berubah menjadi sunnah. Sholatnya, puasanya sesuai sunnah. Demikian pula penampilannya berubah. Dahulu sebelum mengenal kajian salafy jenggotnya dicukur, celananya isbal ( di bawah mata kaki) setelah mengenal manhaj salaf jenggotnya dipelihara dan celananya di atas mata kaki.
Semuanya berubah. HANYA SATU YANG MUNGKIN AGAK TERLAMBAT BERUBAH DAN MUNGKIN JUGA TIDAK KUNJUNG BERUBAH YAITU AKHLAKNYA. Akhlaklah yang paling terakhir berubah pada diri seseorang meskipun dia sudah lama mengenal manhaj salaf. Semuanya sudah berubah namun belum tentu akhlaknya berubah. Namun bukan berarti akhlak itu tidak dapat diubah. Akhlak dapat diubah......
Silahkan unduh audionya:http://moslemsunnah.wordpress.com/2013/04/03/download-audio-ensiklopedia-akhlak-ustadz-abu-ihsan-al-atsari-surabaya-09-maret-2013/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar