Rabu, 02 April 2014

Kisah Inspirasi Untuk Ummahat

INSPIRASI UNTUK PARA PENUNTUT ILMU PLUS UMMAHAT ATAU ISTRI

Kami kutipkan sharing seorang ibu rumah tangga tentang membagi peran sebagai ibu, istri dan penuntut ilmu. Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Betapapun sibuknya seseorang, janganlah menjadikan kesibukan tersebut melalaikan dari mengerjakan sebuah kewajiban. Mudah-mudahan artikel dari seorang umm sekaligus istri yang pernah dimuat di majalah SALAFY edisi III/Syawal/1416/1996 ini bisa menginspirarasi. Great mothers inspire. Great women motivate...

Ummu Rofiq Ir. Lu’lu’in (31th), di Jalan Kauman Kediri bercerita:

“Saya mulai mengikuti ta’lim sejak tahun 1985, jadi kira-kira sudah sepuluh tahun yang lalu. Dalam waktu selama itu, tentu ada motivasi yang selalu mendorong saya. Motivasi utama saya untuk menuntut ilmu dien adalah keinginan agar saya bisa mentarbiyah (mendidik) diri sendiri dengan ilmu itu. Saya berkeinginan ilmu itu bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah saya menjalani kehidupan berkeluarga semenjak 5 Desember 1989, ada juga motivasi lain. Saya terdorong bagaimana bisa mengamalkan Al Qur-an dan As Sunnah sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya dalam kehidupan sehari-hari sebagai istri dan pendidik anak.

Dengan kesibukan saya sebagai ibu rumah tangga, saya harus membagi waktu dengan begitu kilat agar dapat menuntut ilmu dengan baik dan lancar. Pada dasarnya, saya memiliki waktu-waktu khusus untuk belajar. Pada hari-hari ketika saya ta’lim keluar, saya berusaha membagi waktu agar pekerjaan rumah juga terselesaikan dengan baik. Sore sebelumnya, saya mulai mengerjakan apa-apa yang sebenarnya bisa dikerjakan esok harinya. Kemudian pada pagi harinya biasanya saya menyiapkan masakan untuk siang dan sore hari. Setelah selesai, barulah saya berangkat ta’lim.

Waktu selain itu saya berusaha belajar sendiri. Di rumahpun saya berusaha membaca buku-buku, mendengarkan kaset, menerjemahkan kembali apa yang telah diterjemahkan di majelis ta’lim. Jam-jam untuk setiap aktivitas sudah saya bagi, meskipun tentu saja tidak mutlak.

Namun saya usahakan untuk menetapkan jam-jam mencuci, menyetrika atau atau pekerjaan lain, serta jam untuk belajar, sebenarnya itu tidak saya jadwalkan, tetapi sudah merupakan rutinitas sehari-hari maka terasa mudah membaginya.

Saya memiliki waktu khusus untuk belajar, yaitu setelah shalat malam, kira-kira jam tiga. Saat-saat seperti itu suasananya sepi juga tidak terganggu oleh anak. Saya gunakan waktu paling tidak sekitar setengah jam.

Selain itu pada jam-jam kosong, saya berusaha memanfaatkannya sebaik mungkin. Biasanya sepulang dari ta’lim, buku saya siapkan di atas meja. Jadi setiap ada jam kosong, saya langsung ke kamar untuk belajar. Ada pula waktu-waktu berdiskusi dengan suami. Waktunya biasanya ba’da maghrib, setelah saya mengajari anak saya yang semata wayang mengaji dan suami saya pun selesai tadarus. Bahan atau materi yang saya diskusikan adalah hal-hal yang saya dapatkan dari majelis ta’lim. Demikian juga masalah-masalah yang saya anggap baru (yang sebelumnya tidak saya ketahui).

Alhamdulillah selama saya mengaji, sejak sepuluh tahun lalu, tidak ada rasa malas. Mungkin karena niat saya yang kuat. Bahkan hari-hari untuk ta’lim merupakan waktu-waktu khusus yang tidak boleh diganggu oleh siapapun, termasuk tamu. Suami sayapun mempunyai waktu-waktu khusus untuk belajar di sela-sela kesibukannya.

Motivasi lain adalah karena suami saya merasa kurang mampu memberikan ilmu dien pada saya. PERASAAN SAMA-SAMA KURANG DALAM HAL INI MEMBUAT DIA MENDORONG SAYA UNTUK BELAJAR, MEMPERDALAM SENDIRI ILMU-ILMU DIEN. DALAM HAL INI KAMI MERASA FASTABIQUL KHAIRAT, BERLOMBA-LOMBA DALAM MENCARI ILMU DIEN. Tentu saja bila ada kesulitan misalnya dalam hal penerjemahan kata-kata yang sulit, saya bertanya pada suami, karena dia juga belajar bahasa Arab.

Waktu-waktu untuk diskusi, selain saya gunakan untuk belajar masalah agama, saya gunakan pula untuk ajang koreksi antara saya dan suami, saling menegur kesalahan. Dengan begitu Insya Allah kami berusaha memperbaiki diri masing-masing.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar