Sabtu, 26 Juli 2014

Akibat Buruk Akhlak Buruk

AKIBAT BURUK AKHLAK BURUK

Dalam sebuah ceramah, ustadz Abu Haidar As Sundawy menjelaskan akibat buruk akhlak buruk: “Diantara akibat buruk akhlak buruk adalah: pertama, baik akhlak tercela maupun pelakunya dibenci oleh Allah. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ath Thabrani dalam Al Ausath, Ibnu Asakir dengan sanad yang shahih, yang dijelaskan keshahihannya oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih al Jami’ dan Silsilah Ahadits Ash Shahihah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan dan mencintai ketinggian akhlak serta membenci keburukan akhlak” Karena keburukan akhlak adalah sesuatu yang sangat dibenci, sampai-sampai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdo’a:

اَللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَيَهدِي لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أنْتَ وَاصْرِفْ عَنَّي سَيِّئَهَا لاَيَصْرِفُ سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ

“Ya Allah tunjukkanlah aku untuk berhias dengan akhlak yang terbaik karena tidak ada yang bisa menunjukkan kami kepada hal itu kecuali Engkau, dan jauhkanlah aku dari akhlak yang buruk dan tidak ada yang bisa menjauhkan aku darinya kecuali Engkau”

Kemudian dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam At Tirmidzi dengan sanad yang shahih beliau memanjatkan do’a:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَراَ تِ الأَخْلَاقْ وَالأَعْماَلْ وَالأَهْواء وَالأَدْواءِ

“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari berbagai kemungkaran akhlak, amal perbuatan yang mungkar, hawa nafsu, dan segala macam penyakit”

Dan tidaklah Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam berlindung kepada Allah dari keburukan akhlak kecuali karena memang keburukan akhlak adalah sesuatu yang sangat merugikan.

Kedua, diantara kerugian akhlak tercela adalah terhapusnya amal-amal yang telah kita kumpulkan. Amal yang telah bertumpuk-tumpuk akan terhapus dan bukan cuma itu bahkan berbuah dosa. Jika akhlak mulia dapat menambah pahala dan menggugurkan dosa maka akhlak tercela dapat mengurangi bahkan menghapus pahala dan menambah dosa. Sehingga di akherat nanti pahalanya habis dan dosanya bertambah besar.

Orang yang seperti ini oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam disebut dengan muflis atau dalam bahasa kita disebut bangkrut. Orang yang bangkrut itu diistilah bagi orang yang ketika berdagang/berbisnis bukannya memperoleh keuntungan namun sebaliknya modal dan barang-barang dagangannya habis.

Dalam hadits disebutkan:

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

أَتَدْرُوْنَ مَا المُفْلِسُ ؟ قَالُوْا المُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَمَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسِ مِنْ أُمَّتِي يَأْ تِي يَومَ القِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامِ وَزَكَاةِ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخَطَايَا هُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Tahukah kalian apa yang disebut dengan orang yang bangkrut?”, mereka (para shahabat) berkata, “Orang bangkrut yang ada diantara kami adalah orang yang tidak ada dirhamnya dan tidak memiliki barang”. Rasulullah berkata, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan shalat, puasa, dan zakat. Dia datang dan telah mencela si fulan, telah menuduh si fulan (dengan tuduhan yang tidak benar), memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan, dan memukul si fulan. Maka diambillah kebaikan-kebaikannya dan diberikan kepada si fulan dan si fulan. Jika kebaikan-kebaikan telah habis sebelum cukup untuk menebus kesalahan-kesalahannya maka diambillah kesalahan-kesalahan mereka (yang telah ia dzolimi) kemudian dipikulkan kepadanya lalu ia pun dilemparkan ke neraka” [HR. Muslim IV/1997 no.2581)

Mengapa para shahabat berani menjawab dengan jawaban, “Orang bangkrut yang ada diantara kami adalah orang yang tidak ada dirhamnya dan tidak memiliki barang”? Karena para shahabat mengira pertanyaan Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam berhubungan dengan dunia perdagangan atau bisnis yang berhubungan dengan masalah keduniaan. Oleh karena itulah para shahabat berani menjawab.

Semua yang disebutkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits tadi adalah keburukan akhlak. Maka kelak di akherat orang yang pernah dihina, didzalimi, dicela dan seterusnya akan diberi pahala dari amal yang telah dilakukan oleh pelaku kedzaliman. Jika pahala orang tersebut habis maka dosa orang yang didzalimi, dihina, atau dicela dan seterusnya akan ditimpakan kepada orang yang mendzalimi tersebut. Dan akhirnya dijebloskanlah orang yang berakhlak buruk tersebut ke dalam neraka. Wal ‘iyyadzu billah.

Ini adalah gambaran orang yang bangkrut di akherat. Pahala amal shaleh yang seharusnya jadi modal untuk meraih kebahagiaan di akherat menjadi habis. Di sisi lain, hutang yang harus dia pertanggungjawabkan di hari akhir berupa dosa bertambah. Dari sinilah kita mengetahui bahwa akhlak yang buruk dapat menghancurkan pahala. Padahal pahala adalah modal utama dalam meraih kebahagiaan di akherat. Harta, uang, kekayaan yang melimpah, pangkat atau jabatan, kekuasaan yang kuat tidak ada lagi manfaatnya di akherat kelak. Semua itu tidak bisa menolong. Inilah salah satu keburukan akhlak yang buruk yakni hapusnya pahala dan dibebankannya dosa orang lain kepada pelaku akhlak tercela. (Tambahan dari redaksi: Bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

وَ إنّ سُوءَالخُلُقِ يُفسِدُ العَمَلَ كَماَ يُفسِدُ الخَلُّ العَسَلَ

“Dan sesungguhnya akhlak tercela merusak amal sholeh sebagaimana cuka merusak madu” (HR Thabrani. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam As Shahihah no 907, kami kutip hadits ini dari buku Mendulang pelajaran Akhlak dari Syaikh Abdurrazzaq karya Ustadz Firanda, M.A)

Ketiga: kerugian akhlak tercela lainnya adalah ketika pasangan suami istri yang salah satunya memiliki akhlak tercela, misalnya istri buruk akhlaknya, maka do’a sang suami tidak akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka disinilah pentingnya tarbiyah tentang akhlak bagi para istri. Jika sudah ada gejala-gejala keburukan akhlak dari istri maka suami wajib menasehati. Jika tidak mempan dan terus berperilaku akhlak buruk setelah diberi bimbingan, tarbiyah, pelajaran, intinya suami tidak mampu memperbaiki akhlak istri dengan nasehat dan bimbingan maka dilakukanlah fase yang kedua yaitu hajr. Maksud hajr yaitu: dibiarkan, dimusuhi, dijauhi, diboikot, tidak disapa, tidak diajak bicara berdasarkan firman Allah yang artinya, “Dan kepada wanita- wanita yang dikhawatirkan akan nusyuz mereka, maka didik mereka/bina mereka/ hajr mereka.” Hajr maknanya pisah ranjang namun dalam satu rumah. Ibnu Abbas radhiyallahu anhu menjelaskan bahwa makna hajr adalah tidak menegur dan tidak mengajak bicara mereka. Dengan kata lain mempraktekkan jurus GTM (Gerakan Tutup Mulut) selama beberapa waktu di hadapan istri.

Jika fase ini tidak mengubah keburukan istri maka fase berikutnya adalah “wadhribuhunna” pukul mereka, dengan catatan tidak boleh memukul wajah, dan tidak boleh memburuk-burukan yakni dengan memanggil dengan gelaran yang buruk. Kemudian pukulan tersebut tidak boleh menimbulkan bekas apalagi sampai menimbulkan luka. Jika fase ini tidak juga mengubah akhlak istri bahkan ketika dipukul menangkis dan pasang kuda-kuda maka hal ini mengindikasikan sudah sangat buruk akhlaknya. Maka istri yang seperti itu layak untuk diceraikan. Dan jika tidak diceraikan maka selama itu pula Allah tidak akan mengabulkan do’a suami yang memiliki istri yang berakhlak buruk.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Hakim dalam Al Mustadrak dengan sanad shahih berdasarkan syarat Bukhari, dan hadits ini juga terdapat dalam Sisilah Ahadits Ash Shahihah karya Imam Al Albani rahimahullah no 1805 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

" ثَلاَثَةٌ يَدْعُوْنَ فَلاَ يُسْتَجاَبُ لَهُمْ : رَجُلٌ كَانَتْ تَحْتَهُ اِمْرَأَةٌ سَيِّئَةُ الْخُلُقْ فَلَمْ يُطَلِّقْهَا ,

وَ رَجُلٌ كَانَ لَهُ عَلىَ رَجُلٍ مَالٍ فَلَمْ يَشْهَدْ عَلَيْهِ , وَ رَجُلٌ آتَى سَفِيْهاً مَالَهُ وَ قد قاَلَ الله عَزَّ وَجَلَّ :و لا تؤتوا السفهاء أموالكم

 “Ada tiga golongan yang ketika berdoa kepada Allah, Allah tidak mengabulkan do’anya: seorang laki-laki yang memiliki istri yang buruk akhlaknya namun tidak diceraikan, seorang lelaki yang dia diminta menjadi saksi atas transaksi pinjam meminjam kemudian dia tidak bersedia, laki-laki yang memiliki harta orang lain yang belum mampu untuk mengelolanya namun diberikan harta tersebut kepada orang yang belum mampu mengelolanya”

Selama dia memiliki istri yang buruk akhlaknya maka selama itu do’anya tidak dikabulkan. Padahal shalat berisi do’a dan tidak akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Inilah salah satu pentingnya akhlak mulia dan efek buruk keburukan akhlak buruk. Keburukan akhlak dapat berefek buruk kepada orang lain. Istri yang buruk akhlaknya ternyata berefek buruk kepada suami yakni berupa tidak dikabulkannya doa suami. Jika seorang suami memiliki istri yang buruk akhlaknya menyebabkan tidak dikabulkannya do’a suami, apalagi pemilik akhlak tercela tersebut yakni si istri lebih-lebih lagi tidak dikabulkan doanya oleh Allah. (Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memanjatkan do’a yang berisi berlindung dari tidak dikabulkannya do’a!!! Dan akhlak tercela menjadi penyebab tidak dikabulkannya do’a. Nas-alullah as salamah wal ‘afiyah –red)

Kembali Berbuka Atau Kembali Kepada Fitrah?

KEMBALI BERBUKA ATAU KEMBALI KEPADA FITRAH?

Pada setiap kali menjelang Idul Fithri seperti sekarang ini (Ramadhan 1412) atau tepat pada hari rayanya, seringkali kita mendengar dari para khathib (penceramah/muballigh) di mimbar mengatakan: Bahwa Idul Fithri itu maknanya –menurut persangkaan mereka – ialah “kembali kepada fithrah.”

Yakni maksudnya; Kita kembali kepada fithrah kita semula (suci) disebabkan telah hapus dosa-dosa kita.

Penjelasan mereka di atas bathil baik ditinjau dari segi lughah/bahasa maupun syara/agama. Kesalahan tersebut dapat kami maklumi –meskipun umat tertipu –karena memang para khathib tersebut (tidak semuanya) tidak punya bagian sama sekali dalam bahasan-bahasan ilmiyah. Oleh karena itu wajiblah bagi kami untuk menjelaskan yang haq dan yang haq itulah yang wajib diturut Insya Allah Ta’ala.

Kami berkata:

Pertama: Adapun kesalahan mereka menurut lughah/bahasa ialah bahwa lafazh “fithru/ifthaar”فطر افطار/artinya menurut bahasa: berbuka (yakni berbuka puasa jika terkait dengan puasa). Jadi Idul Fithri artinya “hari raya berbuka puasa.” Yakni kita kembali berbuka berbuka, tidak puasa lagi setelah selama sebulan kita berpuasa. Sedangkan “fithrah” tulisannya sebagai berikut فطرة bukan “fithru” فطر

Kedua: adapun kesalahan mereka menurut syara’ telah datang hadits yang menerangkan bahwa Idul Fithri itu ialah “hari raya kita kembali berbuka puasa”:

عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أنّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّم قَالَ: اَلصَّوْمُ يَوْمَ تَصُوْمُوْنَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ ,و الأَ ضْحَى يَوْمَ تُضَحُّوْنَ
Dari Abu Hurairah (ia berkata): Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Shaum/ puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan idul fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan idul adha (yakni hari raya menyembelih hewan-hewan qurban) itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan.” (Hadits shahih dikeluarkan oleh Imam-imam: Tirmidzi No 693, Abu Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660, ad Daruquthni 2/ 163-164, dan Baihaqi 4/254, dengan beberapa jalan dari Abi Hurairah sebagaimana telah saya terangkan semua sanadnya di kitab saya Riyadhul Jannah no 721. Dan lafazh ini dari riwayat Imam at Tirmidzi)

Dan dalam salah satu lafazh Imam Daruquthni:
صَوْمَكُمْ يَوْمَ تَصُوْمُوْنَ وَ فِطْرَ كُمْ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ
“Puasa kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berpuasa, dan Idul Fithri kamu ialah pada hari kamu semuanya berbuka.”
Dan dalam lafazh Imam Ibnu Majah:
الْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُوْن, و الأَ ضْحَى يَوْمَ تُضَحُّوْنَ
“Idul Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka, dan Idul Adha pada hari kamu menyembelih hewan.”
Dan dalam lafazh Imam Abu Dawud:
وَ فِطْرُ كُمْ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ, وَ أَ ضْحَاكُمْ يَوْمَ تُضَحُّوْنَ
“Dan Idul Fithri kamu itu ialah pada hari kamu semuanya berbuka, sedangkan Idul Adha ialah pada hari kamu semuanya menyembelih hewan.”

Hadits di atas dengan beberapa lafazhnya tegas-tegas menyatakan bahwa Idul Fithri ialah hari raya kita kembali berbuka puasa (tidak berpuasa lagi setelah selama sebulan berpuasa). Oleh karena itu disunnahkan makan terlebih dahulu pada pagi harinya sebelum kita pergi ke tanah lapang untuk mendirikan shalat ied. Supaya umat mengetahui bahwa Ramadhan telah selesai dan hari ini adalah hari kita berbuka bersama-sama. Itulah Idul Fithri artinya. Demikian pemahaman dan keterangan ahli-ahli ilmu dan tidak ada khilaf di antara mereka.

Idul Fithri bukan artinya kembali kepada fithrah, karena kalau demikian niscaya terjemahan hadits menjadi: “Al Fithru itu ialah hari ketika kamu bersuci.” Tidak ada yang menterjemahkan dan memahami demikian kecuali orang-orang yang benar-benar jahil tentang dalil-dalil sunnah dan lughah/bahasa.

Adapun makna sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa puasa itu ialah pada hari kamu semuanya berpuasa demikian juga Idul Fithri dan Adhha, maksudnya: waktu puasamu, Idul Fithri dan Idul Adhha bersama-sama kaum muslimin (berjama’ah), tidak sendiri-sendiri atau berkelompok-kelompok sehingga berpecah belah sesama kaum muslimin seperti kejadian tahun ini (yakni ketika Ustadz Abdul Hakim menulis risalah ini diakhir Ramadhan tahun1412/1992 –admin)

Imam Tirmidzi mengatakan dalam menafsirkan sabda Nabi di atas “Sebagian ahli ilmu telah menafsirkan hadits ini yang maknanya:
اَلصَّوْمُ وَالْفِطْرُ مَعَ الْجَماَ عَةِ و عِظاَمِ النَّاسِ
“Bahwa shaum dan Idul Fithri itu bersama jama’ah dan bersama-sama orang banyak”
Semoga kaum muslimin kembali bersatu menjadi satu shaf yang kuat berjalan di atas manhaj dan aqidah salafush shalih. Amin.
(Dikutip dari Al Masaa-il karya Ustadz Abdul Hakim Abdat jilid 1 cetakan ke 8 th 2010)

Senin, 07 Juli 2014

Anak Tidak Percaya Diri

Simpan di blog catatan berikut dari Muslimah.or.id 
http://muslimah.or.id/pendidikan-anak/anak-tidak-percaya-diri.html

Banyak diantara anak-anak kita atau bahkan diri kita sendiri tertimpa rasa tidak percaya diri. Rasa tidak percaya diri yang berlebihan dapat menghambat perkembangan seseorang. Jadi perasaan ini harus kita antisipasi sedini mungkin pada diri anak kita agar mereka bisa berkembang menjadi pribadi yang mandiri. Rasa tidak percaya diri pada anak biasa ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :

  1. Susah berbicara, gagap, dan gagu.
  2. Menutup diri, adanya rasa malu, dan tidak berani.
  3. Ketidakmampuan berfikir secara mandiri.
  4. Merasakan ada kejahatan dan bahaya serta bertambahnya rasa ketakutan dan kekhawatiran.

Adapun yang menjadi sebab tidak percaya diri pada anak biasanya adalah sebagai berikut :

  1. Cara mendidik yang salah dan berdasar pada ancaman, kekerasan, dan pemukulan setiap kali anak berbuat kesalahan atau main-main sesuatu.
  2. Sering disalahkan, dipukul, diancam, dicela, dan direndahkan.
  3. Orang tua terlalu membatasi setiap perilaku anak dan cara berfikirnya.
  4. Selalu dibandingkan dengan anak yang lain untuk memberinya motivasi, terkadang justru memberikan pengaruh yang sebaliknya.
  5. Meremehkan kemampuan dan harga dirinya serta melemahkan minatnya.
  6. Bentuk badan yang kecil, tubuhnya yang cacat, seperti pincang, buntung, dan sebagainya.
  7. Rendah IQ dan keterlambatan dalam belajar.
  8. Selalu mencelanya ketika ia mengalami kegagalan.
  9. Banyaknya pertengkaran antara kedua orangtuanya.
  10. Dibebani pekerjaan yang diluar kemampuannya. Dan bakatnya sehingga ia tidak mampu dan gagal.

Sedangkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan atau mengurangi rasa tidak percaya diri adalah sebagai berikut :

  1. Menunjukkan rasa kasih sayang, khususnya dari kedua orang tua.
  2. Membiarkan anak memilih sendiri makannya, minumnya, dan permainannya. Sebaiknya orang tua tidak terlalu mengatur dalam hal-hal yang memang terdapat kelapangan dalam syari’at. Adapun dalam hal yang disyari’atkan (misal: makan dengan tangan kanan) maka sebaiknya orang tua mengarahkan sejak dini.
  3. Memotivasi anak dan meningkatkan kemampuannya serta memujinya dengan kebaikannya.
  4. Ketika dibandingkan dengan anak lain, hendaknya disebutkan pula kebaikannya disamping anak yang dibandingkan dengannya serta menyebutkan kemampuan keduanya, kemudian menyuruh untuk berbuat sebagaimana yang telah dilakukan yang lain agar menjadi lebih baik darinya.
  5. Orang tua hendaknya tidak saling mengoreksi di hadapan anak-anak, tidak saling mencela, atau berselisih di hadapan mereka.
  6. Menyebutkan namanya pada pertemuan-pertemuan, memujinya secara proporsional didepan orang-orang dewasa dan tidak menyebutkan kekurangannya di hadapan mereka maupun anak-anak kecil.
  7. Menggunakan kisah/cerita dan permainan untuk menyembuhkan penyakit tidak percaya dirinya.
  8. Teladan dari kedua orang tua dalam hal percaya diri dan tidak bimbang.
  9. Membawanya dalam kumpulan orang-orang dewasa, dan membuatnya mau berbicara tentang kemampuannya dalam membaca al-Qur’an, hadits, cerita-cerita, dan lain-lain. Jangan lupa untuk mengingatkan bahwa semua itu adalah nikmat dari Allah semata.
  10. Menyuruhnya membeli beberapa keperluan dari toko dan memberinya tanggung jawab yang ringan sesuai kemampuannya.
  11. Mendengarkan dengan baik ketika anak berbicara dan tidak meremehkannya.
  12. Menemaninya dalam menyelesaikan permasalahannya yang kecil dan dalam memilih kebutuhan pribadinya, seperti memilih mainan, pakaian, dan lain sebagainya.
  13. Membiasakannya berpuasa meski hanya beberapa jam saja, dan memujinya apabila ia melakukannya.
  14. Mencontoh masa kecil Rasulullah shalallahu’alaihi wasslam dan mengajarkannya tentang masa kecil Rasulullahshalallahu ‘alaihi wassalam.
  15. Memperdalam kepercayaan tentang takdir dalam hatinya dan menghubungkan segala sesuatu dengan Allah ‘azza wa jalla.

***
Diambil dari: Metode Pendidikan Anak Muslim Usia Prasekolah, Abu Amr Ahmad Sulaiman, Darul Haq dengan sedikit perubahan darimuslimah.or.id

Sabtu, 05 Juli 2014

Tips Abu Musa Ayah dari Penghafal Alquran

***Pesan Dari Abu Musa Ayah dari Penghafal Al Quran Usia Lima Setengah Tahunan*** 


Bismillah, 


Dialog melalui WA dengan Abu Musa di Jeddah Saudi Arabia 


***Admin Assunnah:


Akhi bisa kasih pesan khusus untuk anak2 agar rajin menghafal al quran karena akan saya sebarkan di BBM fb dll singkat saja abu


***La Ode Abu Hanafi (Abu Musa)(menulis) :


Cari istri sholehah, istiqomah dan sabar yang luar biasa, tegakkan amar ma'ruf dan nasi mungkar kpd anak meskipun masih kecil, jauhkan dari musik dan tontonan yang merusak, tanamkan aqidah dan tauhid kpd anak, tanamkan siapa ahlu sholah dan siapa ahlu maksiat


Orang tua harus mnjadi contoh anak


Orang tua ketika amar ma'ruf dan nahi mungkar harus ada rasa tega diri mereka kpd anak2


Contohnya ketika mmerintahkan belajar...banyak orang tua yang gk tega


Selain yang di atas....harta kita keluarkan tuk anak belajar


***Admin Assunnah:


Barakallahu fiik jazakallah khoyron masih ada lagi akhi ?


***La Ode Abu Hanafi (Abu Musa):


Tentukan jadwal anak seketat mungkin, kapan belajar, makan, mandi, bermain.... Dan orangtua harus istiqomah dan jangan di remehkan dan di langgar


Gk usah pedulikan perkataan orang


Emas gk akan jadi mulianya dan berharga kecuali setelah penempaan yang luar biasa....


Kelembutan dan ketegasan ( keras terkadang jg sangat bermanfaat) harus senantiasa ada


Cukup dulu akhi


***Admin Assunnah: 

Barakallahu fiik masyaa Allah jazakallah khoyron semoga bermanfaat untuk saudara kita yg lainnya


Selesai 
4 Ramadhan 1435/ 2 Juli 2014
____


Dialog ini langsung semoga bermanfaat untuk kaum muslim di Indonesia dan seluruh dunia.
Beliau sekeluarga sering mendapat undangan dari Saudi dan Malaysia sudah menunggu. 


Sekolah Tahfidz Ibnu Umar sudah mengundang insya Allah Ta'alaa mereka akan datang jika mendapat kesempatan untuk memberi motivasi pada anak didik kami. Barakallahu fiihim.


"Mengantar Generasi Al Quran dan Assunnah Menjadi Pemimpin Bangsa"


www.ibnuumar.sch.id

copas dr grup sebelah
[3:54PM, 7/4/2014] Na2~RatnaJuwita~UmmUtsman: 🍃Musa (Bangka, Indonesia) 5,5 tahun, hafal 29 juz Al-Qur’an🍃

❓Bagaimana tipsnya supaya anak bisa cepat mengafal Al quran?

rajin (baca: cerewet) mmbacakan dan mngajarkan…
ketika anda sholat di rumah. keraskan bacaannya termasuk ketika ruku dan sujud agar di denger anak
insyaalloh tdk mngapa tuk pengajaran. dan anda pelankan ktika anak mngerti

❓Afwan mau tanya, lebih efektif mana metode mengenalkan huruf hijaiyah atau mentalkinkan langsung? Musa sendiri bisa membaca dulu atau menghapal dulu?

Kedua2nya. Saya dahulu usahakan secepat dan seefektif mungkin agar anak bisa baca, kalo dah bisa baca anak akan mandiri dan hanya setoran saja. Banyak pekerjaan lain yang bisa dikerjakan. Talqin berbarengan tapi jgn buru2 dan cepat… sedikit tapi kuat dan lancar. Fungsinya membiasakan melafalkan huruf.

🚸Jadilah anti wanita yang kuat dan tegar dalam merawat dan ngurus anak 
(saya merasakan pekerjaan umi yang berat luar biasa)
Jgn gampang mngeluh….

 
biasakan memerintah dan melarang…biasakan berkata jangan kepada ketika melarang, kalo perlu dengan memandang wajah anak dan anak mandang wajah kita, dan kita tunjukkan kalo kita gk suka.
Peragakan dengan tangan ( lambaian, di tahan dan di pegang) ketika mlarang….jgn di biarkan semaunya… meskipun si anak mnangis
biasakan kita dekat dan akrab dgn anak

❓Apa saran antum agar kami para orang tua bisa terus konsisten terhadap aturan dan target yg kami buat untuk anak2? Seringkali justru kami para orang tua yg kendor dari jadwal dan aturan. Sehingga anak2 pun lbh sulit terkondisi. Apa trik2 yang antum terapkan sehingga bisa istiqomah dalam mendidik musa?

🌸🌸🌸
Para ummahat…
Tanamkan sifat cemburu (marah, gak suka) akan kebodohan.
Tanamkan semangat yang tinggi…
Saling nasehat dgn suami/istri…
Kalo suami yang gk istiqomah maka istri yang ingatkan
Begitu juga suami kepada istri…
Jgn ragu tuk cerewet dalam kebaikan terhadap suami
Insyaalloh akan timbul semangat dan istiqomah.
🌸🌸🌸

❓Bagaimana metode penambahan dan muroja’ah anak antum? Waktunya kapan? Apakah dia duduk khusus muroja’ah atau sambil bermain? Jazaakallaahu khairan.

Musa sekarang (beda ketika awal2) jam 2. 30 pagi sudah bangun kemudian wudhu dan langsung murojaah depan sy sampai jam 4 pagi, kemudian menambah hafalan barunya dan menstorkannya sampai adzan subuh kumandang.
Kemudian di stop sholat. Selesai sholat langsung tambah hafalan dan stor sampai jam 7.30 pagi kemudian istirahat (sarapan, minum dan main) sampai jam 8.30, kemudian murojaah sampai jam 10/10.30 di liat maju mundurnya waktu sholat.
Jam 10/10.30 wajib tidur sampai azan zuhur kumandang kemudian ke masjid.
Setelah sholat, tambah hafalan baru dan stor sampai jam 1.30 siang kemudian istirahat dan makan siang sampai jam 2 siang. Kemudian murojaah sampai asar.
Stelah asar, tambah hafalan baru dan muroja’ah sampai jam 5 sore.
Kemudian main sebentar dan umumnya menyiapkan tuk pergi ke mesjid tuk sholat magrib.
Setelah magrib muroja’ah sampai magrib dan makan malemnya Setelah sholat isya
Terkadang muroja’ah sampai mendekati waktu isya dan langsung makan sore
Stelah shalat isya harus tidur
Tiap 4/5 hari libur. Di hari libur tersebut, Musa full bermain
Itupun saya harus mengajar adiknya luqman….dan anak2 yang lain. Istri saya sangat mendukung…. dengan masakannya, mencuci dan mensetrika baju saya dan anaknya. Istri sayalah yang mengajarkan tulis, hitung, hafalan hadist, menyapu rumah dan halaman. Meskipun dalam keadaan hamil muda sampai hamil besar…istri saya tdk pernah mengurangi kegiatannya. Keutamaan wanita shalihah (insyaalloh)

🌷🌷🌷
Di belakang musa ada seorang umi yang kuat,
yang hampir tidak pernah tidur siang, sampai malam.
Sangat luar biasa mengatur pekerjaannya dan mengajar anaknya
Kalau sekedar sakit gigi…tidak akan berhenti dgn kgiatannya…
demam tinggilah akhirnya istirahat total
🌷🌷🌷

Dari Facebook Abu Musa

From Firza Sabrina.

Kualitas Meningkatkan Ibadah

RAMADHAN ADALAH SAAT YANG TEPAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH DAN MERAIH AKHLAKUL KARIMAH

Kami kutip dari ceramah Ustadz Abu Haidar as-Sundawy hafizhahullah di Belanda tentang Akhlakul karimah. Judul di atas adalah dari kami. Silahkan kunjungi:

http://www.youtube.com/watch?v=YtUt6nIDee8

Semoga semua ibadah kita di bulan penuh berkah ini membuahkan akhlakul karimah. Amin.

Ustadz Abu Haidar hafizhahullah menjelaskan:

Keterkaitan antara IBADAH dan AKHLAK sangat erat. Allah sering mengaitkan ibadah dengan akhlak. Allah berfirman dalam surat al Ankabut ketika menjelaskan shalat:

وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (Al Ankabut: 45)

Jika shalatnya benar maka akhlaknya baik. Bahkan dalam shalat kemuliaan akhlakpun wajib dipelihara. Tidak boleh ketika sedang shalat namun memperlihatkan akhlak yang buruk. Apakah mungkin orang yang sedang shalat memperlihatkan akhlak buruk?

Jawabnya: mungkin saja. Misalnya ketika sedang shalat sunnah namun mengganggu orang lain yang berada di sampingnya dengan bacaan yang keras. Hal tersebut tentu saja mengganggu orang lain yang sama-sama sedang shalat dan mengganggu adalah akhlak yang buruk.

Hal ini terjadi di zaman Nabi shallalahu alaihi wa sallam ketika itu sebagian orang shalat dan suara bacaan shalatnya saling mengganggu satu sama lain. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasehat, “Janganlah sebagian kalian mengeraskan suara atas sebagian lainnya lalu menyakiti atau mengganggu muslim lainnya.” (Hadits Abu Dawud, Ahmad, Hakim Ibnu Khuzaimah, Al Baihaqi. Lihat Shahih al Jami 2639 oleh Syaikh al Albani).

Jadi dalam shalatpun tidak boleh mengganggu orang lain, karena menganggu adalah akhlak yang buruk. Maka mengganggu orang lain tidak boleh dilakukan sekalipun dalam shalat. Dari keterangan ini menunjukkan bahwasanya sholat itu wajib menghasilkan akhlak yang baik. Jika shalat tidak menghasilkan akhlak yang baik, maka diancam dengan adzab neraka.

Allah berfirman dalam surat al Mu’minun ketika menjelaskan sifat orang beriman yang khusyu shalatnya:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُون

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya

Orang mu’min yang bahagia adalah yang khusyu dalam shalat. Jika tidak khusyu maka tidak akan bahagia bahkan mendapat ancaman sebagaimana dalam surat al Maa’un:

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ

Maka kecelakaanlah/ lembah di neraka bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya,

Wail itu lembah dan lembah lebih rendah dari dasar. Allah berfirman dengan kata عَنْ dalam surat al maa’un dan bukan فِي. Maknanya yaitu kecelakaan bagi orang-orang yang lalai SETELAH shalat bukan lalai DALAM shalat. Oleh karena itulah para ulama mengatakan, “Segala puji bagi Allah yang telah berfirman dalam kitabnya عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ bukan فِي صَلاتِهِمْ سَاهُونَ”. Jika فِي صَلاتِهِمْ سَاهُونَ maknanya dia lalai dalam shalatnya adapun عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ seusai shalat dia lalai.

Maksud dari ‘seusai shalat dia lalai’ yaitu tetap mengerjakan perbuatan keji (fahsya) dan mungkar. Seusai shalat akhlaknya tetap buruk. Oleh karena itulah orang yang shalat namun akhlaknya tetap buruk diancam dengan wail yaitu lembah di dasar neraka.

Lalu timbul pertanyaan jika yang dimaksud wail itu untuk yang setelah shalat namun lalai apakah dalam shalat kita boleh lalai? Dijawab, “Tidak.” Sebab jika dia lalai dalam shalat maka dijamin dia akan lalai di luar shalat.” Maka agar kita tidak lalai di luar shalat maka jangan lalai dalam shalat. Oleh karena itulah ayat 45 surat al Ankabut itu maksudnya adalah orang yang shalatnya khusyu sehingga tidak lalai di luar shalatnya. Orang yang tidak lalai dalam shalatnya maka tidak akan lalai di luar sholatnya. Orang yang lalai dalam sholatnya maka akan lalai di luar shalatnya. Sehingga selesai shalat, akhlaknya tetap buruk. Semua ini menunjukkan keterkaitan yang erat antara ibadah shalat dengan akhlak.

Kedua: Zakat. Apakah ada keterkaitan zakat dengan akhlak? Jawabnya ada. Allah berfirman dalam surat At Taubah 103:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Apa bedanya membersihkan dan mensucikan? Jika artinya sama, untuk apa disebutkan dua kali? تُطَهِّرُهُمْ artinya MEMBERSIHKAN DARI AKHLAK AKHLAK YANG BURUK. Adapun تُزَكِّيهِمْ artinya membersihkan jiwa atau hatinya. Jadi dua-duanya, jiwa dan raga, dibersihkan ketika mengeluarkan zakat. Hal ini menunjukkan bahwa zakat memberikan efek yang besar kepada akhlak.

Ketiga: Shaum. Allah mewajibkan shaum. Salah satu efek shaum adalah dijelaskan Rasulullah dalam sabdanya,

وإذا كان يوم صوم أحدكم فلا يرفث ولا يصخب، فإن سابه أحد أو قاتله فليقل: إني امرؤ صائم

“Jika salah seorang dari kalian sedang shaum maka janganlah berbuat rafats (berkata yang tidak senonoh), jangan berbuat zholim. Jika ada seseorang yang mengajak berkelahi maka katakanlah saya sedang shaum.” Dan itu wajib juga dilakukan setelah shaum.

Maka barangsiapa yang shaum namun tetap melakukan kemungkaran, shaumnya tertolak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ.

“Barangsiapa yang shaumnya tidak menyebabkan dia meninggalkan ucapan dan amalan sia-sia, maka Allah tidak butuh perbuatan orang itu berupa lapar dan dahaga.”

Jadi tidak diterima shaum yang disertai keburukan akhlak. Hal ini menunjukkan bahwa shaum itu wajib menghasilkan akhlak mulia.

Keempat: haji. Allah menjelaskan dalam Surat al Baqarah ayat 197:

فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ

Barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.

Jidal, rafats, fasiq adalah keburukan akhlak maka tidak boleh dilakukan selama haji. Kemudian wajib bagi kita untuk tetap meninggalkan perbuatan tersebut setelah menunaikan ibadah haji. Dan ada jaminan dari Rasulullah bagi yang meninggalkan perbuatan akhlak tercela setelah berhaji:

مَنْ حَجَّ هَذَا الْبَيْت، فَلَمْ يَرفُث، وَلَم يَفْسُق، رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدْتثهُ أُمُّهُ

“Barangsiapa yang mengerjakan haji dan tidak berbuat rafats, tidak melakukan fusuq, maka dosa-dosanya terhapus sebagaimana layaknya ketika ia dilahirkan ibunya”

Ini menunjukkan bahwa haji harus memberikan efek positif terhadap akhlak. Yang tadinya akhlaknya buruk menjadi baik. Yang tadinya akhlaknya rendah jadi mulia. Yang tadinya akhlaknya menyebalkan menjadi menyenangkan.

[Kesimpulan]

Dan barangsiapa yang shalatnya, shaumnya, zakatnya, hajinya tidak mengubah akhlaknya dari buruk menjadi baik maka semua ibadah tersebut ditolak oleh Allah. Shalatnya ditolak dan bukan hanya itu diberi wail (sebagaimana dalam surat al maa’un), shaumnya ditolak dan bukan cuma ditolak tapi diadzab. Intinya IBADAH YANG TIDAK MELAHIRKAN KEMULIAAN AKHLAK, SEMUA IBADAH TERSEBUT DITOLAK ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA.

DENGAN DEMIKIAN, JELAS DAN GAMBLANG KETERKAITAN IBADAH DAN AKHLAK, AKHLAK DENGAN AQIDAH. KESIMPULAN DARI PEMBAHASAN INI ADALAH: AQIDAH BERKAITAN ERAT DENGAN IBADAH. AQIDAH BERKAITAN DENGAN AKHLAK. IBADAH BERKAITAN DENGAN AKHLAK.

Semuanya saling mempengaruhi satu sama lain. Jika aqidah bagus maka akhlakpun bagus. Jika ibadah bagus maka akhlakpun bagus.

~WAHANA BELAJAR UNTUK YANG BERJIWA HANIF~
www.fb.com/Yayasan.Alhanif

Rabu, 02 Juli 2014

Kisah Hafidz Cilik Musa

#2 kisah seru di balik panggung Hafidz Indonesia #Rcti 2014:

Biidznillah, allah jalla jallalahu mempertemukan kami di Hafidz Indonesia Rcti on may, 2014.

Mereka sekeluarga datang dari BaBel. Keluarga muda ini sudah memiliki putra,  putri, dan sedang menanti kelahiran dede bayi 2 bulan lagi. 
Kedua anaknya, musa  dan luqman, lolos ke 32 besar hafidz indonesia tahun ini.

Si dede luqman 4 th, selalu menangis saat latihan di penginapan. 
Belum terbiasa performance di luar lingkaran keluarganya. Mental performance masih baru akan dimulai. Apalagi mental panggung.. 
Tentu saja luqman , ketakutan saat latihan performance..
Semua khawatir, bilamana ia nanti menangis di panggung.
Dan betul2..,, luqman  terisak-isak di antara kawan2 nya yg sebagian besar begitu yaqin.. 
Sambil tersedu mulutnya tetap mengeluarkan mutiara2 ayat-ayat suci azza wa jalla,  hapalannya masuk ke 3 juz.

Sementara, musa si abang..,  sudah dimulai orangtua nya,,  disuntikkan program hifdzulquran, ketika usianya menginjak 2 th. 
Menjelang 5 th , jadwal quran dibuat sang ayah dan dijalankan full komitmen. Pukul 3 dini hari, musa dibangunkan ayahnya. Waktunya muraja'ah. 
Awalnya saya pikir,  waah... tega sekalii yaa.. Tapi, ternyata... musa bangun hanya dg sentuhan jari. Langsung bangun .., take wudhu, dan duduk di muka abah nya. Wiiih.... 

Kemudian mulai muraja'ahnya hingga subuh.., dan lanjut lagi hingga pukul 8 pagi. Setelah itu ia boleh bermain atau mengerjakan hal2 lain.
Lanjut lagi ba'da dzuhur Sepanjang ini ia mampu bertahan. Muraja'ah saja bisa 6 juz sehari. Ba'da isya, semua anak harus sudah tidur untuk bersiap lagi esok harinya. Kalau sudah muraja'ah atau menambah hapalan baru, musa tak bergeming...., nyamuk mendarat di pipi sampai endut juga tak terasa. Wah, waah, waaah... ⚡ 😅 
salam, salaam, salaaam...

Masa kecil masa bermain, dan musa telah mampu memilih ..., masa kecilnya dg kecintaan yg sangat kepada quran. Dia tampak riang, tak ada beban sedikit pun dg program yg dibuat orang tuanya. 

Aksioma..,  siapa2 yg bersungguh2 dalam menuntut ilmu, terutama ilmu al quranulkariim, maka akan dimudahkan jalannya..., allahuta'aala berikan 'mukjizat' , menerangkan pikirannya, menangkap ilmu dan ma'rifat.

Abah musa said, "Jangan pernah merasa tak tega kepada anak." 😀
Masyaallah...

Dan keluarga ini, dg ke-3 ~bahkan akan bertambah 4~ anaknya „ saya lihat punya program harian yg tidak mudah diganti dg kegiatan lain. Abah dan umminya terlihat begitu disiplin pada daily schedule mereka.

Saya sempat bincang2 ketika breakfast satu waktu dg abah musa. 
He said, "Yang menang, belum tentu benar hapalan keseluruhannya. Karena gara2 jadwal tim panpel ngga jelas, hapalan musa jadi berantakan. Terlalu banyak syuting dan hal2 lain. Kurang waktu muraja'ahnya."
Setelah itu, saya lihat musa digiring abah nya ke teras restaurant atau ke kamar, dan sering terlambat masuk kelas saat belajar,, karena muraja'ah. 
Sangat tidak ingin waktu quran bersama anaknya tersita. Tabarakallah..!

Musa adalah yg paling spektakuler di antara para contestant ... usianya belum lagi genap 6th.
Pertama jumpa di audisi ke-1@ at-tiin 6 april, hapalan= 26 juz. Jumpa lagi di karantina 19 mei, musa sudah 29,5 juz.., dan sekarang saat saya menulis ini , biidznillaah.., sudah sempurna 30 juz. Masyaallaah... Allahuakbar wa lillah ilham!

Sangat sungguh menjadi teladan,,  bagi seluruh anak muslim se dunia... 
wa allah azza wa jalla al-ghanii... 
al Quran, dijaga dipelihara keasliannya, oleh para penghapal quran, 
dan musa ... adalah salah satu di dalamnya.

Sekarang ia sudah terdaftar, menjadi peserta pertama Lomba Hifdzulquran Internasional di Saudi Arabia mewakili Indonesia pada 10 terakhir Ramadhan nanti, in sya allah. ⛳
Masyaallah, masyaallaah...

Apakah lisan anda dan ahlul bait anda juga ingin, menjadi bagian.., dari salah satu pemelihara dan penjaga al qur-an ..?

Mulailah sekarang juga.
Semoga menjadi inspirasi indonesia. Tonton "Hafiz Indonesia 2014 - Musa 5,5 Tahun Dari Bangka Hafal 29 Juz - Membuat Semua Juri Menangis" di YouTube - https://www.youtube.com/watch?v=4tytFJlshqE&feature=youtube_gdata_player