Kamis, 28 Mei 2015

Bangkai Hidup

Berikut resume kisah yg saya sarikan dari sessi salah dua sessi tanya jawab kajian “Bangkai Hidup”.
Sabtu, 23 Mei 2015 M @ Masjid Ar Rahmat, Slipi, Pemateri: Ust. DR Syafiq bin Riza bin Basalamah, Lc MA, hafizhahullah.

Tema Kajian Bangkai Hidup,
Sebelum memulai kajian Ustadz mereview jamaah dengan pertanyaan-pertanyaan kajian sebelumnya seperti Rumah ku masih ngontrak, ½  isi ½ kosong, dll.terlihat antusiame jamaah muda dan tua menjawab pertanyaan ustadz. 

Sekitar pukul 10.20-an ustadz menutup sessi kajian dan langsung di lanjutkan sessi tanya jawab.
Pertanyaan diawali dg kertas pertanyaan mengenai diri ustadz “Ustadz!, agar tidak ada ghibah diantara jamaah ikhwan/akhwat , berapakah jumlah istri antum saat ini?
Ustadz muda ini pun menjawab, BENAR ! saat ini saya ada 4 anak dari 1 istri, mohon do’a agar tetap dengan satu istri ini. Sehingga bertasbih lah seluruh jamah terutama jamaah akhwat di lantai bawah. Sehingga ustadz muda ini pun menegaskan agar tidak meng-gibah lagi  diantara jamaah.

Selanjutnya ada satu pertanyaan  dan sungguh jawabannya-lah yang sangat menyentuh hati ribuan jamaah yg hadir. Semua tunduk bersimpuh, khusu’, hening yang terdengar hanya suara lirih ustadz dan isak tangis para jamaah. 
Dibacakan lah pertanyaan nya “Ustadz, bagaimana cara agar saya yang di Jakarta, tetap bisa bermuamalah baik kepada orangtua saya yang tinggal di Bogor?”
Ustadz pun menjawab ringan diselipi senyum dan canda khasnya..
“Ya akhi.. ana ini orang jember mau tanya ke hadirin, di Jakarta ada kereta gaks? Cepat kan ya akhi perjalanan kereta ? Ada kan kereta-nya yaa masya Allah.. Naik kereta kan bisa ya akhi.. nggak kayak dulu harus naik Unta.. lama sampainya.. ”
Jama'ah pun tertawa.Intinya saya mencatat kendala jarak dan waktu jangan sampai menjadi kita tidak birrul walidayn dan menjadi bangkai hidup.
Tak bebeberapa detik kemudian, mendadak wajah Ustadz berubah. beliau tertunduk. 
Saya yang duduk dibarisan depan  tepatnya arah jam 1 melihat dengan jelas beliau merapihkan kertas-kertas tanya jawab yg menumpuk menutupi kitab ustadz dan terlihat matanya berkaca-kaca, sambil tertunduk seakan (ingin menutupi kondisi beliau) namun akhirnya beliau pun angkat bicara dengan suara parau.
 “Ana mau cerita kisah nyata yang ana dengar dari syaikh saat menuntut ilmu di Madinah. Semoga ana dan antum semua yg hadir bisa mendapat ibrah & faidah.dari kisah ini.”
Sepasang suami istri, telah menikah 21 tahun lamanya, namun suami ini jarang sekali mengunjungi ibu-nya sendiri kecuali hanya pada hari raya saja.
 Di suatu malam istri bertanya, “Wahai Suamiku, tidak inginkah kau keluar malam ini dengan seorang wanita?” Suami terkejut. “bersama seorang wanita? Apa maksudmu? Aku tak mengerti?
Sang istri berkata, “iya, Seorang wanita, Ibu-mu… Ibu-mu, wahai suamiku..”.
Si suami terheran dan terdiam, merenungkan dan menyadari bahwa selama ini ia tak memiliki waktu khusus dengan ibunya.
Terlebih di usia 40 tahun ini ia sibuk dg istri , keluarga dan pekerjaannya.
 

Ia pun segera menelpon ibu-nya, hanya untuk mengajak makan malam bersama .
Saat si anak mengutarakan keinginannya, ibu-nya terheran-heran dan bingung.
“Ada apa anakku? Apa yang terjadi? Ada apa dengan istri & anak2mu? Ada apa? Kenapa tiba-tiba mengajakku pergi?”
“Tidak ibu, istri & anak-anaku baik, pekerjaan ku juga lancar dan tidak ada apa-apa, sungguh bu tidak ada apa-apa. Begini Ibu… Aku hanya ingin mengajak ibu makan malam. Bagaima bu ? bisa yaa”
Di ujung telepon, sang ibu sangat terharu. Karena setelah sekian lama, akhirnya ia memiliki waktu khusus bersama puteranya seperti tak kala dahulu menyusui, mendidik dan mengantar puteranya sekolah.
Sore itu juga putera nya menuju rumah sang ibu, sesampai di rumah ibunya, terlihat dengan jelas ibunya sudah berdiri di depan pintu rumah dengan pakaian rapih senyum yang tulus menyambut puteranya.
Sesampai di rumah sang ibu, terlihat beliau sudah berdiri di depan pintu rumah dengan pakaian yang begitu rapi, dan senyum yang teramat tulus untuk menyambut anak tercintanya. Sangat terlihat bahwa ibu-nya  tak ingin terbuang waktunya barang sedetikpun.
Setelah salam keduanya menuju mobil dan masuklah ke dalam mobil, senyum kebahagiaan terus terlihat jelas dipipi sang ibu, sepanjang perjalananpun sang ibu memperhatikan puteranya dan tersenyum kepada puteranya hingga berkatalah Ibu “Nak, ibu sangat berbahagia sekali malam ini .. terimakasih ya nak…..”
Puteranya pun membalasnya, “sama bu begitu juga aku, bu..”, sambil mencium tangan sang ibu. Lalu mereka pun berangkat menuju restoran. 
Setelah tiba di restoran keduanya duduk dan tak berapa lama makanan telah terhidang. 
Si ibu menuangkan minuman ke gelas anaknya dan sesekali menyuapkan  hidangan ke mulut anaknya demikian seterusnya episode kasih sayang ibu dan anak berlanjut. Si Ibu seakan  tak ingin melewatkan waktu terbuang sedikitpun. Sungguh tampak sekali kerinduan dan kasih sayang yang (mungkin) tak dimiliki oleh istrinya sekalipun.

Dilanjutkan oleh ustadz bahwa singkat cerita, tak lama beberapa pekan dari makan malam tersebut, sang ibunda pun meninggal dunia… Inna lillahi wa inna ilayhi rojiun.
Masya Allah … Qodarallah . Pertemuan makan malam itu adalah keberkahan terakhir bagi si anak dan ibunya.Si anak menyesali diri akan yang telah di perbuatnya selama ini.
ya itulah malam terakhir , sungguh episode hidup yang memang di atur oleh Allah jalla Jalaluhu.kenyataan yang harus di terima dengan keihklasan dan dengan mengharap kepada Allah atas Mahabbah(Cinta), Al-Khauf (Takut) dan Ar-Rajaa' (Harap) serta Ashma Wasshifat Allah, si anak berdoa agar Allah jalla jalaluhu menempatkan ibunda tercinta di sisi nya

Beberapa hari setelah kepergian sang ibu, si anak mendadak di hubungi oleh seseorang yang mengaku sebagai manager dari salah satu restoran. 
“Assalamu’alaykum, apakah benar anda bernama fulan bin fulan? , Naam benar, itu nama saya,.. jawab si anak”
 “Bapak, Anda dan sekeluarga diundang oleh seseorang untuk makan malam nanti di restoran kami,” ujar manager restoran tersebut. 
 “Oh begitu..sambil keheranan  Kalau boleh tahu, siapa yang mengundang ya, pak?” ujarnya dengan keheranan.
“Seseorang pak,” jawab si manager 
Singkat cerita Ia pun datang bersama keluarga memenuhi undangan makan malam.
Lalu ia bertanya kepada pramusaji “Maaf mas, sebenarnya siapa yang mengundang kami kesini? Mana ya orangnya?”. 
Saya tidak tahu pak, Silakan duduk dulu pak saya nanti saya tanyakan ke bagian front office. 

Tak lama pramusaji datang kembali Pramu saji tersebut menjelaskan bahwa tempat dan menu ini sudah dipesan beberapa pekan yang lalu namun pramu saji menegaskan kami untuk tenang karena semua sudah di bayar oleh si pemesan.
Pramu saji pun mohon maaf karena ternyata front office sudah berusaha menghubungi si pemesan namun tidak berhasil. Si anak, istri dan keluarganya pun semakin heran>
Ditengah keheranan nya keluarga tersebut mendengar nama pemesan adalah nama yang sangat tidak asing di telinga keluarga bahkan si anak , Nama pemesannya adalah Ibunda tercinta yang telah wafat namun sudah memesan menu, tata letak persis seperti pertemuan makan malam terakhir mereka.

Jadilah kita manusia yang hidup – bukan bangkai hidup. 

-End-
Depok, 25 Mei 2015- 8 Sya’ban -#Abu Hanifa Asep Yusuf

copas

Hiburan Bagi Yang Sakit

[ (*) Hiburan Bagi Yang Sakit (*) ]

Anda lagi sakit? 

Semoga sakit anda menghapus dosa-dosa anda baik yang anda sadari maupun tidak.

Dalam hadits :

لاَ تَسُبِّي الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَم كَمَا يُذْهِبُ الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ

"Janganlah engkau mencaci demam, karena demam bisa menghilangkan dosa-dosa bani Adam sebagaimana alat pandai besi menghilangkan kotoran besi." (HR Muslim no 2575)

Faedah : 
1) Demam tidak hanya menghilangkan satu dosa, tapi dosa-dosa,

2) jika demam -yang merupakan penyakit sepele- menghilangkan dosa-dosa, maka bagaimana lagi yang lebih dari itu? 

3) Kita tidak berharap sakit, akan tetapi jika Allah mentaqdirkan sakit maka hendaknya kita bersabar dan rido dengan keputusan Rob kita yang memberikan terbaik bagi kita,
 
4) Dosa ibarat kotoran, semakin banyak kita maksiat maka semakin kotor jiwa kita,
 
5) Ada kotoran yang kita sadari dan yang tidak kita sadari serta dosa yang telah kita lupakan,
 
6) Terkadang kotoran tersebut langsung hilang dengan istighfar, terkadang harus dengan penyakit dan musibah, mungkin istighfar kita kurang bermutu, atau untuk menghilangkan kotoran yang tidak kita sadari atau kita lupakan,
 
7) Penyakit yang mendatangkan pahala adalah jika si sakit bersabar menghadapinya,
 
8) Ingatlah masih banyak orang yang sakitnya lebih parah dari sakit anda.

(Ustadz Firanda Andirja, Lc, MA )

Oleh: Pusat Buku Sunnah

BPJS Murni

Bismillah, 

BPJS yang diperbolehkan yang murni gratis tidak ada premi dan tidak ada denda, yg tidak boleh yaitu bila terjadi keterlambatan pembayaran lalu diberlakukan denda dan ini jelas riba. 

Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi berpendapat bahwa sebagian besar dengan adanya BPJS ini sangat baik dan bagus dari pemerintah terhadap rakyatnya, hanya saja karena ada satu akad yang mengandung unsur ribawi yakni bila terjadinya keterlambatan pembayaran maka pada bulan berikutnya akan dikenakan denda Rp 10 rb. Unsur inilah yang pada akhirnya dipermasalahkan dan menjadikan BPJS: haram. 

Tapi bila dalam keadaan darurat utk berobat dalam keadaan sakit parah, dan kita memang tidak mampu utk membayar biayanya, kita bisa mengikuti BPJS program pemerintah utk masyarakat tdk mampu kita bisa ikut BPJS tsb 

Ini selengkapnya : 

http://m.muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/hukum-bpjs.html

Ada rincian bbrp kategori siapa saja yang berhak menerima BPJS. 

Masjid Nabawi Tidak di Bangun di Atas Kubur

Kalo soal makam rasulullah ﷺ
Cukup, penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin berikut ini:

Masjid Nabawi tidaklah dibangun di atas kubur. Bahkan yang benar, masjid Nabawi dibangun di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah di kubur di masjid sehingga bisa disebut dengan orang sholeh yang di kubur di masjid. Yang benar, beliau dikubur di rumah beliau.
Pelebaran masjid Nabawi hingga sampai pada rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan rumah ‘Aisyah bukanlah hal yang disepakati oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Perluasan itu terjadi ketika sebagian besar sahabat telah meninggal dunia dan hanya tersisa sebagian kecil dari mereka. Perluasan tersebut terjadi sekitar tahun 94 H, di mana hal itu tidak disetujui dan disepakati oleh para sahabat. Bahkan ada sebagian mereka yang mengingkari perluasan tersebut, di antaranya adalah seorang tabi’in, yaitu Sa’id bin Al Musayyib. Beliau sangat tidak ridho dengan hal itu.
Kubur Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah di masjid, walaupun sampai dilebarkan. Karena kubur beliau di ruangan tersendiri, terpisah jelas dari masjid. Masjid Nabawi tidaklah dibangun dengan kubur beliau. Oleh karena itu, kubur beliau dijaga dan ditutupi dengan tiga dinding. Dinding tersebut akan memalingkan orang yang shalat di sana menjauh dari kiblat karena bentuknya segitiga dan tiang yang satu berada di sebelah utara (arah berlawanan dari kiblat).  Hal ini membuat seseorang yang shalat di sana akan bergeser dari arah kiblat. (Al Qoulul Mufid, 1: 398-399)
Semoga bermanfaat yang singkat ini. Baca pula artikel: Larangan Shalat Di Masjid yang Ada Kubur.

Hanya Allah yang memberi taufik.

 Referensi:

Al Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan kedua, 1424 H.
Ini ana ambil dari rumaysho.com

Rabu, 27 Mei 2015

Dzikir

Yang disunnahkan beristigfar 100x sehari. Sebagaimana sabda Rasul صلى ا لله عليه وسلم : 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً

“Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307).

Dari Al Aghorr Al Muzanni, yang merupakan sahabat Nabi, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ

“Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim no. 2702).

Shalawat terutama ketika hari Jumat keutamaannya sangat besar. 

Shalawat yg disyariatkan: 

Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kamaa shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala aali Ibrahim, innaKa Hamidum Majid. Allahumma barik (dalam satu riwayat, wa barik, tanpa Allahumma) 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kama barakta 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim, innaKa Hamiidum Majid).



Sedangkan Shalawat Yang Tidak Disyari'atkan. 
Yaitu shalawat yang datang dari hadits-hadits dha'if (lemah), sangat dha'if, maudhu' (palsu), atau tidak ada asalnya. Demikian juga shalawat yang dibuat-buat (umumnya oleh Ahli Bid'ah), kemudian mereka tetapkan dengan nama shalawat ini atau shalawat itu. Shalawat seperti ini banyak sekali jumlahnya, bahkan sampai ratusan. Contohnya, berbagai shalawat yang ada dalam kitab Dalailul Khairat Wa Syawariqul Anwar Fi Dzikrish Shalah 'Ala Nabiyil Mukhtar, karya Al Jazuli (wafat th. 854H). Di antara shalawat bid'ah ini ialah shalawat Basyisyiyah, shalawat Nariyah, shalawat Fatih, dan lain-lain. Termasuk musibah, bahwa sebagian shalawat bid'ah itu mengandung kesyirikan. 

Hakikat Tasawuf

*Ringkasan dari satu pembahasan yang ditulis oleh Syaikh Shalih Al Fauzan dalam kitabnya Haqiqat At Tashawwuf, pembahasan: Mauqif Ash Shufiyyah Min Al ‘Ibadah wa Ad Din (hal.17-38) dengan sedikit perubahan

Orang-orang ahli Tasawuf -khususnya yang ada di zaman sekarang- mempunyai prinsip dasar dan metode khusus dalam memahami dan menjalankan agama ini, yang sangat bertentangan dengan prinsip dan metode Ahlusunnah wal Jamaah, dan menyimpang sangat jauh dari Al Quran dan As Sunnah. Mereka membangun keyakinan dan tata cara peribadatan mereka di atas simbol-simbol dan istilah-istilah yang mereka ciptakan sendiri, yang dapat kita simpulkan sebagai berikut.


Pertama, mereka membatasi ibadah hanya pada aspek Mahabbah(kecintaan) saja dan mengenyampingkan aspek-aspek yang lainnya, seperti aspek Khauf (rasa takut) dan Raja’ (harapan), sebagaimana yang terlihat dalam ucapan beberapa orang ahli tasawuf, “Aku beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla bukan karena aku mengharapkan masuk surga dan juga bukan karena takut masuk neraka!?”. Memang benar bahwa aspek Mahabbah adalah landasan berdirinya ibadah, akan tetapi ibadah itu tidak hanya terbatas pada aspek Mahabbah saja -sebagaimana yang disangka oleh orang-orang ahli tasawuf-, karena ibadah itu memiliki banyak jenis dan aspek yang melandasinya selain aspek Mahabbah, seperti aspek khauf, raja’, dzull(penghinaan diri), khudhu’(ketundukkan), doa dan aspek-aspek lain. Salah seorang ulama Salaf berkata: “Barang siapa yang beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla dengan kecintaan semata maka dia adalah seorang zindiq, dan barang siapa yang beribadah kepada Allah dengan pengharapan semata maka dia adalah seorang Murji’ah, dan barang siapa yang beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla dengan ketakutan semata maka dia adalah seorang Haruriyyah(Khawarij), dan barang siapa yang beribadah kepada Allah ‘azza wa jalladengan kecintaan, ketakutan dan pengharapan maka dialah seorang mukmin sejati dan muwahhid (orang yang bertauhid dengan benar)”.Oleh karena itu Allah ‘azza wa jalla memuji sifat para Nabi dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang mereka senantiasa berdoa kepada-Nya dengan perasaan takut dan berharap, dan mereka adalah orang-orang yang selalu mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan siksaan-Nya.

Kedua, orang-orang ahli tasawuf umumnya dalam menjalankan agama dan melaksanakan ibadah tidak berpedoman kepada Al Quran dan As Sunnah, tapi yang mereka jadikan pedoman adalah bisikan jiwa dan perasaan mereka dan ajaran yang digariskan oleh pimpinan-pimpinan mereka, berupa Thariqat-thariqat bid’ah, berbagai macam zikir dan wirid yang mereka ciptakan sendiri, dan tidak jarang mereka mengambil pedoman dari cerita-cerita (yang tidak jelas kebenarannya), mimpi-mimpi, bahkan hadits-hadits yang palsu untuk membenarkan ajaran dan keyakinan mereka. Inilah landasan ibadah dan keyakinan ajaran Tasawuf.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Orang-orang ahli Tasawuf dalam beragama dan mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wa jalla berpegang teguh pada suatu pedoman seperti pedoman yang dipegang oleh orang-orang Nasrani, yaitu ucapan-ucapan yang tidak jelas maknanya, dan cerita-cerita yang bersumber dari orang yang tidak dikenal kejujurannya, kalaupun ternyata orang tersebut jujur, tetap saja dia bukan seorang (Nabi/Rasul) yang terjaga dari kesalahan, maka (demikian pula yang dilakukan orang-orang ahli Tasawuf) mereka menjadikan para pemimpin dan guru mereka sebagai penentu/pembuat syariat agama bagi mereka, sebagaimana orang-orang Nasrani menjadikan para pendeta dan rahib mereka sebagai penentu/pembuat syariat agama bagi mereka”.

Ketiga, termasuk doktrin ajaran Tasawuf adalah keharusan berpegang teguh dan menetapi zikir-zikir dan wirid-wirid yang ditentukan dan diciptakan oleh guru-guru thariqat mereka, yang kemudian mereka menetapi dan mencukupkan diri dengan zikir-zikir tersebut, beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wa jalla dengan selalu membacanya, bahkan tidak jarang mereka mengklaim bahwa membaca zikir-zikir tersebut lebih utama daripada membaca Al Quran, dan mereka menamakannya dengan “zikirnya orang-orang khusus”.

Adapun zikir-zikir yang tercantum dalam Al Quran dan As Sunnah mereka namakan dengan “zikirnya orang-orang umum”, maka kalimat (Laa Ilaha Illallah ) menurut mereka adalah “zikirnya orang-orang umum”, adapun “zikirnya orang-orang khusus” adalah kata tunggal “Allah” dan “zikirnya orang-orang khusus yang lebih khusus” adalah kata (Huwa/ Dia).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Barang siapa yang menyangka bahwa kalimat (Laa Ilaha Illallah) adalah zikirnya orang-orang umum, dan zikirnya orang-orang khusus adalah kata tunggal  “Allah”, serta zikirnya orang-orang khusus yang lebih khusus adalah kata ganti (Huwa/Dia), maka dia adalah orang yang sesat dan menyesatkan. Di antara mereka ada yang berdalil untuk membenarkan hal ini, dengan firman Allah ‘azza wa jalla:

قُلِ اللّهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

“Katakan: Allah (yang menurunkannya), kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya” (QS. Al An’aam: 91).

(Berdalil dengan cara seperti ini) adalah kesalahan yang paling nyata yang dilakukan oleh orang-orang ahli Tasawuf, bahkan ini termasuk menyelewengkan ayat Al Quran dari maknanya yang sebenarnya, karena sesungguhnya kata “Allah” dalam ayat ini disebutkan dalam kalimat perintah untuk menjawab pertanyaan sebelumnya , yaitu yang Allah ‘azza wa jalla dalam firman-Nya:

وَمَا قَدَرُواْ اللّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُواْ مَا أَنزَلَ اللّهُ عَلَىبَشَرٍ مِّن شَيْءٍ قُلْ مَنْ أَنزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاء بِهِ مُوسَى نُوراًوَهُدًى لِّلنَّاسِ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيراًوَعُلِّمْتُم مَّا لَمْ تَعْلَمُواْ أَنتُمْ وَلاَ آبَاؤُكُمْ قُلِ اللّهُ

“Katakanlah: Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang terpisah-pisah, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapakmu tidak mengetahuinya?, katakanlah: Allah (yang menurunkannya)” (QS. Al An’aam:91).

Jadi maknanya yang benar adalah: “Katakanlah: Allah, Dialah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Nabi Musa shallallahu ‘alaihi wa sallam”(Kitab Al ‘Ubudiyyahhal.117)

Keempat, sikap Ghuluw (berlebih-lebihan/ekstrem) orang-orang ahli Tasawuf terhadap orang-orang yang mereka anggap wali dan guru-guru thariqat mereka, yang bertentangan dengan aqidah Ahlusunnah wal Jamaah, karena di antara prinsip aqidah Ahlusunnah wal Jamaah adalah berwala (mencintai/berloyalitas) kepada orang-orang yang dicintai Allah ‘azza wa jalla dan membenci musuh-musuh Allah ‘azza wa jalla. Allah ‘azza wa jalla berfirman:

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ الَّذِينَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ

“Sesungguhnya wali (kekasih/penolongmu) hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).” (QS. Al Maaidah: 55).

Dan Allah ‘azza wa jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءتُلْقُونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia.” (QS. Al Mumtahanah: 1).

Wali (kekasih) Allah ‘azza wa jallaadalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah ‘azza wa jalla). Dan merupakan kewajiban kita untuk mencintai, menghormati dan meneladani mereka. Dan perlu ditegaskan di sini bahwa derajat kewalian itu tidak hanya dikhususkan pada orang-orang tertentu, bahkan setiap orang yang beriman dan bertakwa dia adalah wali (kekasih) Allah ‘azza wa jalla, akan tetapi kedudukan sebagai wali Allah ‘azza wa jalla tidaklah menjadikan seseorang terjaga dari kesalahan dan kekhilafan. Inilah makna wali dan kewalian, dan kewajiban kita terhadap mereka, menurut pemahaman Ahlusunnah wal Jamaah.

Adapun makna wali menurut orang-orang ahli Tasawuf sangat berbeda dengan pemahaman Ahlusunnah wal Jama’ah, karena orang-orang ahli Tasawuf memiliki beberapa kriteria dan pertimbangan tertentu (yang bertentangan dengan petunjuk Al Quran dan As Sunnah) dalam masalah ini, sehingga mereka menobatkan derajat kewalian hanya kepada orang-orang tertentu tanpa dilandasi dalil dari syariat yang menunjukkan kewalian orang-orang tersebut. Bahkan tidak jarang mereka menobatkan derajat kewalian kepada orang yang tidak dikenal keimanan dan ketakwaannya, bahkan kepada orang yang dikenal punya penyimpangan dalam keimanannya, seperti orang yang melakukan praktek perdukunan, sihir dan menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah ‘azza wa jalla. Dan terkadang mereka menganggap bahwa kedudukan orang-orang yang mereka anggap sebagai “wali” melebihi kedudukan para Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 

Hukum Jimat Bertuliskan Ayat AlQuran


APA HUKUM JIMAT BERTULISKAN AYAT ALQURAN? 

Telah shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:

إِنَّ الرُّقَى وَ التَّمَائِمَا وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya jampi-jampi, jimat, tiwalah [2]itu termasuk perbuatan syirik.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dan beliau menshahihkannya)

Al-Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan, demikian juga Abu Ya’la dan Al-Hakim serta ia menshahihkannya dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيْمَةً فَلا أَتَمَّ اللهُ لَهُ وَمَنْ قَدْ أَرَكَ تَعَلَّقَ وَدَعَةً فَلا وَدَعَ اللهُ لَهُ
“Barangsiapa menggantungkan tamimah, maka Allah tidak akan menyempurnakan baginya (urusan)nya dan barangsiapa menggantungkan wad’ah [3] maka Allah tidak akan menentramkannya.”

Al-Imam Ahmad rahimahullahmeriwayatkannya melalui jalan lain dari ‘Uqbah bin ‘Amir dengan lafadz:

مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa menggantungkan tamimah/jimat maka ia telah berbuat syirik.”

Dan hadits-hadits yang semakna dengan ini banyak. Sedang tamimah itu maknanya adalah sesuatu yang digantungkan pada anak-anak atau orang lain dengan tujuan menolak bahaya mata hasad, gangguan jin, penyakit, atau semacamnya. Sebagian orang menyebutkannya hirzan/penangkal, sebagian lagi menamainya jami’ah [4]. Benda ini ada dua jenis:

Salah satunya: yang terbuat dari nama-nama setan, dari tulang, dari rangkain mutiara atau rumah kerang, paku-paku, symbol-simbol yaitu huruf-huruf yang terputus-putus atau semacam itu. Jenis ini hukumnya haram tanpa ada keraguan karena banyaknya dalil yang menunjukkan keharamannya. Dan itu merupakan salah satu bentuk syirik kecil berdasarkan hadits-hadits tadi serta berdasarkan hadits yang semakna dengannya. Bahkan bisa menjadi syirik besar bila orang yang menggantungkan/memakainya meyakini bahwa benda-benda itulah yang menjaganya atau menghilangkan penyakitnya tanpa izin Allah Subhanahu wa Ta’ala serta kehendak-Nya.

Kedua: sesuatu yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an atau doa-doa dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan semacam itu dari doa-doa yang baik. Untuk jenis ini para ulama berbeda pendapat, sebagian mereka membolehkannya dan mengatakan bahwa hal itu sejenis dengan ruqyah/jampi-jampi yang diperbolehkan.

Sedang sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa itu juga haram. Mereka berhujjah dengan dua hujjah:

Pertama: keumuman hadits-hadits yang melarang jimat-jimat dan yang memperingatkan darinya serta menghukuminya bahwa itu adalah perbuatan syirik. Sehingga tidak boleh mengkhususkan sebagian jimat untuk diperbolehkan, kecuali berdasarkan dalil syar’i yang menunjukkan kekhususan.

Adapun tentang ruqyah, maka hadits-hadits yang shahih menunjukkan bahwa jika dari ayat-ayat Al-Qur’an dan doa-doa yang diperbolehkan, maka itu tidak apa-apa, bila dengan bahasa yang diketahui maknanya serta yang melakukan ruqyah tidak bersandar pada ruqyah itu, ia hanya meyakini itu sebagai salah satu sebab. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ تَكُنْ شِرْكًا
“Tidak mengapa dengan ruqyah selama itu tidak termasuk dari syirik.”

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri pernah melakukannya serta sebagian sahabatnya juga pernah melakukannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

لا رُقْيَةَ إِلا مِنْ عَيْنِ أَوْ حُمَةٍ
“Tidak ada ruqyah melainkan dari (gangguan) mata hasad atau sengatan serangga berbisa.”

Dan hadits-hadits tentang hal ini banyak.

Adapun tentang tamimah/jimat, maka tidak ada sedikit pun dari hadits-hadits yang mengecualikan dari keharamannya. Sehingga, wajib mengharamkan semua jenis jimat/tamimah, dalam rangka mengamalkan dalil-dalil yang bersifat umum.

Kedua: menutup pintu-pintu menuju perbuatan syirik. Ini termasuk salah satu perkara penting dalam syariat. Dan sebagaimana diketahui, bila kita perbolehkan jimat-jimat dari ayat-ayat Al-Qur’an dan doa-doa yang mubah, maka akan terbuka pintu syirik serta akan menjadi rancu antara tamimah yang boleh dan yang dilarang. Serta akan terhambat pemilahan antara keduanya, kecuali dengan rumit. Maka wajib menutup pintu ini dan menutup jalan menuju kesyirikan .

Pendapat inilah yang benar karena kuatnya dalilnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala- lah yang member taufiq.

(Diterbitkan di Majalah Jami’ah Islamiyyahedisi 4 tahun 6 bulan Rabi’ul Akhir tahun 1394H hal. 175-182. Dinukil dari Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah jilid II, Judul: Ijabah ‘an As’ilah Mutafarriqah, haula Kitabati At-Ta’awidz bil Ayat…)

Footnote:

1 Atau di rumah, di toko, di mobil, di kantor, dan lain-lain.
2 Jimat atau semacamnya yang dipakai untuk menumbuhkan rasa cinta seorang wanita kepada lelaki atau sebaliknya, semacam pelet.
3 Sesuatu yang dikeluarkan dari laut, semacam rumah kerang yang berwarna putih, dipakai untuk tolak bala.
4 Di masyarakat kita lebih dikenal dengan jimat.

Sumber: (Majalah Asy Syari’ah, Vol. III/No. 36/1428H/2007, kategori: Problema Anda, hal. 66-67. Dinukil untuk http://akhwat.web.id. Silakan mengcopy dan memperbanyak dengan menyertakan sumbernya.

Contoh -contoh Perbuatan Syirik 2

4- Berlebihan dan melampaui batas dalam mengagungkan kuburan orang-orang shalih, yang terwujud dalam berbagai bentuk di antaranya:

- Memasukkan kuburan ke dalam masjid dan meyakini adanya keberkahan dengan masuknya kuburan tersebut.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nashrani, (kerena) mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai mesjid (tempat ibadah).”[8]

Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya, orang-orang sebelum kalian selalu menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shalih (di antara) mereka sebagai masjid (tempat ibadah), maka janganlah kalian (wahai kaum muslimin) menjadikan kuburan sebagai mesjid, sesungguhnya aku melarang kalian dari perrbuatan tersebut.”[9]

- Membangun (meninggikan) kuburan dan mengapur (mengecat)nya.

Dalam hadits yang shahih Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari mengapur (mengecat) kuburan, duduk di atasnya, dan membangun di atasnya.”[10]

Perbuatan-perbuatan ini dilarang, karena merupakan sarana yang membawa kepada perbuatan syirik (menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan orang-orang shalih tersebut).

5- Termasuk perbuatan yang merusak tauhid dan akidah seorang muslim adalah menggantungkan jimat, yang berupa benang, manik-manik atau benda lainnya, pada leher, tangan, atau tempat-tempat lainnya, dengan meyakini jimat tersebut sebagai penangkal bahaya dan pengundang kebaikan.

Perbuatan ini dilarang keras oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebda beliau, “Barangsiapa yang menggantungkan jimat maka sungguh di telah berbuat syirik.”[11]

6- Demikian juga perbuatan ath-thiyarah/at-tathayyur, yaitu menjadikan sesuatu sebagai sebab kesialan atau keberhasilan suatu urusan, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menjadikannya sebagai sebab.

Perbuatan ini juga dilarang keras oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebda beliau, “(Melakukan) ath-thiyarah adalah kesyirikan.”[12]

7- Demikian juga perbuatan bersumpah dengan nama selain Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang bersumpah dengan (nama) selain Allah maka sungguh dia telah berbuat syirik.”[13]


[1] Kitab al-‘Aqiidatul Islaamiyyah (hal. 46).
[2] Pembahasan ini diringkas dari kitab Mukhaalafaat Fit Tauhiid tulisan Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ar-Rayyis, dengan sedikit tambahan dan penyesuaian.

[3] HR Ahmad (2/429) dan al-Hakim (1/49), dishahihkan oleh al-Hakim, disepakati oleh adz-Dzahabi dan Syaikh al-Albani dalam ash-Shahiihah (no. 3387).

[4] Lihat kitab at-Tamhiid Li Syarhi Kitaabit Tauhiid (hal. 317) dan kitab Hum Laisu Bisyai (hal. 4).

[5] HSR. al-Bukhari (no. 3261).

[6] HSR. al-Bukhari (no. 1132) dan Muslim (no. 1397).

[7] HSR. al-Bukhari (no. 1133) dan Muslim (no. 1394).

[8] HSR. al-Bukhari (no. 1265) dan Muslim (no. 529).

[9] HSR. Muslim (no. 532).

[10] HSR. Muslim (no. 970).

[11] HR Ahmad (4/156) dan dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani dalam “Ash-Shahiihah” (no. 492).

[12] HR Abu Dawud (no. 3910), at-Tirmidzi (no. 1614) dan Ibnu Majah (no. 3538), dinyatakan shahih oleh  imam at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani dalam “Ash-Shahiihah” (no. 429).

[13] HR. Abu Dawud (no. 3251) dan at-Tirmidzi (no. 1535), dinyatakan hasan oleh  Imam at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahiihah (no. 2042).

Contoh - contoh Perbuatan Syirik

MOHON DISIMAK DAN DIPERHATIKAN CONTOH CONTOH PERBUATAN SYIRIK BERIKUT INI , INI WAJIB DIHINDARI KARENA SYIRIK ADALAH DOSA BESAR YANG TIDAK AKAN DIAMPUNI OLEH  ALLAH ﷻ. 

Contoh-contoh perbuatan perbuatan SYIRIK yang banyak tersebar di masyarakat : 

1- Mempersembahkan salah satu bentuk ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, seperti berdoa (memohon) kepada orang-orang shaleh yang telah mati, meminta pengampunan dosa, menghilangkan kesulitan (hidup), atau mendapatkan sesuatu yang diinginkan, seperti keturunan dan kesembuhan penyakit, kepada orang-orang shalih tersebut. Juga seperti mendekatkan diri kepada mereka dengan sembelihan kurban, bernadzar, thawaf, shalat dan sujud… Ini semua adalah perbuatan syirik, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS al-An’aam: 162-163).

2- Mendatangi para dukun, tukang sihir, peramal (paranormal) dan sebagainya, serta membenarkan ucapan mereka. Ini termasuk perbuatan kafir (mendustakan) agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, berdasarkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal kemudian membenarkan ucapannya, maka sungguh dia telah kafir terhadap agama yang diturunkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[3]

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan kekafiran para dukun, peramal dan tukang sihir tersebut dalam firman-Nya,

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ


“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), maka janganlah kamu kafir.’ Maka, mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepada diri mereka sendiri dan tidak memberi manfaat. Padahal sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS al-Baqarah:102).

Hal ini dikarenakan para dukun, peramal dan tukang sihir tersebut mengaku-ngaku mengetahui hal-hal yang gaib, padahal ini merupakan kekhususan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala,

قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ الْغَيْبَ إِلا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

“Katakanlah, ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui bilamana mereka akan dibangkitkan.” (Qs. an-Naml: 65).

Selain itu, mereka selalu bekerjasama dengan para jin dan setan dalam menjalankan praktek perdukunan dan sihir mereka, bahkan para jin dan setan tersebut tidak mau membantu mereka dalam praktik tersebut sampai mereka melakukan perbuatan syirik dan kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, misalnya mempersembahkan hewan kurban untuk para jin dan setan tersebut, menghinakan al-Qur’an dengan berbagai macam cara, atau perbuatan-perbuatan kafir lainnya[4]. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

“Dan bahwasannya ada beberapa orang dari (kalangan) manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari (kalangan) jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Qs. al-Jin: 6).

3- Berlebihan dan melampaui batas dalam mengagungkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang melarang hal ini dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Janganlah kalian berlebihan dan melampaui batas dalam memujiku sebagaimana orang-orang Nashrani berlebihan dan melampaui batas dalam memuji (Nabi Isa) bin Maryam, karena sesungguhnya aku adalah hamba (Allah), maka katakanlah: hamba Allah dan rasul-Nya.”[5]

Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang tidak mungkin beliau ikut memiliki sebagian dari sifat-sifat yang khusus milik Allah Subhanahu wa Ta’ala, seperti mengetahui ilmu ghaib, memberikan manfaat atau mudharat bagi manusia, mengatur alam semesta, dan lain-lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan seandainya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku akan melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.’” (Qs. al-A’raaf: 188).

Diantara bentuk-bentuk pengagungan yang berlebihan dan melampaui batas kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut,

- Meyakini bahwa beliau mengetahui perkara yang ghaib dan bahwa dunia diciptakan karena beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

- Memohon pengampunan dosa dan masuk surga kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena semua perkara ini adalah khusus milik Allah Ta’ala dan tidak ada seorang makhlukpun yang ikut serta memilikinya.

- Melakukan safar (perjalanan) dengan tujuan menziarahi kuburan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang melarang perbuatan ini dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak boleh melakukan perjalanan (dengan tujuan ibadah) kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha.”[6]

Dan semua hadits yang menyebutkan keutamaan melakukan perjalanan untuk mengunjungi kuburan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hadits yang lemah dan tidak benar penisbatannya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang ditegaskan oleh sejumlah imam ahli hadits.

Adapun melakukan perjalanan untuk melakukan shalat di Masjid Nabawi, maka ini adalah perkara yang dianjurkan dalam Islam berdasarkan hadits yang shahih.[7]

- Meyakini bahwa keutamaan Masjid Nabawi adalah karena adanya kuburan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini jelas merupakan kesalahan yang sangat fatal, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan keutamaan shalat di Mesjid Nabawi sebelum beliau wafat.

Iklhas


Ikhlas

Rabu, 27 Mey 2015 , 07:05:49
Oleh : Ustadz Zainal Abidin. Lc

Sesuatu yang sulit namun hrs kita lakukan di dlm kehidupan dan penghidupan di dunia ini adalah IKHLAS.

 

Ikhlas itu…. 

Ketika nasehat, kritik dan bahkan fitnah, tidak mengendorkan amalmu dan tidak membuat semangatmu punah.

 

Ikhlas itu… 

Ketika hasil tak sebanding usaha dan harapan, tak membuatmu menyesali amal dan tenggelam dalam kesedihan.

 

Ikhlas itu… 

Ketika amal tidak bersambut apresiasi sebanding, tak membuatmu urung bertanding.

 

Ikhlas itu… 

Ketika niat baik disambut berbagai prasangka, kamu tetap berjalan tanpa berpaling muka.

 

Ikhlas itu… 

Ketika sepi dan ramai, sedikit atau banyak, menang atau kalah, kau tetap pada jalan lurus dan terus melangkah.

 

Ikhlas itu… 

ketika kau lebih mempertanyakan apa amalmu dibanding apa posisi mu, apa peranmu dibanding apa kedudukanmu, apa tugasmu dibanding apa jabatanmu.

 

Ikhlas itu.. 

Ketika ketersinggungan pribadi tak membuatmu keluar dari barisan dan merusak tatanan.

 

Ikhlas itu… 

Ketika posisimu di atas, tak membuatmu jumawa, ketika posisimu di bawah tak membuatmu enggan bekerja.

 

Ikhlas itu… 

Ketika khilaf mendorongmu minta maaf, ketika salah mendorongmu berbenah, ketika tertinggal mendorongmu mempercepat kecepatan.

 

Ikhlas itu… 

Ketika kebodohan orang lain terhadapmu, tidak kau balas dengan kebodohanmu terhadapnya, ketika kedzalimannya terhadapmu, tidak kau balas dengan kedzalimanmu terhadapnya.

 

Ikhlas itu… 

Ketika kau bisa menghadapi wajah marah dengan senyum ramah, kau hadapi kata kasar dengan jiwa besar , dan ketika kau hadapi dusta dengan menjelaskan fakta dan data...

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

(Artinya) "Dan mereka tidak diperintah kecuali agar beribadah kepada Allah dengan ikhlas dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan agar mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." 

(QS. 98: 5)

Macam-maxam Syirik

MACAM MACAM SYIRIK 

Penyusun Ulang: Ummu Aufa
Muroja’ah: Ust. Abu Mushlih

Saudariku, setelah di edisi kemarin kita dapat mengetahui hakikat kesyirikan maka kini kami ingin menjelaskan mengenai macam-macam syirik. Syirik tidak hanya menyembah berhala, menyembah selain-Nya namun riya’ juga merupakan syirik. Dengan demikian marilah saudariku kita simak penjelasan di bawah ini.


Pembagian syirik ada berbagai macam tergantung dikelompokkan pada kelompok yang mana.

1. Syirik yang Terkait dengan Kekhususan Allah Ta’ala

a. Syirik di dalam Rububiyyah

Yaitu meyakini bahwa selain Allah mampu menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan dan lainnya dari sifat-sifat rububiyyah.

b. Syirik di dalam Uluhiyyah

Yaitu meyakini bahwa selain Allah bisa memberikan madharat atau manfaat, memberikan syafaat tanpa izin Allah, dan lainnya yang termasuk sifat-sifat uluhiyyah.

c. Syirik di dalam Asma’ wa Sifat

Yaitu seorang meyakini bahwa sebagian makhluk Allah memiliki sifat-sifat khusus yang Allah ta’alla miliki, seperti mengetahui perkara gaib, dan sifat-sifat lainnya yang merupakan kekhususan Rabb kita yang Maha Suci.

2. Syirik Menurut Kadarnya

a. Syirik Akbar (besar)

Yaitu syirik dalam keyakinan, dan hal ini mengeluarkan pelakunya dari agama islam.

– Syirik dalam berdoa

Adalah merendahkan diri kepada selain Allah dengan tujuan untuk istighatsah dan isti’anah kepada selain-Nya.

– Syirik dalam niat, kehendak dan maksud

Adalah manakala melakukan ibadah tersebut semata-mata ingin dilihat orang atau untuk kepentingan dunia semata.

– Syirik dalam keta’atan

Yaitu menjadikan sesuatu sebagai pembuat syariat selain Allah Subhanahu wa Ta’ala atau menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah dalam menjalankan syariat dan ridho atas hukum tersebut.

– Syirik dalam kecintaan

Adalah mengambil makhluk sebagai tandingan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menyetarakan kecintaan makhluk dengan Allah.

b. Syirik Ashghar (kecil)

Yaitu riya’, hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam, akan tetapi pelakunya wajib untuk bertaubat. Akan tetapi bukan hanya riya’ saja yang termasuk syirik Ashgar. Riya’ termasuk Syirik Ashghar namun tidak semua Syirik Ashghar hanya berupa riya’.

c. Syirik Khafi (tersembunyi)

Yaitu seorang beramal dikarenakan keberadaan orang lain, hal ini pun termasuk riya’, dan hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam sebagaimana anda ketahui, namun pelakunya wajib bertaubat.

3. Syirik Menurut Letak Terjadinya

a. Syirik I’tiqodi

Syirik yang berupa keyakinan, misalnya meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan kita dan memberi rizki pada kita namun di sisi lain juga percaya bahwa dukun bisa mengubah takdir yang digariskan kepada kita. Hal ini termasuk Syirik Akbar yang mengeluarkan pelakunya dari agama islam, kita berlindung kepada Allah dari hal ini.

b. Syirik Amali

Yaitu setiap amalan fisik yang dinilai oleh syari’at islam sebagai sebuah kesyirikan, seperti menyembelih untuk selain Allah, dan bernazar untuk selain Allah dan lainnya.

c. Syirik Lafzhi

Yaitu setiap lafazh yang dihukumi oleh syari’at islam sebagai sebuah kesyirikan, seperti bersumpah dengan selain nama Allah, seperti perkataan sebagian orang, “Tidak ada bagiku kecuali Allah dan engkau”, dan “Aku bertawakal kepadamu”, “Kalau bukan karena Allah dan si fulan maka akan begini dan begitu”, dan lafazh-lafazh lainnya yang mengandung unsur kesyirikan.

Dengan mengetahui beberapa kategori syirik diatas dapat membantu kita untuk menghindarinya agar tidak terjatuh dalam kesyirikan dalam bentuk apapun dan cara bagaimana pun. Semoga kita semua bisa terhindar dari syirik tersebut di manapun dan kapan pun jua. Wallohu a’lam bishowab.

Maraji':
Penjelasan Al-Qaul Al-Mufid fii Adillati At-Tauhid (terj)

***

Artikel www.muslimah.or.id

Selasa, 26 Mei 2015

Keesaan Allahu Ta'ala

Semoga Allah membumikan tauhid dan menghancurkan segala kesyirikan di negeri ini... Aamiin

Berikut ini catatan kajian Syaikh Prof Dr Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al 'Abbad Al Badr -hafizhahullahu ta'ala-

#KEESAAN ALLAHU TA'ALA#

Penjelasan Aqidah ahlussunnah wal jama'ah

Karena tauhid,, Allah menciptakan seluruh makhluk.. mengutus rasul,,, semua Rasul yang diutus utk mendakwahkan tauhid,,, dan mengajak seluruh mahluk utk menyembah hanya kepada Allah Azza wa Jalla...

Tidak ada manfaat dari ketaatan,, kecuali ketaatan itu dibangun diatas pondasi tauhid kepada Allah.

SuraT Ibrahim... Tidakkah kalian melihat permisalan kalimat thoyyibah,, bahwa kalimat tauhid....bagaikan permisalan akar bagi pohon... Dimana pohon tdk akan berdiri jika tdk ada akar yg kokoh yg menopangnya.

Tauhid adalah agama yg sesuai dgn fitrah... Allah menjadikan fitrah seluruh hati manusia berdiri diatas tauhid. 

Tidaklah ada seorg yg dilahirkan melainkan dia berada di atas fitrah,,, kedua orgtuanyalah yg menjdikan dia sbg yahudi nashara dan majusi. (hadits)

Manusia diciptakan di atas tauhid,, syaithon2 lah yg menyimpangkan mereka dari tauhid.

Diantara perkara tauhid yg menunjukkan agungnya tauhid bagi setiap perkara manusia,, tidaklah bermanfaat amalan manusia, jika tidak dilandaskan diatas tauhid atau berbuat syirik kepada Allah. 

Barangsiapa yg kufur kepada iman (tauhid) sesungguhnya telah hancur amalannya.

Amalan apapun jika tidak berdiri diatas tauhid maka tidak akan diterima oleh Allah,,, karena salah satu syarat diterimanya amal adalah mengikhlaskan setiap amalan hanya utk Allah Azza wa Jalla..

Tauhid merupakan hak Allah terhadap seluruh hambanya. Dan barangsiapa yg telah menjalankan hak Allah ini,, mereka adalah org2 yg beruntung di dunia dan akhirat,, begitu juga sebaliknya barang siapa yg tidak menjalankan hak Allah ini yaitu tauhid,, maka mereka termasuk org2 yang merugi di dunia dan akhirat.

Hak Allah terhadap hamba adalah hamba menyembah kepada Allah satu2nya dan tidak berbuat syirik kepada sesuatu apapun,, dan hak hamba kepada Allah,, Allah tdk akan mengadzab hamba yang tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apapun. Hamba yg melaksanakan tauhid akan mulia hidupnya di dunia dan akhirat.

Hendaklah setiap hamba menjadikan amalannya dengan mengesakan atau mentauhidkan Allah Azza wa Jalla. 

Kehidupan manusia yang sebenarnya adalah kehidupan di atas tauhid.

Manusia yang tidak mengamalkan tauhid layaknya bagaikan mayat2 yg berjalan di muka bumi.

Barang siapa yg tidak mentauhidkan Allah,, maka seluruh perkaranya akan tercerai berai,, hatinya akan senantiasa galau. Tidaklah akan sempurna perkara seseorang kecuali dia mengamalkan tauhid dalam kehidupannya.

Ketenangan hidup seseorang adalah ketika dia menjalankan kehidupannya di atas tauhid kepada Allah Azza wa Jalla.

Tauhid adalah agama Allah,, yang telah Allah turunkan kepada manusia dengan wahyu2NYA. 

Aqidah tauhid tidak tumbuh dipermukaan bumi melainkan dia diturunkan melalui wahyu dari Allah Azza wa Jalla. 

Seluruh aqidah yang ada dipermukaan bumi, yang tidak berasal dari wahyu Allah maka tidak akan diterima di sisi Allah Azza wa Jalla.

QS.an Najm.... ... Sesungguhnya berhala2 kalian adalah nama2 yang orang2 tua kalian buat.... Allah tidak akan menerima seluruh aqidah yg tumbuh dipermukaan bumi kecuali aqidah yang berasal dari wahyu atau diturunkan oleh Allah Azza wa Jalla.

Tauhid adalah agama yg sesuai dengan akal yg sehat.

Akal yg sehat akan membawa manusia kepada tauhid,, karena dia tdk akan ridho untuk menjadikan suatu apapun sebagai tandingan kepada Allah,, akal yg sehat tidak akan ridho utk berbuat syirik kepada Allah Azza wa Jalla.

Manusia yang menyembah kepada selain Allah akan rusak akalnya.

Hamba tidak akan pernah merasakan keamanan, ketenangan dari seluruh hal yang membuatnya takut,, kecuali jika hamba mengamalkan tauhid dalam setiap amalannya,, mengikhlaskan setiap amalannya hanya kepada Allah.

Perbuatan syirik adalah kedzaliman yang paling besar...

Allah berjanji kepada orang yg beriman utk menjadikan mereka pemimpin dimuka bumi,, Allah akan menggantikan ketakutannya dengan keamanan, dengan syarat mereka harus beribadah hanya kepada Allah dan tidak berbuat syirik kepada Allah Azza wa Jalla.

Tauhid,,, adalah kebaikan yg paling baik kemulian yang paling utama secara mutlak.

Seluruh kebaikan yg kita laksanakan akan dilihat dan timbang dari landasannya, apakah dibangun di atas tauhid atau tidak. Seluruh amal sholeh dan ketaatan harus dibangun diatas tauhid agar dapat diterima di sisi Allah Azza wa Jalla. Dan Allah tidak akan menerima ibadah apapun jika dalam ibadah tersebut ada kesyirikan kepada Allah Azza wa Jalla.

Tauhid adalah kunci pintu surga. Tidak ada seseorang pun yg dapat membuka pintu surga kecuali ia datang dengan membawa kuncinya yaitu tauhid.

Org2 kafir tidak akan dibukakan kepada mereka pintu pintu langit,.

Ini menunjukkan bahwa tauhid adalah azas yg sangat agung dan pondasi yang paling kuat dalam islam.

Hal diatas merupakan muqoddimah, untuk menjelaskan posisi tauhid dalam kehidupan, dan kemuliaan tauhid dalam agama islam.

Tauhid adalah suatu perkara yg secara makna artinya mengesakan Allah. Mengesakan Allah adalah mengesakan didalam hak2 Allah dan didalam sifat2 yang menjadi kekhususan dan milik Allah. Dia lah satu2nya yang menghidupkan,, mematikan, memberi rezeki, mengatur alam semesta. Ditangan Allah berada seluruh kebaikan. Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Seluruh makhluk tunduk kepada seluruh aturan Allah. Seluruh urusan adalah milik Allah. Dan kita wajib mengesakan Allah dalam segala urusan. Barang siapa yang mengalihkan segala sesuatu perkara kepada selain Allah maka dia telah berbuat syirik kepada Allah dan dia telah membatalkan tauhidnya.

Diantara hak atau kekhususan Allah bahwa Allah itu Maha Esa,, diantara nama2nya yang indah,, Dialah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,, Dialah yang Maha Suci,, Dialah yang Maha Perkasa,,, Dialah Malik, Pencipta,, yang berkuasa atas segala sesuatu. 

Allah memiliki nama nama yg mulia, maka berdoalah kepada Allah dengan menyebut nama namayNYA yang mulia.

Berdoalah kepada ARRahman, sesungguhya Allah mendengar setiap doa.

Diantara kekhususan Allah adalah mengesakan Allah didalam nama namanya yang Mulia. 

Hendaklah seorang mukmin selalu berkata kami beriman kepada Allah dan segala yang datang dari Allah sesuai dengan maksud Allah dan kami beriman kepada Rasulullah dan segala yang datang dari nya sesuai maksud Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam.

Orang yang menyamakan sesuatu dengan Allah, maka dia telah membatalkan tauhidnya.

Hak yang paling agung dari hak2 Allah adalah agar manusia beribadah hanya kepada Allah,, mengikhlaskan segala amalannya hanya untuk Allah,, menyerahkan segala shalatnya,, sembelihannya, hidupnya dan matinya hanya untuk Allah.

Mengesakan Allah dalam hal ini adalah hak Allah terhadap hambanya.

Seorang tidak boleh berdoa kepada selain Allah,, tidak boleh menyembelih kepada selain Allah,, tidak boleh meniatkan dan mempersembahkan ibadahnya kepada selain Allah.

Barang siapa yg meninggal dunia dan dia berdoa kepada selain Allah dia pasti masuk neraka.

Hendaklah setiap mukmin melakukan segala amalan dan ketaatannya dipersembahkan hanya untuk Allah Azza wa Jalla.

Tauhid adalah makna dari kalimat Laillaha illallaahu. 

Ada dua rukun, yang pertama adalah: Menafikan seluruh peribatan kepada selain Allah. 

Yg kedua menetapkan peribadatan hanya kepada Allah. 

Tidak akan sempurna tauhid sesorang yang tidak menjalankan kedua rukun tersebut secara bersamaan.

Hendaklah kita perhatikan makna kalimat tauhid tersebut saat kita mengucapkannya.

Setiap tahlil yang kita ucapkan setelah shalat, menguatkan makna tauhid kepada Allah. 

Hakikat tauhid adalah mengikhlaskan seluruh ketaatan kita hanya kepada Allah meskipun orang2 kafir membencinya.

Ketahuilah hanya untuk Allah agama yang suci,, agama yang tdk ternodai oleh kesyirikan. 

Hendaknya,, kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah

Hendaknya kita mengihlaskan segala ibadah kita hanya untuk Allah.

Kita menetapkan hanya Allah satu2nya yang menciptakan alam semesta,, (tauhid rububiyyah)

Kita menetapkan untuk Allah nama namanya dan sifat2nya yang mulia (tauhid asma was shifat)

Kita mentauhidkan Allah dalam segala ibadah kita (tauhid uluhiyyah)

Hal2 yang bertolak belakang dari tauhid asma wa shifat,, adalah tidak mengakui bahwa Allah memiliki nama nama dan sifat2 yg khusus hanya milik Allah,,,

Menyamakan Allah dengan makhluk2 nya.

Yang bertolak belakang dari tauhid uluhiyyah,,,, adalah mempersembahkan ibadahnya kepada selain Allah.

Yang bertolak belakang dari tauhid rububiyyah,, adalah meyakini ada sesuatu selain Allah yang bisa memberikan rezeki,, mengatur alam semesta.

Suatu hal yg sangat pantas kita lakukan adalah... Kita harus benar2 serius dengan tauhid kita,, kita harus benar2 memperhatikan aplikasi tauhid dalam setiap amalan kita.

Barang siapa yang sempurna dalam tauhidnya maka dia akan dimasukkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kedalam surga tanpa di adzab dan tanpa dihisab

Mereka yang tidak meminta diruqyah,, tidak mengobati dengan besi panas (pengobatan kay) , tidak tathoyyur,, dan bertawakal kepada Allah,, mereka akan dimasukkan kedalam surga tanpa adzab dan hisab

Tauhid memiliki sesuatu yg memusnahakannya atau membatalkannya,, dan memiliki sesuatu yg dapat menguranginya.

Syirik, bid'ah dan maksiat,, tiga hal ini adalah penghalang2 tauhid.

Barang siapa yang dapat menjaga tauhid dari ketiga hal penghalang tauhid ini,, merekalah yang akan beruntung di dunia dan akhirat.

Hendaknya kita senantiasa mengikuti sunnah Nabi shallaalaahu 'alaihi wa sallam.

Hendaknya kita menjaga diri dan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga diri dari melakukan perbuatan maksiat dan menjauhi segala sesuatu yg akan menggiring kita melakukan perbuatan maksiat.

Pembatal dan penghapus tauhid ada 3 perkara:

Sirik besar, nifak besar dan kufur besar.


1. Sirik besar adalah menyamakan selain Allah sama dengan Allah didalam perkara2 yg merupakan kekhususan Allah.

2. Nifak besar adalah
Dia adalah kemunafikan yang sebenarnya, kemunafikan adalah kekufuran. 

Sesungguhnya orang munafik berada pada dasar yang paling dalam di neraka

Orang munafik adalah orang yang berdusta, lisan mereka mengucapkan syahadat namun sebenarnya dihati mereka melakukan kekafiran.

3. Kufur besar,, 
Mendustakan Allah,, mendustakan seluruh yg datang kepada kita dari Allah,, dan dari rasulullah.

Sombong kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala,, seperti iblis yang tidak mau mengikuti perintah Allah karena kesombongannya tatkala Allah memerintahkannya utk sujud kepada Adam karena menganggap dia lebih mulia dari Adam

Ragu terhadap yang Allah turunkan kepada kita termasuk kufur akbar.

Adapun kesyirikan, kemunafikan dan kekufuran kecil adalah hal2 yang mengurangi tauhid.

Syirik kecil adalah perbuatan syirik yg tdk sampai kepada definisi syirik besar, contoh bersumpah dengan nama selain Allah, perkataan MasyaAllahu wa Syi'ta (atas kehendak Allah dan kamu),,, atau perkataan "kalau bukan karena para dokter fulan kita tidak akan sembuh dari penyakit.."

Kemunafikan kecil adalah sesuatu kekufuran yg belum sampai pada definisi kufur besar diantaranya adalah,, bangga dengan nasab,, dan menghujat orang lain dengan nasabnya.

Ciri orang munafik ada 3, : jika dia berkata maka dia berdusta,, jika dia berjanji maka dia ingkar dan jika dia diberi amanah maka dia khianat

Al Quran menerangkan penjelasan yg menegaskan akan tauhid. Allah turunkan kitabnya sebagai hujjah Allah kepada hamba2nya. 

Tauhid adalah sesuatu yang sangat besar yang ditegaskan oleh Allah didalam al Qur'an.

Ayat kursi adalah ayat yang paling agung karena didalamnya terdapat makna tauhid,,

Surat al Ikhlash merupakan surat yang paling utama, karena didalamnya menerangkan tentang tauhid,, begitu juga surat al Baqarah dan al Fatihah adalah surat2 yang utama yang ada dalam al Quran karena juga menjelaskan tentang tauhid.

Seluruh Nabi berada dalam satu agama yaitu tauhid. 

Tauhid adalah yang didakwahkan oleh seluruh Nabi yang di utus oleh Allah.

Tauhid adalah intisari dari kitab2 yang Allah turunkan.

Hendaknya perhatian kita kepada tauhid melebihi perhatian kita kepada perkara lain yang kita lakukan di dalam kehidupan kita.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memperbaiki agama kita,, memperbaiki dunia kita,, dan menjadikan hidup kita adalah kehidupan yang dapat menambah kebaikan.

Masjid Istiqlal,, 24 jumadil ula 1436H / 15 maret 2015

Catatan Tabligh Akbar Syaikh Prof, Dr.Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al Badr
_______________

Syirik Yang Sering Di ucapkan

Contoh perkataan sehari-hari yang tanpa disadari ternyata termasuk perbuatan syirik:

1. Menyamakan posisi Allah ﷻ dengan makhluk

-Untung ada dokter, penyakit saya bisa sembuh, coba kalo nggak mungkin skr saya udh mati 
- kalo bukan karena Allah ﷻ dan karena si fulan mungkin saat ini saya sudah kelaparan dan mati dijalan 
👉🏼 jangan menyamakan kedudukan dan posisi Allah ﷻ dengan sesuatu apapun, karena dalam perkara takdir rezeki jodoh kematian dan apapun hanya Allah ﷻ yang sanggup melakukannya, ini termasuk pada syirik tauhid Rububiyah

2. Jangan mencela makhluk yang tidak bisa berbuat apa2 : 

- huh hujan lagi hujan lagi.. Gara-Gara hujan ini semua jemuran kita jadi gak kering
- bencana ini terjadi karena skr sedang bulan suro 
- huh gara gara angin nih semua tanaman dan pohon jadi tumbang 

3. Bersumpah dengan nama selain Allah ﷻ 

- Demi ibuku, demi anakku, aku bersumpah... Demi bulan dan bintang aku bersumpah dll 

4. Menyandarkan nikmat kepada selain Allah ﷻ 

- harta kekayaan ini semua milik ayahku, dan aku mendapat semua warisan dari ayahku, jika niatnya meniadakan nikmat Allah ﷻ didalamya maka termasuk syirik 

Selengkapnya : 

Syirik yang Sering Diucapkan | Rumaysho.Com
http://m.rumaysho.com/aqidah/syirik-yang-sering-diucapkan-394.html

Syirik Lawan dari Tauhid

Syirik Lawan dari Tauhid

Syirik adalah mensejajarkan (menyamakan) selain Allah dengan Allah Ta’ala dalam hal-hal yang termasuk kekhususan bagi Allah Ta’ala. Kemusyrikan merupakan kedzaliman yang paling besar. Allah Ta’ala berfirman

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’” (QS. Luqman: 13)

Zalim adalah meletakan sesuatu pada yang bukan tempatnya. Maka benarlah jika syirik dikatakan zalim, karena syirik mengandung unsur penempatan ibadah bukan pada tempatnya. Inilah kezaliman terbesar yang sekarang banyak terjadi di masyarakat.

Ditinjau dari besar kecilnya, syirik terbagi menjadi dua macam yaitu:

Syirik akbar (besar), yaitu memalingkan sebagian bentuk ibadah kepada selain Allah Ta’ala, seperti doa, kurban, nadzar yang ditujukan kepada selain Allah Ta’ala, seperti ditujukan kepada penghuni kubur, jin, setan dan lain-lain. Syirik ini dapat menyebabkan pelakunya keluar dari Islam, mengekalkan pelakunya di neraka, menghapuskan seluruh amal baiknya, pelakunya boleh diperangi dan tidak akan diampuni.
Syirik asghar (kecil), yaitu semua bentuk sarana (perantara) yang akan mengantarkan kepada syirik akbar. Pelaku syirik asghar tidak dikeluarkan dari Islam, akan tetapi berkurang tauhidnya, terancam masuk neraka namun tidak kekal. Syirik ini hanya menghapuskan pahala amal yang bercampur dengan syirik tersebut. Pelakunya tidak diperangi dan masih memungkinkan untuk diampuni (menurut pendapat sebagian ulama). Namun Saudariku, kita harus berhati-hati dengan amal perbuatan kita, agar tidak tercampur dengan syirik kecil ini, seperti sabda Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam, “Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpa kalian ialah syirik kecil, yaitu riya.” (shahih, HR. Ahmad)
Ditinjau dari tampak dan tidaknya, syirik dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

Syirik jali (jelas), yaitu syirik yang terjadi dalam perkataan dan perbuatan. Jadi perbuatan syirik itu tampak dan dapat kita saksikan atau dengarkan.
Syirik khafi (samar atau tersembunyi), yaitu syirik yang terkait dengan niat dan keyakinan. Disebut khafi karena tersembunyi dari diri pelakunya sendiri, terlebih orang lain, atau karena pelakunya menyembunyikannya dari manusia, sehingga tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Ta’ala.
Saudariku, inilah syirik, lawan dari tauhid yang sangat penting untuk kita ketahui dan kita cermati dalam setiap amalan kita. Karena perbuatan kemusyrikan tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah Ta’ala apabila pelakunya meninggal dunia dan belum bertaubat darinya. Allah Ta’ala berfirman

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa`: 48)

Maka wajib bagi kita untuk menjaga keimanan kita dari noda-noda syirik. Janganlah engkau mengotori amalmu hanya karena menginginkan pujian manusia. Janganlah engkau khianati Rabb-mu hanya untuk sekedar menengok ramalan bintang di majalah harianmu. Ingatlah balasan untuk kesabaranmu atas semua ini, yaitu surga.

Keistimewaan Ahli Tauhid

Tidak bisa kita mungkiri bahwa ilmu dan amal yang paling mulia adalah ilmu dan amal tauhid, karena ilmu dan amal tersebut berkaitan dengan Dzat Yang Paling Mulia, yaitu Allah Ta’ala. Maka orang-orang yang benar-benar bertauhid akan mendapatkan balasan dan keistimewaan dari Allah Ta’ala, di antaranya:

Mendapatkan ketenangan dan hidayah.
Mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan diterima amalnya di akhirat.
Pasti masuk surga.
Terbebas dari adzab dan api neraka.
Diampuni seluruh dosanya.
Bobot timbangan tauhid mengalahkan bobot timbangan langit dan bumi.
Oleh karena itu, jika kita ingin mendapatkan keistimewaan-keistimewaan dari Allah Ta’ala tersebut maka kita harus memurnikan tauhid dalam diri kita dengan memiliki ilmu tauhid yang sempurna, meyakini kebenaran tauhid yang telah diilmui, dan mengamalkan ajaran tauhid dengan penuh ketundukan.

Saudariku, maka sekarang telah jelas, mengapa kita hidup di dunia ini? Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Tujuan yang terpuji yang jika setiap insan merealisasikannya bisa menggapai kesempurnaan, kebahagiaan hidup, dan keselamatan adalah dengan mengenal, mencintai, dan beribadah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada-Nya. Inilah hakikat dari perkataan seorang hamba ‘Laa ilaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah).’ Dengan kalimat inilah para Rasul diutus dan semua kitab diturunkan. Suatu jiwa tidaklah menjadi baik, suci, dan sempurna melainkan dengan mentauhidkan Allah semata.” (Miftaah Daaris Sa’aadah, 2/120)

Kami memohon kepada Allah Ta’ala agar memudahkan kita dalam bertauhid kepada-Nya dan menjauhkan kita dari noda-noda kemusyrikan.

Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdu lillahi Rabbil ‘alamin.

***

Penulis: Ummu Ahmad
Artikel Buletin Zuhairah

Berbahagialah Dengan Tauhid

Berbahagialah dengan Tauhid

Saudariku muslimah yang dimuliakan Allah..

Pernahkah terbetik olehmu, untuk apakah kita diciptakan di dunia ini, sedangkan pada akhirnya kita akan dimatikan? Ketahuilah wahai Saudariku, Allah Ta’ala itu Maha Berkehendak, Yang menghendaki terciptanya alam semesta dan seluruh isinya serta menghendaki hikmah di balik semua penciptaan ini. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Apakah kalian diciptakan tanpa ada maksud dan hikmah, tidak untuk beribadah kepada Allah, dan juga tanpa ada balasan dari-Nya?”

Saudariku, Tahukah Engkau Apakah Tauhid Itu?

Tauhid Secara Bahasa

Kata “tauhid” dalam Bahasa Arab adalah bentuk kata benda abstrak (masdar) dari kata wahhada – yuwahhidu – tauhidan. Wahhada artinya “menjadikan satu sesuatu”. Sesuatu yang satu adalah sesuatu yang berdiri sendiri dan tidak bersekutu dengan yang lainnya.

Tauhid Secara Syariat

Makna tauhid secara syari’at adalah mengesakan Allah Ta’ala dalam beribadah, yaitu menjadikan seluruh ibadah dan ketaatan hanya untuk Allah Ta’ala semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya.

Allah Ta’ala berfirman

وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ

“ dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah” (QS. Al-Anfaal: 39),

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (QS. An-Nisa: 36),

فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).” (QS. Al-Mu`min: 14)

Macam-Macam Tauhid

1. Tauhid Rububiyyah

Tauhid rububiyyah adalah pengakuan bahwa Allah Ta’ala adalah satu-satunya Dzat yang menciptakan alam semesta, yang mengatur segala urusan, menghidupkan, mematikan, dan memberi rezeki. Tauhid rububiyyah mencakup keimanan kepada tiga hal, yaitu: 1) beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah Ta’ala secara umum, seperti menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, dan lain-lain; 2) beriman kepada qadha` dan qadar Allah Ta’ala; dan 3) beriman kepada keesaan Dzat-Nya.

Allah Ta’ala berfirman

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٢٦)تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (٢٧)

“Katakanlah, ‘Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).’” (QS. Ali-Imran: 26-27)

Pengakuan tauhid rububiyyah sebenarnya sudah tertanam dalam fitrah manusia, sehingga hampir semua manusia mengakui dan tidak mengingkarinya, baik muslim maupun kafir, baik dahulu maupun sekarang.

Allah Ta’ala berfirman

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ (٣١)

“Katakanlah, ‘Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab: ‘Allah.’ Maka katakanlah, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?’” (QS. Yunus: 31)

Namun, ketahuilah wahai Saudariku, pengakuan bahwa Allah Ta’ala adalah satu-satunya pencipta, pengatur, pemelihara alam semesta ini, dan pemberi rezeki untuk hamba-hamba-Nya, tidaklah cukup untuk bisa menggolongkan seseorang sebagai seorang mukmin (orang yang beriman). Sebagaimana kaum musyrikin zaman dulu, seperti Abu Jahal dan pengikutnya, mereka mengakui tauhid rububiyyah, namun semua itu tidaklah memasukkan mereka kepada golongan orang-orang yang beriman. Bahkan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa salam memerangi dan menghalalkan darah dan harta mereka.

2. Tauhid Uluhiyyah

Tauhid uluhiyyah adalah mengesakan Allah Ta’ala sebagai satu-satunya tujuan perbuatan-perbuatan hamba yang dilakukan dalam rangka beribadah dan ber-taqarrub (mendekatkan diri), seperti berdoa, rasa takut, berharap, bertawakkal, memohon pertolongan dan perlindungan, berkurban, bernadzar, dan lain sebagainya. Uluhiyyah maknanya adalah ibadah. Oleh karena itu, tauhid uluhiyyah disebut juga dengan tauhid ibadah.

Ibadah secara bahasa adalah ketundukan dan kehinaan. Sedangkan ibadah dalam istilah syar’i didefinisikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah sebagai “suatu istilah bagi semua hal yang dicintai oleh Allah Ta’ala dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang lahir ataupun batin”.

Ibadah mencakup tiga rukun yang ketiganya harus terkumpul pada seorang hamba, yaitu rasa cinta, harap, dan takut. Ibadah adalah puncak kecintaan dan keridhaan kepada Allah Ta’ala, karena untuk ibadahlah manusia diciptakan oleh-Nya. Hal ini terkandung di dalam firman-Nya

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (٥٦)

“Dan Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Untuk tujuan ini pula diutus para Rasul ‘alaihimussalam, seperti dalam firman Allah Ta’ala

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.’“ (QS. An-Nahl: 36).

Ketahuilah Saudariku, tauhid uluhiyyah ini merupakan konsekuensi dari tauhid rububiyyah dan tauhid asma` wa shifat (yang akan datang penjelasannya). Kemurnian tauhid uluhiyyah ini diwujudkan dengan dua hal, yaitu: 1) seluruh ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah Ta’ala saja, bukan kepada yang lainnya; 2) dalam pelaksanaan ibadah tersebut harus sesuai dengan syariat Allah Ta’ala.

3. Tauhid Asma` wa Shifat

Tauhid asma` wa shifat adalah keyakinan tentang keesaan Allah Ta’ala dalam hal nama dan sifat-Nya yang terdapat di dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah, disertai dengan mengimani makna-makna dan hukum-hukumnya (konsekuensi-konsekuensinya). Menetapkan sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah Ta’ala sebagaimana yang telah ditetapkan-Nya untuk diri-Nya sendiri atau ditetapkan oleh Rasul-Nya, begitu pula meniadakan sifat-sifat kekurangan yang ditiadakan oleh Allah dan Rasul-Nya dari diri-Nya. Dengan demikian wajib bagi kita untuk menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Nya.

Allah Ta’ala berfirman

وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Hanya milik Allah-lah asmaul husna (nama-nama yang terbaik), maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raaf: 180).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tauhid asma` wa shifat antara lain:

Harus menetapkan semua nama dan sifat Allah Ta’ala, tidak menafikan (meniadakan) dan tidak pula menolaknya.
Tidak boleh melampaui batas dengan menamai atau mensifati Allah Ta’ala di luar nama dan sifat yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Tidak menyerupakan nama dan sifat Allah Ta’ala dengan nama dan sifat para makhluk-Nya.
Tidak perlu (dan tidak memungkinkan) untuk mencari tahu hakikat (bentuk sebenarnya) dari sifat-sifat Allah tersebut.
Beribadah kepada Allah Ta’ala sesuai dengan konsekuensi nama dan sifat-Nya. (Mutiara Faidah Kitab At-Tauhid, hal. 10)
Saudariku, ketahuilah bahwa nama-nama Allah Ta’ala tidak hanya berjumlah sembilan puluh sembilan seperti yang sering kita dengar, akan tetapi nama-nama Allah sangatlah banyak. Tidak ada seorang pun yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah Ta’ala semata. Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad tentang doa bagi orang yang sedih atau bimbang, disebutkan, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan semua nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau pergunakan sebagai nama diri-Mu sendiri, atau yang Engkau turunkan di dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau simpan di dalam ilmu ghaib di sisi-Mu…

Membaca Surat Al Kahfi di Hari Jum'at

Jangan Lupakan Membaca
Surat Al Kahfi di Hari Jum’at

“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari
Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua
Jum’at.” (HR. An Nasa’i dan Baihaqi. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam
Shohihul Jami’ no. 6470)

Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Allahumma sholli ‘ala
nabiyyina Muhammad, wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Betapa banyak orang lalai dari amalan yang satu ini
ketika malam Jum’at atau hari Jum’at, yaitu membaca
surat Al Kahfi. Atau mungkin sebagian orang belum
mengetahui amalan ini. Padahal membaca surat Al
Kahfi adalah suatu yang dianjurkan (mustahab) di hari
Jum’at karena pahala yang begitu besar sebagaimana
berita yang dikabarkan oleh orang yang benar dan
membawa ajaran yang benar yaitu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. 

Hadits-hadits yang membicarakan hal
ini kami bawakan sebagian pada posting yang singkat
ini. Semoga bermanfaat.
Hadits pertama:

ﻣَﻦْ ﻗَﺮَﺃَ ﺳُﻮﺭَﺓَ ﺍﻟْﻜَﻬْﻒِ ﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﺃَﺿَﺎﺀَ ﻟَﻪُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨُّﻮﺭِ
ﻓِﻴﻤَﺎ ﺑَﻴْﻨَﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﺍﻟْﻌَﺘِﻴﻖِ

“ Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada malam
Jum’at, dia akan disinari cahaya antara dia dan
Ka’bah. ” (HR. Ad Darimi. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Shohihul
Jami’ no. 6471)

Hadits kedua:
ﻣَﻦْ ﻗَﺮَﺃَ ﺳُﻮﺭَﺓَ ﺍﻟْﻜَﻬْﻒِ ﻓِﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﺃَﺿَﺎﺀَ ﻟَﻪُ ﻣِﻦَ
ﺍﻟﻨُّﻮﺭِ ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺘَﻴْﻦِ
“ Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari
Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua
Jum’at .” (HR. An Nasa’i dan Baihaqi. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana
dalam Shohihul Jami’ no. 6470)

Inilah salah satu amalan di hari Jum’at dan keutamaan
yang sangat besar di dalamnya. Akankah kita
melewatkan begitu saja [?]
Semoga Allah selalu memberikan kita ilmu yang
bermanfaat dan dimudahkan untuk beramal sholeh
sesuai tuntunan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
***
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumasyho.com

Doa Adalah Ibadah

~Just One Day One Hadits~

📚Faidah Hadist 2


الدُّعَاءُهُوَ الْعِبَادَةُ  (صحيح , روه أحمد)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Do’a adalah ibadah”. (H.R Ahmad)

Hadist ini semakna dengan firman Allah Ta’ala dalam Al Qur’an surat Ghafir ayat 60

:(وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ) 


'Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".'

[Surat Ghafir : 60]

Faidah :
Do’a terbagi menjadi 2 : do’a ibadah dan do’a masalah.
Perlu diketahui bahwa keduanya saling berkaitan kareena didalamnya terkandung maksud pendekatan diri kepada Allah, baik dengan meminta agar didatangkan suatu manfa’at dan ditolak suatu mudhorot (dan inilah makna do’a masalah) atau dengan beribadah kepadaNya dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya (dan inilah makna do’a ibadah).

Sehingga –dengan pengertian diatas- ibadah ini hanyalah untuk Allah dan tidak boleh ditunjukkan kepada selainNya. Bila hal itu terjadi –ditunjukkan kepada selain Allah- maka ia telah berbuat syirik besar.

Gambarannya :
Seseorang yang memalingkan suatu ibadah kepada selain Allah, semisal bersujud kepada selain Allah, menyembelih bukan atas nama Allah, dll disertai pengagungan dan pendekatan diri kepadanya,  maka ia telah berbuta syirik karena hal tersebut –ibadah disertai rasa pengagungan dan pendekatan  diri- merupakan kekhususan sifat uluhiyah Allah. Dan dia –dengan perbuatannya itu- telah menjadikannya sebagai tandingan Allah.

Dan juga seseorang yang berdo’a, meminta kepada si mayit atau meminta hal-hal yang tidak bisa dipenuhi kecuali hanya Allah yang mampu mengabulkannya, semisal meminta diluaskan rezeki, dimudahkan segala urusan, dijauhkan dari bala bencana  maka ia telah berbuat syirik besar.
Mengapa ? karena ia tidak mungkin melakukan hal demikian kecuali berdasarkan keyakinannya bahwa pihak yang diminta memiliki kemampuan mengatur urusan alam semesta. Padahal, hanya Allah satu-satunya Dzat yang mencipta,memiliki dan mengatur alam semesta.

Dan syirik dalam do’a merupakan hal yang sering dan banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat. Bahkan, bisa dikategorikan sebagai sumbernya syirik. Dan selayaknya bagi seorang muslim untuk membentengi dirinya, keluarganya, dan masyarakat disekitarnya dari bahaya syirik. Yaitu dengan memahami makna dan hakikat tauhid serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.


Wallahu a'alam

@ Ridwan Arifin
(Mahasiswa Universitas Islam Madinah )

♻Program Jodoh. 
{Just One Day One Hadits}

💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠

📱 Untuk kritik dan saran serta informasi pendaftaran Program JODOH dapat menghubungi no#0818-0819-4040 (via WhatsApp)

💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠

Hak Allah Atas Hamba-Nya Dan Hak Mahluk

PROGRAM JODOH 
~Just One Day One Hadita~

Faidah Hadits ke 1
 

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد.

قال النبي صلى الله عليه وسلم : اتق الله حيثما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن. رواه الترمذي

Hadits ini berisi dua pokok pembahasan penting, yaitu hak Allah atas hamba-Nya dan hak sesama makhluk.

Adapun yang pertama (yaitu yang terkait dengan hak Allah) maka yang dimaksud adalah agar hamba senantiasa bertakwa kepada Allah, dimana pun & kapan pun, selagi dia masih hidup di dunia ini.
Dan wasiat takwa merupakan wasiat yang terus disampaikan oleh seluruh Nabi & Rasul yang diutus.
Secara ringkas, takwa adalah menjalankan perintah Allah -yang wajib ataupun sunnah- dan menjauhi larangan-Nya -yang haram ataupun makruh-, baik yang terkait dengan ucapan maupun perbuatan, amalan zhahir maupun batin.
Kemudian, ketika hamba menyadari bahwa dia tidak bisa secara sempurna menerapkan takwanya (maknanya ia tidak terlepas dari salah & dosa), maka Allah memerintahkan agar ia berbuat kebaikan dengan segala macam bentuknya karena hal tersebut bisa menghapus kesalahan atau kekurangan yang terjadi.

Sedangkan yang kedua (yang terkait hak sesama makhluk) terkandung dalam anjuran untuk berakhlak baik kepada seluruh manusia. 

Sehingga siapapun yang mampu menerapkan takwa dengan sebenar-benarnya dan pandai menyikapi manusia -dengan segala perbedaannya- dengan akhlak yang baik, maka ia telah memperoleh seluruh kebaikan. Hal itu karena ia bisa memenuhi hak Allah & hak sesama makhluk, dan juga karena ia tergolong orang yang berbuat ihsan dalam beribadah dan bermuamalah.


اللهم اجعلنا من المتقين والمحسنين.
والله تعالى أعلم.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك.
اللهم صل وسلم على عبدك ورسولك محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

@ Ridwan Arifin
(Mahasiswa Universitas Islam Madinah)

Tambahan...

Ibnu Qoyyim menyebutkan dalam kitan beliau alfawaid.

Di dalam diri nabi terhimpun ketakwaan dan akhlak yang mulia. Sesungguhnya, ketakwaan kepada Allah menyebabkan hubungan seorang hamba dengan Rabbnya menjadi baik. Adapun akhlak yang baik, sikaf ini akan menjaga keharmonisan hubungan di antara sesama makhlukNya.

Kesimpulannya, dengan takwa kepada Allah, seorang hamba akan di cintai oleh Allah, sedangkan dengan Akhlaq yang baik seseorang akan di cintai oleh orang lain.(irh)

Wallahu A'lam.
Wallahul Muwaffiq.

♻Program Jodoh.

💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠

📱 Untuk kritik dan saran serta informasi pendaftaran Program JODOH dapat menghubungi no#0818-0819-4040 (via WhatsApp)

💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠

Nama Dan Sifat-sifat Allah

🎬 URGENSI KAJIAN NAMA & SIFAT-SIFAT ALLAH

Manhaj Ahlussunnah wal Jamaa'ah dalam perkara Al-Asmaa' was Shifaat ialah mengimani semua nama dan sifat-sifat Allah sesuai dengan kesempurnaan-Nya dan keagungan-Nya. Tidak menyelewengkan maknanya, menolaknya, menggambarkannya atau menyerupakannya dengan makhluk.

Nama dan sifat Allah secara penamaan bisa saja sama, akan tetapi pada hakikatnya berbeda.Allah mempunyai sifat Ada, makhluk-Nya juga memiliki sifat ada. Namun sejatinya Ada-Nya Allah berbeda dengan ada-nya makhluk. Ada-Nya Allah tidak berpermulaan, sedangkan ada-nya makhluk berpermulaan dan keberadaannya diadakan oleh pihak lain yang mengadakannya. Perhatikan, nama sifatnya sama, yaitu "ada", akan tetapi esensinya berbeda. Begitu pula sikap kita terhadap sifat-sifat Allah yang Mahasempurna lainnya.

Para Ulama menyampaikan, bahwa memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah dengan pemahaman yang benar adalah satu-satunya jalan yang paling akurat untuk mengantarkan seorang hamba mengenal siapa Tuhannya yang haq. Dan pengenalannya yang benar itulah yang akan menjadi landasan utama dalam ibadah ia kepada Allah. Ibadah yang disertai rasa cinta, takut, dan menggantungkan harapannya hanya kepada Allah semata. Praktis orang-orang yang tidak memahami tauhid Al-Asmaa' was Shifaat dengan pemahaman yang benar seperti yang dipahami oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alihi wasallam dan para shahabat beliau, sejatinya mereka belum mencapai ma'rifatullah. Mustahil mereka bisa beribadah kepada Allah dengan benar.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menerangkan, "Manakala semakin bertambah ilmu seorang hamba terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah, maka akan semakin bertambah pula rasa takut dan pengagungan dirinya kepada Allah. Bekal ilmunya itu akan menumbuhkan perasaan malu, pengagungan, pemuliaan, merasa selalu diawasi, kecintaan, tawakkal, selalu kembali, ridha serta tunduk hanya kepada perintah Allah." (Raudhatul Muhibbin wa Nuz-hatul Musytaaqin hal. 406)

Demikian sedikit faidah penting yang menjadi urgensi pembahasan tauhid Al-Asmaa' was Shifaat, wallaahul muwaffiq.

✒Fikri Abul Hasan
WhatsApp المدرسة السلفية

Bacalah Alquran Dengan Tartil

📖📖📖📖📖📖📖📖

Bismillah
WAHAI ANAKKU BACALAH ALQURAN DENGAN TARTIL

Anakku buah hatiku,
Dalam hiruk pikuknya fenomena bacaan al Quran dengan berbagai gaya yang ada.
Maka dalam keprihatinanku, 
Aku wasiatkan kamu sekalian,
Dengan beberapa untaian mutiara kata ini, mudah-mudahan kamu dapat memahaminya dan berpegang teguh dengannya.

Anakku buah hatiku
Bacalah alquran sesuai apa yang Robbmu perintahkan.
Bacalah dengan tartil sebagai mana perintah-Nya dalam surat al Muzzammil.
Tartil menurut ulama tafsir baik Ibnu Kastir,Thobari,Assa'di dan lai nny menyatakan.
Dengan tajwid,  makhrajnya ,waqafnya,tadabbur.
Bukannkah Rabb kita telah menyatakan dalam surat Yusuf ayat 2:
"Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya"
Wahai anakku buah hatiku cukupkan olehmu hanya mencontoh Nabi kita saja salawat dan salam kepadanya.
Karena Allah Ta'ala telah perintahkan kita dalam Quran surat al Ahzab ayat 21:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah"

Anakku buah hatiku..
Ingatlah Quran turun dalam bahasa Arab, dan Nabi  shalallah 'alaihi wasallam yang mulia adalah orang arab berbahasa arab.
Dan Allah Ta'ala Dzat Yang Maha Pencipta Yang Maha Tahu dengan apa yang telah diciptakanNya telah memerintahkan kita untuk meneladani Nabi-Nya shalallah 'alaihi wasallam.

Meneladani dan mencontoh baik dalam masalah:
Aqidah Tauhid
Ibadah kepada Allah
Berakhlak yang mulia
Berkeluarga
Bermasyarakat dan lainnya..
Maka termasuk bagaimana Beliau shalallah 'alaihi wasallam membaca Al Quran.

Wahai annakku bacaan al Quran telah diwarisi turun temurun dari Nabi shalallah 'alaihi wasallam kapada Shahabat rodhiallah 'anhum, terus kepada tabi'in dan terus kepada pengikut tabi'in yang Allah Rahmati mereka.
Dan diteruskan lagi pada para ulama yang meneruskan lagi hingga ulama-ulama yang.menerima jalur sanad atau mata rantai yang tidak terputus.

Maka cukupkanlah olehmu cara baca yang telah ada mata rantainya.
Jangan kau hiraukan cara baca yang berlanggam jawa, atau sunda, batak, papua, atau cara-cara yang tidak ada jalur sanadnya.

Anakku buah hatiku...
Alhamdulillah diantaramu ada yang telah. menghafal 30 juz.
Ada yang 12 juz,ada yang 8 juz ada yang 4 juz.
Namun itu semua tidak ada artinya jika akhlakmu dengan Quran tidak kau jaga.
Jika yang kau hafal tidak menjadi pedoman hidupmu.
Jika yang kau hafal tidak membentuk akhlakmu.
Bukankah akhlak Rasul kita shalallah 'alaihi wasallam adalah Al Quran?
Sesungguhnya Al Quran adalah kalamullah....
Maka hormat dan agungkanlah...
Jangan sekali-kali kau meremekannya.....
Dan salah satu bentuk meremehkan al-Quran.....dengan... hanya. ...menjadikan hiasan dinding dan menyamakan dengan lagu-lagu hiburan.....
Anakku buah hatiku.....
Al Quran dibaca oleh imam dalam shalat dengan khusu' dan dengan bacaan yang bersanad saja.
Banyak makmum yang masih lalai,
melamun, tidak meresap, bahkan ada yang hatinya tidak hadir.

Bayangkan jika imam melanggamkan dengan langgam jawa, sunda, madura, seriosa, atau hip hope.
Apakah mungkin makmum bisa khusu'???
Laa haulaa walaa quwwata illa billah.
Semoga mereka-mereka yang melakukannya dan menyetujuinya serta membelanya semuanya mendapat hidayah taufiq hidayah kembali ke sunnah yang suci....
Sunnah Nabi kita yang mulia.... 
Muhammad shalallah 'alaihi wasalam.
Aamiin Ya Rabbal'alamiin
Allahu'alam
Pondok.Aren.

Abimu ..dlm.keprihatinan yg dalam..
"Abdurrahman Ayyub"

🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙