Menghitung Bunga Cicilan Nol Persen
Mari korek lebih dalam tentang cicilan yang menggoda hati ini.
Siapa, sih, yang tidak tergiur dengan tawaran belanja cicilan nol persen? Apalagi cicilan tersebut berlaku buat barang yang selama ini Anda idam-idamkan, dari mulai ponsel pintar, sabak elektronik, tas bermerek, sampai paket wisata ke tempat-tempat eksotik.
Cicilan nol persen memang terasa begitu menggiurkan, sampai-sampai bisa menggoda para pemegang kartu kredit yang biasanya ketat dan disiplin dalam membelanjakan kartu kreditnya. Tetapi, apakah cicilan nol persen itu memang sepolos dan sejujur tawarannya? Apa “udang di balik batu” dari tawaran cicilan nol persen?
“Saya sangat percaya kalau Anda membeli sebuah barang dengan membayar tunai, Anda pasti bisa mendapatkan harga yang lebih murah daripada mencicil dengan bunga nol persen," kata Lim Tung Ning, penulis buku 6 Keranjang 7 Langkah Semua Orang Bisa Kaya. “Sebab komponen bunga pasti sudah diperhitungkan ke dalam harga yang ditawarkan.”
Menurut Tung Ning, sekalipun pembeli mendapatkan harga yang sama dengan cicilan nol persen, layaknya ia membayar secara tunai, pembeli seharusnya tetap membayar secara penuh. Sebab, kalau ia tidak bisa membayar secara penuh, maka berarti pembeli sebetulnya belum sanggup membeli, alias hidup tidak sesuai dengan kemampuan.
“Lalu, dengan tidak membayar secara penuh, pembeli berisiko terjerumus dalam risiko overspending, yang pada akhirnya membuat ia terjerat utang,” jelas Tung Ning.
Namun, berapa banyak pengguna kartu kredit yang membayar tagihan mereka secara penuh? Menurut data dari Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), 10% pengguna kartu kredit tidak membayar lunas tagihan setiap bulan, dan hanya satu dari empat pengguna kartu kredit yang membayar lunas tagihan setiap bulan.
“Jadi, dari semua orang yang mengambil cicilan nol persen, sebanyak 70% di antaranya tidak membayar secara lunas, dan mereka ini yang bakalan mencicil dan terjebak dalam bunga yang dahsyat 3,5% per bulan atau 42% per tahun,” ungkap Tung Ning.
Lalu bagaimana dengan tawaran pinjaman enam bulan dengan bunga nol persen? Menurut Tun Ning, tawaran itu juga tak kalah licik dari teknik menjebak seorang masuk ke jerat utang ala cicilan nol persen.
“Tawarannya, pinjaman enam bulan dengan bunga nol persen. Syaratnya hanya perlu membayar biaya adminsitrasi di muka sebesar lima persen dari total pinjaman. Sangat menggoda, bukan? Karena dengan demikian, seseorang hanya cukup membayar bunga lima persen saja. Dan bunga lima persen untuk enam bulan berarti, kan, cuma 10% dalam setahun,” ujar Tung Ning. “Ternyata tidak.”
Lihat tabel penjelasan Tung Ning di bawah ini:
Bunga : 0%
Jangka waktu : 6 bulan
Biaya administrasi : 5% (bayar di muka)
Pokok utang : Rp10.000.000
Bunga yang harus dibayar : Rp500.000
Cicilan/bulan : Rp1.666.667
Pokok utang sesungguhnya : Rp9.500.000 (dihitung dari biaya administrasi dibayar di muka sehingga pokok utang sesungguhnya hanya Rp9,5 juta).
Bunga sesungguhnya (efektif)/bulan: 2,19%
Bunga sesungguhnya (efektif)/tahun: 25,18%
Dari perhitungan tersebut, bisa dilihat bahwa bunga yang dibebankan sebetulnya 25,18% per tahun, ditambah risiko berupa bunga sebesar 3,5% per bulan, apabila tidak bisa membayar lunas tagihan kartu kredit setiap bulan.
“Bunga utang selalu dibuat melawan Anda,” kata Tung Ning. “Meminjam uang untuk hal-hal yang bersifat konsumtif, seperti membiayai liburan, membeli gadget, kendaraan baru, adalah bunuh diri finansial.” (Antono Purnomo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar