Senin, 31 Agustus 2015

Banyak Tertawa Bisa Mengurangi Wibawa



#bbg assunnah

Bercanda memang penting tetapi jangan berlebihan.
Begitu juga dalam agama Islam mengajarkan.
Pantas saja ‘Umar bin Khatthab radhiallahu ‘anhu
berkata ,
ﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ : ﻣﻦ ﻛﺜﺮ
ﺿﺤﻜﻪ ﻗﻠﺖ ﻫﻴﺒﺘﻪ ﻭﻣﻦ ﻛﺜﺮ ﻣﺰﺍﺣﻪ
ﺍﺳﺘﺨﻒ
“ Barangsiapa yang banyak tertawa, maka akan sedikit
wibawanya . Barangsiapa yang banyak guraunya, maka dengannya dia akan rendah.” ( HR. Baihaqii dalam Kitab Syu’abul ‘imaan no: 5019)
Al-Mawardi rahimahullah pernah berkata,
ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺍﻟﻀَّﺤِﻚُ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻋْﺘِﻴَﺎﺩَﻩُ ﺷَﺎﻏِﻞٌ ﻋَﻦْ
ﺍﻟﻨَّﻈَﺮِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄُﻣُﻮﺭِ ﺍﻟْﻤُﻬِﻤَّﺔِ ، ﻣُﺬْﻫِﻞٌ ﻋَﻦْ
ﺍﻟْﻔِﻜْﺮِ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﻮَﺍﺋِﺐِ ﺍﻟْﻤُﻠِﻤَّﺔِ .
ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﻟِﻤَﻦْ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﻣِﻨْﻪُ ﻫَﻴْﺒَﺔٌ ﻭَﻟَﺎ ﻭَﻗَﺎﺭٌ،
ﻭَﻟَﺎ ﻟِﻤَﻦْ ﻭُﺻِﻢَ ﺑِﻪِ ﺧَﻄَﺮٌ ﻭَﻟَﺎ ﻣِﻘْﺪَﺍﺭٌ .
“Adapun tertawa, apabila seseorang membiasakannya
dan terlalu banyak tertawa, maka hal itu akan
melalaikan dan melupakannya dari melihat hal-hal yang
penting. Dan orang yang banyak melakukannya, tidak
akan memiliki wibawa dan kehormatan. Dan orang yang terkenal dengan hal itu tidak akan memiliki kedudukan dan martabat.” ( Adabud-Dunya wad-Din hal.313, Dar Maktabah Al-Hayat, 1986 M, syamilah)
Terkadang juga yang membuat wibawa orang
sanguin jatuh adalah seringnya rertawa dengan
tertawa terbahak-bahak (ngakak). Jelas ini
menjatuhkan wibawa dan terkesan tidak serius. Oleh
karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
kebanyakan hanya tersenyum dan tidak tertawa terbahak-bahak. Karena seringnya seperti ini
menunjukkan bahwa ia lupa atau lalai dengan akhirat
Dari Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mbahwa dia berkata,
ﻣَﺎ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻣُﺴْﺘَﺠْﻤِﻌًﺎ ﺿَﺎﺣِﻜًﺎ ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﺭَﻯ
ﻣِﻨْﻪُ ﻟَﻬَﻮَﺍﺗِﻪِ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺘَﺒَﺴَّﻢُ

“Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan tenggorokan beliau, beliau biasanya hanya tersenyum.”
(HR. Al-Bukhari no. 6092 dan Muslim no. 1497)

✏BBM @kajianisalm putri,grup whatsapp dan telegram @kajianislam putri

Minggu, 30 Agustus 2015

Mantan Pendeta Masuk Islam

Panjang memang artikelnya, tapi sungguh banyak faedah yang diambil darinya👇.


Surat Mantan Pendeta yg Masuk Islam Karena Membaca Buku "Sebab-Sebab Kebahagiaan" karya Asy-Syaikh Abdurrozzaq al-Badr - www.firanda.com \"Tebarkan Ilmu, Tumbuhkan Amal, Petiklah Ridlo Ilahi\" - http://firanda.com/index.php/artikel/lain-lain/962-surat-mantan-pendeta-yg-masuk-islam-karena-membaca-buku-sebab-sebab-kebahagiaan-karya-asy-syaikh-abdurrozzaq-al-badr
Surat Mantan Pendeta yg Masuk Islam Karena Membaca Buku "Sebab-Sebab Kebahagiaan" karya Asy-Syaikh Abdurrozzaq al-Badr

 Kategori: Lain-lain
 Diterbitkan pada 29 August 2015
 Klik: 4810
Sungguh benar bahwa rahasia hidayah hanyalah di tangan Allah. Tidak ada yang menyangka seorang pendeta yang menjadi misionaris puluhan tahun berdakwah di pedalaman –menyeru kepada kesyirikan dan kekufuran- akhirnya masuk Islam di akhir hayatnya hanya karena sebuah buku saku "Sebab-Sebab Kebahagiaan".

Buku itu merupakan transkrip dari ceramah yang disampaikan oleh Fadilatus Syaikh Abdurrozzaq hafizohulloh di mesjid Al-Istqlal pada tanggal 17 januari 2010 M (1 Shafar 1431 H), yang dihadiri lebih dari 100 ribu jama'ah.

Allah menghendaki kebaikan bagi pendeta ini (Robert) yang terus berusaha mencari kebenaran….akan tetapi beliau sekarang telah meninggal dunia –semoga Allah merahmati beliau dengan rahmatNya yang seluas-luasnya, memaafkan dosa-dosanya dan memasukannya kedalam surgaNya-.

Akan tetapi sebelum ia meninggal, ia sempat menulis sebuah surat yang ia tujukan kepada Fadilatus Syaikh Abdurrozzaq hafizohulloh, yang sungguh surat tersebut ditulis dari sanubari yang paling dalam. Surat yang ringkas akan tetapi sarat dengan faidah-faidah yang menakjubkan.


Ia bahkan tak sempat mengirimkan surat tersebut –mungkin karena sakit yang dideritanya-, akan tetapi surat tersebut ditemukan oleh saudaranya –yang non muslim- ditumpukan buku-bukunya sebulan setelah wafatnya, lalu dititipkan kepada salah seorang dai yang berdakwah di pedalaman. Lalu akhirnya pada tanggal 16 Agustus kemarin surat tersebut –alhamdulillah- akhirnya sampai ke tangan saya tatkala saya mengunjungi kota Balikpapan, dan alhamdulillah surat tersebut telah sampai kepada Fadilatus Syaikh Abdurrozzaq hafizohullah

Berikut isi surat tersebut.

 

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله

Kepada yang saya cintai karena Allah Tuan Syaikh Abdurrozzaq semoga Allah memberkahi anda.

Perkenalkan nama saya Robert Tanhu Mangkulang dengan nama Islam Abdurrahman al Islami 58 tahun, berasal dari suku Dayak Kalimantan.

Sebelumnya saya minta maaf bila mengganggu waktu anda dan aktifitasnya. Saya ingin menceritakan kisah singkat tentang kehidupan saya dan juga harapan saya di akhir hidup saya yang tersisa.

Saya masuk Islam pada tanggal 15 Desember 2011, mulanya saya masuk Islam dan mengenal Agama Islam karena keraguan agama yang saya yakini, di keluargaku 6 bersaudara semuanya berbeda agama, ada hindu paganisme, kristen katholik dan protestan, tapi tidak ada satu pun yang masuk Islam karena keluarga kami menganggap Islam agama yang rumit dan sulit.

Selama 30 tahun lebih saya menjadi misionaris protestan, pastor dan terakhir menjadi kepala gereja di seluruh kota di Kalimantan, tepatnya di Kutai Barat, selama itu pula saya diberikan kecukupan rezeki harta dan jabatan yang layak karena itulah tujuan para pendeta, dari keenam kali pernikahan saya tidak dikaruniai anak keturunan, harta yang saya punya dipakai untuk bersenang-senang dan habis di meja judi.

Di akhir masa tua ini saya merasa takut dan gelisah dengan agama yang saya yakini yaitu kristen protestan. Tidak membawa ketenangan dan ketentraman, sebelum saya mengenal Islam ini saya meneliti dan membanding-bandingkan kitab-kitab injil saya dengan kitab yang dulu, ada sisi yang kontradiktif antara satu dan lainnya, ditambah lagi saya ingin menghabiskan masa tua di tempat kelahiran saya.

Sebulan kemudian saya memutuskan  untuk pergi meninggalkan gereja demi niat saya untuk pindah mencari ketenangan hati. Singkat cerita kami, yaitu saya dan murid saya yang mengantar sampailah di satu pelosok kabupaten Paser yang mayoritas 90 prosen adalah penganut paganisme dan animisme, namun selama puluhan tahun ditinggalkan ada sedikit berbeda, ada beberapa orang yang masuk agama Islam diantaranya mantan mertua yaitu bapak istri saya  ketiga ternyata sudah menjadi muslim.

Seperti biasa di pagi hari saya selalu berkeliling untuk berolahraga, sengaja saya melewati rumah bekas istri saya karena penasaran kami berdiskusi dan berdialog dengan mereka, padahal dulu mereka adalah orang-orang yang nakal dan brutal namun ada perubahan drastis dengan sikap perilaku dan penampilan yang islami.

Tuan Syaikh Abdurozzaq desa kami desa terisolir dan jauh dari keramaian, selama puluhan tahun tidak ada da’i atau ustadz yang masuk ke pedalaman, lalu saya tanyakan kepada mereka apa yang menyebabkan mereka masuk Islam? Mereka bercerita ada seorang pemuda jawa yang datang dari kota kecamatan selalu datang membawa alat penghisap darah penyakit dan mengamalkan agamanya, karena keramahan dan budi pekerti yang baik mereka belajar, dari mulai 2 keluarga yang masuk Islam hingga 30 keluarga (setara 40 orang dewasa 18 anak kecil) yang belajar tentang agama Islam.

Selesai berdialog mereka memberi buku kecil berjudul “Sebab-Sebab Kebahagiaan” karya Syaikh Abdurozzaq dan buku Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis. Sampai di rumah sebelum tidur saya membaca dan merenungi tiap makna dari lembaran buku itu, entah kenapa badan saya merinding, dada bergemuruh karena takjub dengan penjelasan kebahagiaan yang saya cari selama ini.

Puluhan tahun saya berkhotbah di hadapan jamaah, baru kali sekarang saya mendapat suatu kata indah walaupun ada beberapa yang kurang dimengerti dalam bahasanya tapi saya faham akan maksud dan tujuan si penulis.

Keesokan harinya saya bertemu dengan teman-teman di desa untuk menanyakan kapan pemuda itu kembali akan datang? ternyata hari itu mereka sudah ada janji untuk menjemput lewat sungai karena daratan berlumpur setelah hujan lebat.

Setelah ketemu kami yaitu saya mengutarakan niat saya untuk memeluk agama Islam maka dengan keyakinan yang kuat saya mengucapkan syahadat di hadapan 8 laki-laki dewasa dan 4 wanita walaupun agak sulit karena saya belum terbiasa dan tidak bisa maka saya dituntun untuk membaca “Laailaha illallah Muhammad Rasulullah”.

Pemuda tadi memegang erat tangan saya dan memeluknya tubuh ini dengan haru lalu dia ucapkan “Bapak sekarang menjadi saudara saya dalam Islam maka berbahagialah bapak dengan jaminan Allah, bahwa dengan taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya kita akan bertemu di surga”

Setelah itu kami berbincang dan berbagi pengalaman, dan saya tanyakan kepada pemuda ini dimana saya bisa bertemu dengan penulis ini buku, sambil menunjukkan buku yang saya bawa. Ternyata pemuda ini pun belum pernah bertemu atau melihat langsung Syaikh Abdurrozzaq, dia hanya mendengar suara di radio swasta sebelum dia merantau ke Kalimantan, bahkan bila ada kunjungan penulis buku ini dia tidak bisa hadir karena kemampuannya untuk datang ke Jakarta.

Dua minggu kemudian dia datang kembali membawa buku-buku pelajaran cara praktis membaca al-Quran dan papan tulis, sekaligus memberi kabar gembira bahwa Syaikh Aburrozzaq akan datang bulan Februari di Jakarta tahun 2012, maka saya katakan ke padanya “Mari kita berangkat ke Jakarta, masalah ongkos saya yang akan tanggung, bawa juga keluargamu”. Namun dia menolak dengan alasan bahwa dia mengajarkan agama bukan karena harta dan iming-iming materi dunia, tapi saya bersikeras untuk memberi dia uang. Selama dua tahun naik turun bukit pemuda ini hanya digaji dengan ikan dan pisang sedangkan saya diberi sesembahan para jamaah setiap minggu.

Akhirnya dia menerima dan membelikan tiket untuk keberangkatan kami di bulan Februari 2012 bersama keluarganya.

Sejak saat itu kami belajar dan saya pun belajar dengan sungguh-sungguh akan kebaikan Islam, umumnya di suku kami tidak ada paksaan untuk memeluk agama lain karena perbedaan agama boleh asal jangan mengganggu adat istiadat yang ada di desa kami yang mayoritas hindu paganisme.

Di pagi hari badan saya sakit semua, hernia kambuh dan seluruh kaki terasa berat digerakkan, dengan bantuan tetangga dibawa ke poliklinik terdekat lalu saya diobati dengan obat-obatan seadanya karena klinik kampung yang ada di desa tidak ada petugas yang jaga itupun yang mengobati adalah bidan kampung/dukun anak.

Seminggu kemudian pemuda ini datang dan berniat untuk menjemput saya ke rumahnya serta tinggal beberapa hari di rumah samping mushola, namun takdir berkata lain jangankan untuk jalan, berdiripun tak mampu. Pemuda ini membacakan beberapa do’a dan dia meminta madu dan air serta  diminumkan kepada saya, sore harinya saya agak membaik, bisa jalan tertatih-tatih, saya minta ijin tidak hadir dalam pengajian iqro dan ia pun mengerti.

Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak bisa bertemu atau datang ke jakarta, sampaikan salam dan tolong tuliskan rasa terima kasih kepada Syaikh Abdurozzaq, saya akan ke rumah teman yang ada di kabupaten untuk melihat tayangan langsung, kebetulan dia mempunyai parabola. Akhirnya pemuda ini berangkat bersama keluarganya ke jakarta, ada seorang ibu yang menitipkan barang untuk Syaikh berupa tas karena kecintaan beliau kepada tuan Syaikh Abdurrozzaq.

Hari minggu 19 februari 2012, hari itu saya sangat senang melihat wajah anda Syaikh Abdurrozzaq, walaupun ada gangguan dan sinyal yang buruk tapi ada pelajaran yang bisa diambil “bahwa bila kita ingin meraih cinta Allah harus mendahulukan perintah-perintah-Nya”. Saya ingin sekali mendengar tapi suara, gambar dan tayangannya tersendat-sendat, sehingga waktu itu saya jadi berfikir kenapa saya tidak memaksakan berangkat ke jakarta.

Tuan Syaikh Aburrozzaq sejak itu pula saya mulai mengerti arti kehidupan dalam pandangan Islam bahwa dunia hanya sementara sedangkan akhirat kekal dan abadi.

Ada kejadian yang membuat saya miris dan sedih, pemuda tadi dicegat dan diinterogasi oleh sebagian aparatur desa, yang ironisnya mereka adalah muslim, mereka menganggap pemuda ini mengajarkan ajaran menyimpang karena itu dia tertahan dan tidak bisa mengajar lagi, lalu datanglah saudara kami “Maris” salah satu tokoh yang masuk Islam dia menjelaskan kepada aparatur desa bahwa dia hanya mengajarkan baca tulis al-Quran.

Dua bulan tiga bulan sampai satu tahun dia tidak pernah datang lagi, apalagi setelah kami warga muslim ikut-ikutan ritual belian (pemanggilan roh-roh halus), mau tidak mau, suka atau tidak suka kami harus mengikutinya adat-istiadat karena ini solidaritas suku.

Tuan Syaikh Abudrrozzaq pemuda ini tidak pernah datang lagi, kami memaklumi dan mengerti dia membutuhkan perubahan dari kami dan juga perjuangan untuk melawan adat tapi kami tidak mampu, dan lagi beliau juga perlu penghasilan untuk keluarga semoga Allah memudahkan urusan pemuda ini.

Tuan Syaikh Abdurrozzaq semoga dengan tulisan ini dan sampainya tulisan ini di hadapan anda semoga ada da’i atau ustadz yang mau ke tempat kami, dulu waktu kami menjadi misionaris kami bisa ke pelosok-pelosok tapi umat Islam yang kata anda rahmat semesta alam tidak ada yang bertahan ke pedalaman. Maka disisa umurku ini saya berharap bisa bertemu di surga kelak. Saya mempunyai penyakit kronis bisa saja setelah ini Allah mencabut nyawa saya, sekali lagi terimakasih untuk anda dan Islam.

Abdurrahman al-Islami
Muara Andeh, 15 Agustus 2014


Beberapa faidah yang bisa dipetik dari surat mulia ini :

1. Betapa banyak orang terhalangi untuk masuk Islam karena menganggap Islam adalah agama yang sulit dan rumit. Padahal kita tahu bahwasanya Islam adalah agama yang sederhana, jika dibersihkan dari seluruh bid'ah, syirik, khurofat, dan takhayyul maka sungguh Islam adalah agama yang sangat simpel dan mudah.

Akan tetapi sering kali gambaran Islam sampai kepada non muslim dengan gambaran yang keliru.

2. Kontradiktif yang terdapat dalam Injil merupakan sebab penting yang menjadikan bekas pendeta ini masuk Islam, karena hal ini menimbulkan keraguan terhadap ajarannya, padahal ia seorang pendeta. Maka perlu kita menjelaskan kontradiktif Injil kepada kaum Nashrani, semoga mereka dibukakan hatinya oleh Allah untuk memeluk Islam.

3. Berdakwah dengan akhlak, keramah-tamahan, serta budi pekerti yang baik merupakan daya tarik terbesar bagi non muslim untuk mengenal Islam. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh sang pemuda tersebut tatkala berdakwah di pedalaman.

4. Islam yang benar akan merubah perilaku pemeluknya secara drastis, sebagaimana yang dituturkan oleh bekas pendeta, bahwasanya kerabatnya dahulu brutal namun setelah masuk Islam berubah menjadi berperangai mulia.

Inilah bedanya orang yang masuk Islam karena belajar –sehingga mempengaruhi perilakunya-, dengan orang yang masuk Islam hanya ikut-ikutan, atau keturunan, namun tidak dibarengi dengan mempelajari Islam.

5. Bekas pendeta ini puluhan tahun berkhotbah di hadapan jama'ahnya untuk mengajarkan kebahagiaan kepada mereka, akan tetapi ia sendiri tidak merasakan kebahagiaan tersebut. Ia sendiri sedang mencari kebahagiaan. Ternyata ia menemukan hakekat kebahagiaan melalui buku Asy-Syaikh Abdurrozzaq hafizohulloh.

6. Seorang yang menyatakan masuk Islam maka harus kita sambut dengan penuh kebahagiaan dan memberi optimisme kepada dirinya. Sungguh perkataan sang dai muda tersebut sangat mengena di hati bekas pendeta. Tatkala sang pendeta masuk Islam, maka dipelulah dengan haru oleh sang pemuda seraya berkata “Bapak sekarang menjadi saudara saya dalam Islam maka berbahagialah bapak dengan jaminan Allah, bahwa dengan taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya kita akan bertemu di surga”

7. Diantara pernyataan indah Syaikh Abdurrozzaq yang selalu diingat oleh sang pendeta yaitu "Bahwa bila kita ingin meraih cinta Allah harus mendahulukan perintah-perintah-Nya"

8. Pendeta ini memberi informasi bahwa dakwah sang pemuda ke pedalaman ternyata dihalangi oleh orang-orang Islam sendiri.

Setelah saya menghubungi sang pemuda, maka sang pemuda itu bercerita bahwa yang menghalanginya adalah orang-orang Islam yang tidak suka dengan dakwah sunnah yang tidak menyetujui adat-adat yang tidak benar.

9. Diantara harapan mantan pendeta Abdurrahman al-Islami, yaitu agar para dai menyempatkan diri berdakwah di pedalaman. Karena kaum misionaris rela berjuang berdakwah berpuluh-puluh tahun untuk mengajarkan kekufuran dan kesyirikan di pedalaman-pedalaman.

Bahkan diantara informasi yang disampaikan oleh sang pemuda kepada saya melaui WA bahwasanya gerakan syi'ah pun telah sampai ke pedalaman. Berikut isi WA tersebut :

((Pak Robert buatkan busur dan panah, (sebagai) hadiah yang akan diberikan untuk syaikh bila tiba ke Jakarta. Di Kutai Barat waktu beliau menjabat sebagai (Ketua) Forum Kerukunan Pelayanan Tuhan –sejenis persekutuan gereja-, (beliau) pernah didatangi kunjungan Islam Iranian Corner dan Ixxbx. Mereka datang katanya untuk misi pendidikan. Ketika ditanyakan maka mereka banyak menjelek-jelekan Arab Saudi dan Sunni. Lalu beliau nanya sama ana, Islam apa mereka?, ana bilang mereka syi'ah…, ana kisahkan kekejian mereka terhadap Islam dan foto-foto pembantaian…dari internet.

Beliau nanya sama ana, apakah di Mekkah dan Madinah akan diserah Syi'ah?. Ana bilang nggak tahu…

Karena beliau piawai membuat peralatan perang maka beliau berinisiatif buat panah dan busur untuk Syaikh, katanya untuk jaga-jaga dari Syi'ah…))

10. Pemuda yang gigih dalam berdakwah –semoga Allah menjaga keikhlasannya dan menambah semangatnya dalam berdakwah-

Alhamdulillah saya telah berkomunikasi langsung dengan pemuda da'i ini, dan ada beberapa informasi yang bisa saya sampaikan, diantaranya :

-         Pemuda ini sudah bertahun-tahun berdakwah di pedalaman, ia sendiri berasal dari suku Sunda, akan tetapi ia bertekad untuk berdakwah di pedalaman Kalimantan. Bahkan mendakwahi suku asli Kalimantan, yaitu suku Dayak.

-         Alhamdulillah ia sekarang bersama istrinya sedang mengasuh pondok kecil-kecilan dengan jumlah santri 160 santri-santriwati kecil. Disamping itu ada sekitar 40 orang muallaf dewasa yang ia didik. Berikut WA yang ia kirimkan kepada saya : ((Ustadz, afwan sebelumnya, surat yagn dtitip dari pak Robert/Abdurrahman untuk Syaikh sebenarnya sudah lama sekali. Sebulan setelah beliau wafat surat itu bari kami tahu dari tumpukan buku di rumahnya. Itupun kami tahu dari saudar beliau yang non muslim, bahwa pak Robert rahimahullah mau titip surat untuk ana. Ala kulli haal, beliau (pak Robert) ingin sekali bertemu Syaikh, beliau memesan buku-buku Syaikh dan tulisannya. Dan yang paling beliau suka adalah buku "Perjalanan dari Madinah ke Rodja" yang ditulis antum.

Ana ingin ngasih surat ke antum tapi qodarullah waktu dan kondisi ana yang tidak memungkinkan. Jangankan ke Jakarta, ke Balikpapan aja ana gak sempat ustadz. Ana berdua bersama istri mengajar lebih 160 anak dan 40 muallaf, kalau ana tinggal maka nggak ada yang ngajarin mereka))

-         Dari tuturan sang pendeta, ternyata pemuda ini tatkala berdakwah sama sekali tidak berharap upah. Bahkan tatkala ditawarkan untuk diberi ongkos ke Jakarta oleh sang pendeta, maka iapun dengan tegas menolak dengan menyatakan bahwa ia tidak berharap dunia. Akan tetapi suku Dayak yang menerima dakwahnya tetap memberikan rasa terima kasih mereka kepada sang pemuda dengan memberikan sekedarnya yaitu berupa ikan dan pisang.

Tutur mantan pendeta "Selama dua tahun naik turun bukit pemuda ini hanya digaji dengan ikan dan pisang sedangkan saya diberi sesembahan para jamaah setiap minggu"

-         Pemuda ini mengaku kepada saya bahwasanya ia tidak bisa berbahasa Arab, sehingga tatkala sampai di tabligh Akbar Syaikh Abdurrozaq ia tidak kuasa dan tidak mampu untuk berbicara dengan Syaikh. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menyampaikan dasar-dasar Islam dan iqro' maka tidak harus menunggu menjadi Ustadz berkaliber. Yang penting adalah tekad yang kuat dalam berdakwah, dengan tetap menyadari kekurangan ilmu yang ada. Lihatlah pemuda ini, ia tidak angkuh dengan banyaknya orang masuk Islam karena dakwahnya, bahkan ia mengakui di hadapan saya bahwa ia tidak bisa berbahasa Arab tanpa malu-malu.

-         Pemuda ini meskipun memiliki ilmu seadanya akan tetapi ia mengerti betul bahwa dakwah bukanlah sarana untuk mencari dunia dan kekayaan. Bahkan ia sendiri kekurangan dana untuk menjalankan pondoknya. Diantara keluhannya kepada saya, ia kekurangan dana untuk menyunat orang-orang yang baru masuk Islam, sehingga masih banyak muallaf yang belajar dengannya belum disunat.

-         Pentingnya ilmu, lihatlah pemuda ini langsung mengajarkan iqro' kepada para muallaf.

Akhirnya, semoga Allah merahmati Abdurrahman Al-Islami, memafkan dosa-dosanya, dan memasukannya ke dalam surgaNya. Dan semoga Allah membalas jasa Asy-Syaikh Abdurrazzaq yang dengan sebab buku beliau maka Robert pun berubah menjadi Abdurrahman. Semoga Allah menambah kehikhlasan Syaikh Abdurrazzaq dan menjaga beliau dalam memperjuangkan dakwah Sunnah di Kota Madinah dan juga di tanah air. Dan semoga Allah membalas jasa sang Pemuda yang telah berjuang keras berdakwah di pedalaman suku Dayak dengan segala keterbatasan dan kekurangan sarana dan prasarana. Semoga akan banyak dai-dai yang mengikuti jejak langkah kaki beliau.

Amalan Yang Tetap Mengalir Setelah Meninggal Dunia

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺎﺕَ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥُ ﺍﻧْﻘَﻄَﻊَ ﻋَﻤَﻠُﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﻣِﻦْ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔٍ ﻣِﻦْ
ﺻَﺪَﻗَﺔٍ ﺟَﺎﺭِﻳَﺔٍ ﻭَﻋِﻠْﻢٍ ﻳُﻨْﺘَﻔَﻊُ ﺑِﻪِ ﻭَﻭَﻟَﺪٍ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﻳَﺪْﻋُﻮ
ﻟَﻪُ
“ Jika seseorang meninggal dunia, maka
terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu):
sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau
do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Faedah dari hadits di atas:
Pertama : Jika manusia itu mati, amalannya
terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang muslim hendaklah memperbanyak amalan
sholeh sebelum ia meninggal dunia.

Kedua : Allah menjadikan hamba sebab
sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia
masih bisa mendapat pahala, inilah karunia
Allah.

Ketiga : Amalan yang masih terus mengalir
pahalanya walaupun setelah meninggal dunia,
di antaranya:
a. Sedekah jariyah , seperti membangun masjid,
menggali sumur, mencetak buku yang
bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang
dimanfaatkan dalam ibadah.
b. Ilmu yang bermanfaat , yaitu ilmu syar’i (ilmu
agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan
mereka terus amalkan, atau ia menulis buku
agama yang bermanfaat dan terus
dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia.
c. Anak yang sholeh karena anak sholeh itu
hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena
itu, Islam amat mendorong seseorang untuk
memperhatikan pendidikan anak-anak mereka
dalam hal agama, sehingga nantinya anak
tersebut tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu
anak tersebut menjadi sebab, yaitu ortunya
masih mendapatkan pahala meskipun ortunya
sudah meninggal dunia.

✏BBM @kajianislam putri,grup whatsapp dan telegram @kajianislam putri

Sabtu, 29 Agustus 2015

Hadist-Hadist Tentang Bid'ah

HADITS-HADITS TENTANG BID'AH

Banyak kaum muslimin yang masih meremehkan masalah bid’ah. Hal itu bisa jadi karena minimnya pengetahuan mereka tentang dalil-dalil syar’i. Padahal andaikan mereka mengetahui betapa banyak hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallamyang membicarakan dan mencela bid’ah, mereka akan menyadari betapa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sangat sering membahasnya dan sangat mewanti-wanti umat beliau agar tidak terjerumus pada bid’ah. Jadi, lisan yang mencela bid’ah dan mewanti-wanti umat dari bid’ah adalah lisan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sendiri.

Hadits 1
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini(urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)

Hadits 2
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)

Hadits 3
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)

Dalam riwayat An Nasa’i,

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)

Hadits 4
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”)

Hadits 5
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ

“Sungguh Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya”  (HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath no.4334. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 54)

Hadits 6
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Lalu ditampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku’. Allah berfirman, ‘Engkau tidak tahu (bid’ah) yang mereka ada-adakan sepeninggalmu’ “ (HR. Bukhari no. 6576, 7049).

Dalam riwayat lain dikatakan,

إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى

“(Wahai Rabb), sungguh mereka bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sungguh engkau tidak tahu bahwa sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku”(HR. Bukhari no. 7050).

Al’Aini ketika menjelaskan hadits ini beliau berkata: “Hadits-hadits yang menjelaskan orang-orang yang demikian yaitu yang dikenal oleh Nabi sebagai umatnya namun ada penghalang antara mereka dan Nabi, dikarenakan yang mereka ada-adakan setelah Nabi wafat. Ini menunjukkan setiap orang mengada-adakan suatu perkara dalam agama yang tidak diridhai Allah itu tidak termasuk jama’ah kaum muslimin. Seluruh ahlul bid’ah itu adalah orang-orang yang gemar mengganti (ajaran agama) dan mengada-ada, juga orang-orang zhalim dan ahli maksiat, mereka bertentangan dengan al haq. Orang-orang yang melakukan itu semua yaitu mengganti (ajaran agama) dan mengada-ada apa yang tidak ada ajarannya dalam Islam termasuk dalam bahasan hadits ini” (Umdatul Qari, 6/10)

Hadits 7
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

انَّهُ سَيَلِي أَمْرَكُمْ مِنْ بَعْدِي رِجَالٌ يُطْفِئُونَ السُّنَّةَ ، وَيُحْدِثُونَ بِدْعَةً ، وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلَاةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا ” ، قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ بِي إِذَا أَدْرَكْتُهُمْ ؟ قَالَ : ” لَيْسَ يَا ابْنَ أُمِّ عَبْدٍ طَاعَةٌ لِمَنْ عَصَى اللَّهَ ” ، قَالَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

“Sungguh diantara perkara yang akan datang pada kalian sepeninggalku nanti, yaitu akan ada orang (pemimpin) yang mematikan sunnah dan membuat bid’ah. Mereka juga mengakhirkan shalat dari waktu sebenarnya’. Ibnu Mas’ud lalu bertanya: ‘apa yang mesti kami perbuat jika kami menemui mereka?’. Nabi bersabda: ‘Wahai anak Adam, tidak ada ketaatan pada orang yang bermaksiat pada Allah'”. Beliau mengatakannya 3 kali. (HR. Ahmad no.3659, Ibnu Majah no.2860. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 2864)

Hadits 8
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّهُ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي قَدْ أُمِيتَتْ بَعْدِي فَإِنَّ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلَ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا ، وَمَنِ ابْتَدَعَ بِدْعَةَ ضَلَالَةٍ لَا يَرْضَاهَا اللَّهَ وَرَسُولَهُ كَانَ عَلَيْهِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَوْزَارِ النَّاسِ شَيْئًا

“Barangsiapa yang sepeninggalku menghidupkan sebuah sunnah yang aku ajarkan, maka ia akan mendapatkan pahala semisal dengan pahala orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa yang membuat sebuah bid’ah dhalalah yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan dosa semisal dengan dosa orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” (HR. Tirmidzi no.2677, ia berkata: “Hadits ini hasan”)

Hadits 9
Hadits dari Hudzaifah Ibnul Yaman, ia berkata:

يا رسولَ اللهِ ! إنا كنا بشرٌ . فجاء اللهُ بخيرٍ . فنحن فيه . فهل من وراءِ هذا الخيرِ شرٌّ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : هل من وراءِ ذلك الشرِّ خيرٌ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : فهل من وراءِ ذلك الخيرِ شرٌّ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : كيف ؟ قال ( يكون بعدي أئمةٌ لا يهتدون بهدايَ ، ولا يستنُّون بسُنَّتي . وسيقوم فيهم رجالٌ قلوبُهم قلوبُ الشياطينِ في جُثمانِ إنسٍ ) قال قلتُ : كيف أصنعُ ؟ يا رسولَ اللهِ ! إن أدركت ُذلك ؟ قال ( تسمعُ وتطيع للأميرِ . وإن ضَرَب ظهرَك . وأخذ مالَك . فاسمعْ وأطعْ )

“Wahai Rasulullah, dulu kami orang biasa. Lalu Allah mendatangkan kami kebaikan (berupa Islam), dan kami sekarang berada dalam keislaman. Apakah setelah semua ini akan datang kejelekan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Apakah setelah itu akan datang kebaikan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Apakah setelah itu akan datang kejelekan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Aku bertanya: ‘Apa itu?’. Nabi bersabda: ‘akan datang para pemimpin yang tidak berpegang pada petunjukku dan tidak berpegang pada sunnahku. Akan hidup diantara mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan namun berjasad manusia’. Aku bertanya: ‘Apa yang mesti kami perbuat wahai Rasulullah jika mendapati mereka?’. Nabi bersabda: ‘Tetaplah mendengar dan taat kepada penguasa, walau mereka memukul punggungmu atau mengambil hartamu, tetaplah mendengar dan taat’” (HR. Muslim no.1847)

Tidak berpegang pada sunnah Nabi dalam beragama artinya ia berpegang pada sunnah-sunnah yang berasal dari selain Allah dan Rasul-Nya, yang merupakan kebid’ahan.

Hadits 10
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَوَّلُ مَنْ يُغَيِّرُ سُنَّتِي رَجُلٌ مِنْ بَنِي أُمَيَّةَ

“Orang yang akan pertama kali mengubah-ubah sunnahku berasal dari Bani Umayyah” (HR. Ibnu Abi Ashim dalam Al Awa’il, no.61, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1749)

Dalam hadits ini Nabi mengabarkan bahwa akan ada orang yang mengubah-ubah sunnah beliau. Sunnah Nabi yang diubah-ubah ini adalah kebid’ahan.

Hadits 11
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

جَاءَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا ، فَقَالُوا : وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ ؟ قَالَ أَحَدُهُمْ : أَمَّا أَنَا ، فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ ، فَقَالَ : ” أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي

“Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu’alaihi wasallam. ٍSetelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, “Ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, bukankah beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?” Salah seorang dari mereka berkata, “Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya” (tanpa tidur). Kemudian yang lain berkata, “Kalau aku, sungguh aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan berbuka”. Dan yang lain lagi berkata, “Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya”. Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya: “Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku” (HR. Bukhari no.5063)

Dalam hadits di atas, ketiga orang tersebut berniat melakukan kebid’ahan, karena ketiganya tidak pernah diajarkan oleh Nabi. Yaitu puasa setahun penuh, shalat semalam suntuk setiap hari, kedua hal ini adalah bentuk ibadah yang bid’ah. Dan berkeyakinan bahwa dengan tidak menikah selamanya itu bisa mendatangkan pahala dan keutamaan adalah keyakinan yang bid’ah. Oleh karena itu Nabi bersabda “Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku“.

Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang membicarakan dan mencela bid’ah, namun apa yang kami nukilkan di atas sudah cukup mewakili betapa bahaya dan betapa pentingnya kita untuk waspada dari bid’ah.

Wallahu’alam.


Kesempurnaan Islam,Bahaya Bid'ah

🌺KESEMPURNAAN ISLAM, BAHAYA BID'AH DAN PAHAM KEKAFIRAN SEKULARISME🌸

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

➡Allah ta’ala berfirman,

🍂الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ

🍂“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” [Al-Maidah: 3]

📝#Beberapa_Pelajaran:

1⃣ Islam adalah agama yang sempurna, tidak mengandung kekurangan dari sisi mana pun, segala yang dibutuhkan makhluk untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat telah diajarkan dalam Islam, dan semua sisi kehidupan makhluk diatur dalam Islam, sehingga kita tidak memerlukan aturan, hukum, adab dan ajaran-ajaran yang lain lagi.

🍂Ketika ada orang yang berkata kepada Sahabat yang Mulia Salman Al-Farisi radhiyallahu’anhu,

🍂قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ -صلى الله عليه وسلم- كُلَّ شَىْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ. قَالَ فَقَالَ أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِالْيَمِينِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ

🍂“Sungguh Nabi kalian –shallallahu’alaihi wa sallam- telah mengajari kalian segala sesuatu sampai cara buang hajat. Maka beliau berkata: Benar, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melarang kami menghadap kiblat ketika buang air besar atau kecil, beliau juga melarang kami membersihkan kemaluan setelah buang hajat (istinja’) dengan tangan kanan, dengan kurang dari tiga buah batu, dengan kotoran hewan atau tulang.” [HR. Muslim]

2⃣Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah mengajarkan seluruh kebaikan dan memperingatkan seluruh kejelekan, karena tugas beliau menyampaikan seluruh ajaran agama, tidak ada yang boleh disembunyikan.

🍂Sahabat yang mulia Abu Dzar radhiyallahu’anhu berkata,

🍂تَرَكْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَا طَائِرٌ يُقَلِّبُ جَنَاحَيْهِ فِي الْهَوَاءِ، إِلا وَهُوَ يُذَكِّرُنَا مِنْهُ عِلْمًا قَالَ: فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ، ويُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ، إِلا وَقَدْ بُيِّنَ لَكُمْ

🍂“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam meninggalkan kami, dalam keadaan tidaklah seekor burung kecil mengepakkan dua sayapnya di udara, kecuali beliau telah menyebutkan kepada kami ilmu tentang hal itu." Beliau -shallallahu’alaihi wa sallam- bersabda, “Tidak tersisa sedikit pun yang bisa mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka kecuali telah dijelaskan kepada kalian.” [HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 1803]

3⃣ Bahaya besar perbuatan bid’ah (menambah-nambah dalam agama), karena orang yang berbuat bid’ah seakan menuduh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak amanah; tidak menyampaikan seluruh agama, yaitu masih ada kebaikan yang beliau belum ajarkan sehingga perlu ditambah-tambah, bahkan menuduh agama ini belum sempurna; sehingga perlu penambahan.

🍂Al-Imam Malik rahimahullah berkata,

🍂مَنِ ابْتَدَعَ فِي الْإِسْلَامِ بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً، زَعَمَ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَانَ الرِّسَالَةَ، لِأَنَّ اللَّهَ يَقُولُ: {الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ} [المائدة: 3]، فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِينًا، فَلَا يَكُونُ الْيَوْمَ دِينًا.

🍂“Barangsiapa berbuat bid’ah dalam Islam yang ia anggap sebagai bid’ah hasanah, maka ia telah menuduh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah mengkhianati tugas kerasulan, karena Allah ta’ala berfirman, “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu”, sehingga apa yang hari itu bukan ajaran agama, maka pada hari ini juga bukan ajaran agama.” [Al-I’tishom lisy Syaathibi rahimahullah, hal. 64-65]

4⃣ Semua bid’ah itu sesat meski manusia menganggapnya hasanah, karena agama sudah sempurna tidak memerlukan tambahan.

🍂Sahabat yang Mulia Ibnu Umar radhiyallahu’anhu berkata,

🍂كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةُ وَإِنْ رَآهَا النَّاس حَسَنَة

🍂“Setiap bid’ah itu sesat, meski manusia menganggapnya hasanah (baik).” [Dzammul Kalaam: 276]

5⃣Sekularisme, memisahkan dunia dan agama, menganggap agama tidak mengatur urusan dunia, tidak boleh mengatur urusan negara, pemerintahan, politik, ekonomi dan lain-lain adalah ajaran kekafiran dan kebodohan.

📌Kekafiran karena menentang Allah dan Rasul-Nya serta mengingkari kesempurnaan Islam.

📌Kebodohan karena tidak mengetahui fakta ilmiah dan fakta sejarah;

👉Fakta ilmiahnya ajaran Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dengan sebaik-baik aturan, barangsiapa berpegang teguh dengannya maka ia akan berbahagia dunia dan akhirat.

👉Fakta sejarah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat setelah beliau pernah memerintah dunia di bawah keadilan Islam dan mengantarkan umat manusia pada ketinggian peradaban dan kejayaan dunia.

👉Demikian pula fakta sejarah hancurnya umat-umat di sepanjang masa ini adalah karena berpaling dari aturan-aturan Allah ta’ala.

➡Allah ta’ala berfirman,

🍂وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

🍂“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [Al-A’rof: 96]

👉Maka ketika seseorang memilih sekularisme dan menolak Islam sebagai agama dan negara, dengan anggapan bahwa Islam tidak mengatur urusan negara dan masyarakat, dan bahwa pengaturan Islam hanyalah kezaliman terhadap orang-orang yang lemah, hakikatnya berakar dari tiga kesalahan mendasar:

1. Ketidaktahuan tentang Islam yang sebenarnya.

2. Cara berfikir yang tidak objektif, yaitu menyamakan Islam dengan agama Kristen di zaman kegelapan Eropa (sampai hari ini pun masih gelap), yang telah melakukan kezaliman terhadap umat manusia dan membawa negara dan masyarakat ke zaman kegelapan.

3. Tidak mengetahui sejarah Islam, atau mengetahui namun menutup mata darinya.

👉Para ulama telah menjelaskan bahwa paham sekularisme adalah ajaran kekufuran, karena menafikan kesempurnaan Islam dan mendustakan Al-Qur'an dan As-Sunnah.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Ustadz Sofyan Ruray 

Kenapa Bid'ah Bisa Terjadi

Bismillah, 

1. Pertanyaan mba Yunita kenapa bid'ah bisa terjadi dan apa ini disengaja? 

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّ بَنِى إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى

“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti pemahamanku dan pemahaman sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Jadi, yang mengikuti pemahaman para sahabat, itulah yang selamat.

Jadi, sepeninggal Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم memang akan terjadi banyak sekali perpecahan dan timbulnya sekte2 sesat dengan ajaran yang menyimpang dr alquran dan sunnah2 Rasulullah , hingga hari kiamat nanti umatnya Nabi صلى ا لله عليه وسلم akan terpecah menjadi 73 golongan, dan hanya 1 golongan yg selamat yaitu yang mengikuti jejak Rasulullah dan para shahabatNya sesuai pemahaman Alquran sunnah dan para shahabat serta para Salaf. 

👉🏼Bid'ah terjadi sepeninggal Rasul صلى ا لله عليه وسلم , apa itu bid'ah ? Bid'ah itu adalah sesuatu yang dibuat2 , yg diada2kan, sesuatu yang baru, baik ucapan ataupun perbuatan yang disandarkan pada ajaran agama Islam, padahal ajaran2 tsb tidak pernah sama sekali diajarkan atau dicontohkan dizaman Rasulullah ataupun para shahabat, dan para pembuat amalan baru ini menisbatkan diri bahwa itu adalah syariat, jd tujuan bid'ah adalah utk membuat syariat baru dan ingin menyaingi syariat yg sudah sempurna disampaikan oleh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم . Kenapa..? Karena agama Islam ini sudah sempurna... Allah سبحانه وتعالى sendiri yang menyatakannya bahwa agama Islam ini sudah sempurna, dalam alquran surat Almaidah ayat 3, jadi tidak perlu ada penambahan baru apapun lagi, dan juga menurut sabda Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم 

Hadits 1
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini(urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)

Hadits 2
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)

Hadits 3
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)

Sepeninggal Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم akan timbul banyak sekali perpecahan, dan juga karena dilandasi Adanya motif dendam yg terjadi pada masa rasulullah صلى ا لله عليه وسلم hingga para khulafaur Rasyidin , munculnya “cikal bakal” perselisihan tatkala Abdullah bin Saba (seorang yahudi asal Yaman yang berpura-pura masuk Islam) dan para pengikutnya mengumpulkan manusia untuk memberontak kepada Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Dan sebelumnya telah muncul pula benih “Khawarij” yang diawali dengan penentangan Dzul Khuwaisirah at-Tamimi terhadap pembagian harta rampasan yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seusai perang Hunain yang mana dia berkata: “Berlaku adillah wahai Muhammad, karena sesungguhnya engkau tidak berlaku adil (dalam pembagian harta rampasan perang)!”, dia juga mengatakan: "Pembagian itu tidak diinginkan untuk mengharapkan Wajah Allah”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya: "Celaka engkau ! , siapa lagi yang mampu berlaku adil jika aku tidak berbuat adil?” tidakkah kalian percaya kepadaku padahal aku dipercayakan oleh (Allah) Dzat yang ada di atas (langit)?.

Tatkala ‘Umar bin Khoththob Radhiyallahu ‘anhu ingin membunuhnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: "Biarkan dia! Karena sesungguhnya akan keluar dari keturunannya suatu kaum yang mana kalian merasa kecil/hina shalat kalian jika dibandingkan dengan shalat mereka, puasa kalian jika dibandingkan dengan puasa mereka, mereka membaca al Qur’an namun tidak melampaui kerongkongan mereka, mereka membelot dari Agama sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya”.

Kemudian dikobarkanlah fitnah (pemikiran Khowarij dan radikalisme) itu terhadap Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang disebabkan oleh karena tahazzub (terjadinya kelompok-kelompok) dan penentangan yang bermaksud untuk menimbulkan fitnah, perpecahan dan memukul Islam pada sasarannya. Dan api fitnah itu semakin berkobar setelah terbunuhnya sang Khalifah yang lurus Utsman bin Affan radhiyallahu anhu.

Lalu pemikiran Khowarij dan radikalisme semakin besar dan meluas, timbul berbagai fitnah, dan kelompok-kelompok sesat pun bermunculan, induknya adalah kelompok Khawarij yang telah membunuh Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, menghalalkan darah-darah dan harta benda kaum muslimin, menakut nakuti di jalanan mereka dan memerangi Allah dan Rasul-Nya. Maka Ali bin Abu Tholib-pun menumpas fitnah mereka dan beliau menjumpai mayat “Dzul Khuwaishirah” ada di antara mayat-mayat yang bergelimpangan itu.

Kemudian mereka menyusun taktik untuk membunuh sejumlah shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mereka berhasil membunuh Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu . Fitnah mereka masih saja berkelanjutan sampai hari ini, sesekali tampak dan sesekali padam, hingga akan keluar orang yang terakhir dari golongan mereka bersama Dajjal, sebagaimana dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadits-hadits yang shohih.

2. Apa penyebab terjadinya bid'ah : 

1) Kejahilan... Atau kebodohan, karena tidak mau mencari tau ilmu syari, ilmu yang haq berdasarkan alquran, sunnah dan pemahaman para Salaf
2) Mempertuhankan hawa nafsu.
3) kegandrungan akan syubhat.
4) bersandar pada akal semata, jadi segala sesuatu itu ditanggapi sengan logika saja , misal perkara ulang tahun, lho apa salahnya ngrayain ulang taun... Padahal Allah dan RasulNya melarang hal tsb.
5) taqlid dan fanatisme golongan. 
Ikut2an saja pada ajaran nenek moyang atau guru2 saja, tanpa mau cari tau kebenarannya, dan mereka juga sangat fanatik, apa yg diyakini nenek moyang dan gurunya maka itulah jalan hidupnya. 

ALLAH Azza wa Jalla berfirman : 

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,"mereka menjawab, "(Tidak), Kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?"
(QS Albaqoroh : 170).
6) duduk dengan orang jahat dan bergaul dengan mereka
7) sikap diamnya para ulama dan kebiasaan menyembunyikan ilmu
8) mengekor dan meniru orang-orang kafir
9) bersandar pada hadits-hadits lemah dan palsu
10) sikap berlebihan atau ghuluw dalam beribadah, misal mengagungkan para wali sehingga meminta doa pd mereka yg sudah wafat, atau beristiqgotsah pada Rasulullah dan para org sholeh, selain bid'ah ini jg termasuk perbuatan syirik, karena ada selain Allah yg bisa dimintai doa dan pertolongan 

3. Kenapa bid'ah bisa terjadi, dan kenapa baru skr mengenal sunnah..? Apa sengaja dibuat..? 

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa sejak Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم wafat akan timbul banyak sekali perpecahan umat, baik itu golongan ataupun pemahaman, ada yg hanya mengenal dan mempelajari agama hanya berdasar alquran saja, atau hadits saja atau berdasarkan keduanya tapi tdk berdasar pada pemahaman para shahabat, ada juga yg karena sudah tercampur adat istiadat yang mengarah pada kesyirikan, dan banyaknya berbagai pemahaman dan tata cara beragama yang tidak sama sekali Rasulullah ajarkan.. Seperti pemahaman para syiah Rafidhah, Mu'tajilah, sufi, pemahaman sekularisme yaitu pemisahan antara urusan dunia dan agama, yang katanya urusan agama itu terpisah dr urusan dunia... Lalu sampainya pada diri kita karena ketidak tahuan ilmu syari, yang hanya belajar dan beramal ilmu agama berdasar apa kata org tua, apa kata guru disekolah, dan buku2 agama yang padahal banyak sekali kurikulum itu yang tidak sesuai sunnah, apa yang disampaikan tidak berdasar sumber otentik yaitu alquran dan sunnah.. 

Sebetulnya dakwah tauhid dan dakwah sunnah itu sudah dan akan tetap ada hingga akhir zaman, dan dakwah semua nabi ataupun Rasul jg adalah dakwah tauhid yaitu mengesakan Allah dalam segala hal, dan kita sebagai umat nabi Muhammad صلى ا لله عليه وسلم sepertinya menerima syariat itu terkesan setengah2, bahkan terkesan banyak sekali sunnah-sunnah yang kita sendiri tidak paham bahkan baru tau, apa penyebabnya...? Karena ajaran turun temurun, karena kejahilan dan keterbatasan ilmu, karena adat istiadat, karena pengaruh media dan politik, karena pengaruh kaum kaffir dan golongan golongan yang terus menghalang-halangi dakwah sunnah dan tauhid, bahkan ironisnya orang yang menjalankan dakwah tauhid dan sunnah dianggap sebagai wahabi bahkan teroris, padahal mereka sendiri tidak tau pasti apa itu wahabi... 

4. Apa kurangnya pemahaman atau edukasi massal kepada masyarakat..? 

Dakwah ini sebetulnya sudah ada dari dulu tapi memang sangat jarang bahkan terasing, karena memang seperti yg digambarkan Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم org2 diakhir zaman yg memegang teguh agama itu seperti menggenggam bara api, jumlah mereka sangat sedikit dan banyak diselisihi oleh manusia pada umumnya, kenyataannya yang lurus dan benar dianggap sesat dan yang sesat dijadikan contoh. 

ALLAH Azza wa Jalla berfirman : 

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).
(QS: Al-An'am Ayat: 116

Contohnya berhijab syari.. Saat belum marak seperti saat ini, hal ini dianggap aneh, dianggap menyeramkan, fanatik, ekstrim, padahal sejatinya ini adalah syariat Islam yang benar, kenapa bisa orang islam sendiri menganggap demikian? Karena kejahilan dan ketidaktahuan mereka terhadap ajaran agamanya sendiri, lalu timbul statement sudahlah beragama sesuai dengan yang sudah diajarkan nenek moyang aja, gausah aneh2, kita mah ikutin org2 aja.. Padahal Allah سبحانه وتعالى sendiri udh jelasin dlm ayat tadi surat Alan'am ayat 116. 

5. Apa islam yg skr sdh benar? Bagaimana utk meyakini benar apa tdknya? Lalu ttg chart hadits


dalam agama Islam ini dikenal dengan yang namanya ilmu sanad, suatu bentuk amalan apapun itu bisa dibuktikan penelitian secara ilmiah siapa periwayat haditsnya, bisa diteliti bagaimana yang meriwayatkannya, bisa pula disandarkan pada pendapat ke empat madzhab, jika amalan tsb tidak ada satupun dalil yang menyatakan shahih dan sebaliknya dalil tsb adalah dhoif atau maudhu/ palsu maka WAJIB kita tinggalkan meskipun dianggap baik oleh seluruh manusia dan meskipun sudah diajarkan turun menurun oleh nenek moyang. Karena standar hukum dan kebenaran dalam agama Islam bukan apa banyaknya kata orang tapi apa yang dikatakan menurut alquran assunnah dan pemahaman para shalafush shalih. Karena setiap amalan amalan baru yang diada-adakan adalah merupakan bid'ah dan setiap bid'ah itu sesat, siapa yang menyatakan ini? Rasulullah yang selalu mewanti-wanti hal ini 

Dan ttg hadits bisa disimak disini : 

http://muslimah.or.id/223-taisir-musthalah-hadits-3-hadits-ahad.html

Setelah membaca penjelasan tentang macam hadits, bagaimana derajatnya hadits, kita bisa menilai misal apakah suatu amalan tertentu itu misal maulid, misal nisyfu sya'ban misal tahlilan apakah amalan tersebut bisa disandarkan pada ajaran Rasul, adakah dalilnya yang kuat yang menyertai sehingga bisa kita lakukan tanpa ragu...? Bagaimana derajat haditsnya apakag palsu atau maudhu, dhaif atau lemah ataukah shahih , sehingga kita tidak bisa gegabah mengamalkan sebuah perbuatan yang tidak ada dasar hukumnya. 

Berikut salah satu contohnya maulid ttg maulid.

Sejarah Maulid Nabi
Jika kita menelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad), padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan mengagungkan Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah orang-orang yang paling paham mengenai sunnah Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan paling semangat dalam mengikuti setiap ajaran beliau.
Perlu diketahui pula bahwa -menurut pakar sejarah yang terpercaya-, yang pertama kali mempelopori acara Maulid Nabi adalah Dinasti ‘Ubaidiyyun atau disebut juga Fatimiyyun (silsilah keturunannya disandarkan pada Fatimah). Sebagai buktinya adalah penjelasan berikut ini.
Al Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, 

“Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)

Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya Ahsanul Kalam (hal. 44) mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.
Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun). (Dinukil dari Al Maulid, hal. 20)

Fatimiyyun yang Sebenarnya
Kebanyakan orang belum mengetahui siapakah Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun. Seolah-olah Fatimiyyun ini adalah orang-orang sholeh dan punya i’tiqod baik untuk mengagungkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi senyatanya tidak demikian. Banyak ulama menyatakan sesatnya mereka dan berusaha membongkar kesesatan mereka.
Al Qodhi Al Baqillaniy menulis kitab khusus untuk membantah Fatimiyyun yang beliau namakan “Kasyful Asror wa Hatkul Astar (Menyingkap rahasia dan mengoyak tirai)”. Dalam kitab tersebut, beliau membuka kedok Fatimiyyun dengan mengatakan, “Mereka adalah suatu kaum yang menampakkan pemahaman Rafidhah (Syi’ah) dan menyembunyikan kekufuran semata.”
Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni Ad Dimasqiy mengatakan, 

“Tidak disangsikan lagi, jika kita melihat pada sejarah kerajaan Fatimiyyun, kebanyakan dari raja (penguasa) mereka adalah orang-orang yang zholim, sering menerjang perkara yang haram, jauh dari melakukan perkara yang wajib, paling semangat dalam menampakkan bid’ah yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah, dan menjadi pendukung orang munafik dan ahli bid’ah. Perlu diketahui, para ulama telah sepakat bahwa Daulah Bani Umayyah, Bani Al ‘Abbas (‘Abbasiyah) lebih dekat pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, lebih berilmu, lebih unggul dalam keimanan daripada Daulah Fatimiyyun. Dua daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan maksiat daripada Daulah Fatimiyyun. Begitu pula khalifah kedua daulah tadi lebih utama daripada Daulah Fatimiyyun.”

Beliau rahimahullah juga mengatakan, 

“Bani Fatimiyyun adalah di antara manusia yang paling fasik (banyak bermaksiat) dan paling kufur.” (Majmu’ Fatawa, 35/127)

Bani Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun juga menyatakan bahwa mereka memiliki nasab (silsilah keturunan) sampai Fatimah. Ini hanyalah suatu kedustaan. Tidak ada satu pun ulama yang menyatakan demikian. Ahmad bin ‘Abdul Halim juga mengatakan dalam halaman yang sama, 

“Sudah diketahui bersama dan tidak bisa disangsikan lagi bahwa siapa yang menganggap mereka di atas keimanan dan ketakwaan atau menganggap mereka memiliki silsilah keturunan sampai Fatimah, sungguh ini adalah suatu anggapan tanpa dasar ilmu sama sekali. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS. Al Israa’: 36). Begitu juga Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali orang yang bersaksi pada kebenaran sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Az Zukhruf: 86). Allah Ta’ala juga mengatakan saudara Yusuf (yang artinya), “Dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui.” (QS. Yusuf: 81). Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun ulama yang menyatakan benarnya silsilah keturunan mereka sampai pada Fatimah.”

Begitu pula Ibnu Khallikan mengatakan, 

“Para ulama peneliti nasab mengingkari klaim mereka dalam nasab [yang katanya sampai pada Fatimah].” (Wafayatul A’yan, 3/117-118)

Perhatikanlah pula perkataan Al Maqrizy di atas, begitu banyak perayaan yang dilakukan oleh Fatimiyyun dalam setahun, kurang lebih ada 25 perayaan. Bahkan lebih parah lagi mereka juga mengadakan perayaan hari raya orang Majusi dan Nashrani yaitu hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), dan hari Al Khomisul ‘Adas (perayaan tiga hari selelum Paskah). Ini pertanda bahwa mereka jauh dari Islam. Bahkan perayaan-perayaan maulid yang diadakan oleh Fatimiyyun tadi hanyalah untuk menarik banyak masa supaya mengikuti madzhab mereka. Jika kita menilik aqidah mereka, maka akan nampak bahwa mereka memiliki aqidah yang rusak dan mereka adalah pelopor dakwah Batiniyyah yang sesat. (Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 146, 158)
‘Abdullah At Tuwaijiriy mengatakan, 

“Al Qodhi Abu Bakr Al Baqillaniy dalam kitabnya ‘yang menyingkap rahasia dan mengoyak tirai Bani ‘Ubaidiyyun’, beliau menyebutkan bahwa Bani Fatimiyyun adalah keturunan Majusi. Cara beragama mereka lebih parah dari Yahudi dan Nashrani. Bahkan yang paling ekstrim di antara mereka mengklaim ‘Ali sebagai ilah (Tuhan yang disembah) atau ada sebagian mereka yang mengklaim ‘Ali memiliki kenabian. Sungguh Bani Fatimiyyun ini lebih kufur dari Yahudi dan Nashrani.
Al Qodhi Abu Ya’la dalam kitabnya Al Mu’tamad menjelaskan panjang lebar mengenai kemunafikan dan kekufuran Bani Fatimiyyun. Begitu pula Abu Hamid Al Ghozali membantah aqidah mereka dalam kitabnya Fadho-ihul Bathiniyyah (Mengungkap kesalahan aliran Batiniyyah).” (Al Bida’ Al Hawliyah, 142-143)

Inilah sejarah yang kelam dari Maulid Nabi. Namun, kebanyakan orang tidak mengetahui sejarah ini atau mungkin sengaja menyembunyikannya.
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
1. Maulid Nabi tidak ada asal usulnya sama sekali dari salafush sholeh. Tidak kita temukan pada sahabat atau para tabi’in yang merayakannya, bahkan dari imam madzhab.
2. Munculnya Maulid Nabi adalah pada masa Daulah Fatimiyyun sekitar abad tiga Hijriyah. Daulah Fatimiyyun sendiri dibinasakan oleh Shalahuddin Al Ayubi pada tahun 546 H.
3. Fatimiyyun memiliki banyak penyimpangan dalam masalah aqidah sampai aliran ekstrim di antara mereka mengaku Ali sebagai Tuhan. Fatimiyyun adalah orang-orang yang gemar berbuat bid’ah, maksiat dan jauh dari ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya.
4. Merayakan Maulid Nabi berarti telah mengikuti Daulah Fatimiyyun yang pertama kali memunculkan perayaan maulid. Dan ini berarti telah ikut-ikutan dalam tradisi orang yang jauh dari Islam, senang berbuat sesuatu yang tidak ada tuntunannya, telah menyerupai di antara orang yang paling fasiq dan paling kufur. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus)



Niat Itu Dalam Hati

Sesungguhnya niat adalah AMALAN HATI.

Siapapun ulama sepakat dengan hal ini. Niat adalah amal hati, dan bukan amal lisan.

Dalam I’anatut Thalibin –salah satu buku rujukan bagi syafiiyah (madzhab Syafi'i) di Indonesia–, Imam Abu Bakr ad-Dimyathi As-Syafii menegaskan:

“Sesungguhnya niat itu di hati bukan dengan diucapkan. Memaksakan diri dengan mengucapkan niat, termasuk perbuatan yang tidak butuh dilakukan.” (I’anatut Thalibin, 1:65)

Mengingat niat adalah amal hati, maka inti niat adalah keinginan.

Ketika Anda menginginkan untuk melakukan sesuatu maka Anda sudah dianggap berniat. Baik amal ibadah maupun selain ibadah.

Misalnya, ketika Anda ingin makan, kemudian Anda mengambil makanan sampai Anda memakannya, maka Anda sudah dianggap niat makan. Demikian halnya ketika Anda hendak shalat dzuhur, Anda mengambil wudhu kemudian berangkat ke masjid di siang hari yang panas, sampai Anda melaksanakan shalat, tentu Anda sudah dianggap berniat.

DARIMANA ASAL MELAFALKAN NIAT?

Munculnya anjuran melafalkan niat ketika beribadah, berawal dari kesalahpahaman terhadap pernyataan Imam As-Syafi’i terkait tata cara shalat. Imam As-Syafi’i pernah menjelaskan:

“….shalat itu tidak sah kecuali dengan an-nuthq.” (Al-Majmu’ Syarh Muhadzab, 3:277)

An nuthq artinya berbicara atau mengucapkan. Sebagian Syafi’iyah memaknai an nuthq di sini dengan melafalkan niat. Padahal ini adalah salah paham terhadap maksud beliau rahimahullah.

An-Nawawi mengatakan, “Ulama kami (syafi’iyah) mengatakan, ‘Orang yang memaknai demikian adalah keliru. Yang dimaksud As Syafi’i dengan an nuthq ketika shalat bukanlah melafalkan niat namun maksud beliau adalah takbiratul ihram’.” (Al Majmu’, 3:277).

Karena kesalahpahaman ini, banyak kiyai yang mengkalim bermadzhab syafiiyah di tempat kita yang mengajarkan lafal niat ketika shalat. Selanjutnya masyarakat memahami bahwa itu juga berlaku untuk semua amal ibadah. Sehingga muncullah lafal niat wudhu, niat tayamum, niat mandi besar, niat puasa, niat zakat, niat sedekah, dst. Padahal ragam ibadah di dalam Islam sangat banyak. Tentu saja, masyarakat akan kerepotan jika harus menghafal semua lafal niat tersebut. bukankah Islam adalah agama yang sangat mudah? Jika demikian, berarti itu bukan bagian dari syariat Islam.

Allahu a’lam.

Selengkapnya : www.konsultasisyariah.com/cara-niat-puasa-ramadhan-yang-benar/

Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)

Bid'ah

pertama tama kita harus paham apa itu bidah secara bahasa.....  yaitu memulai sesuatu yang baru..  dan belum ada yang mencontohkannya perihal hal ini..

dalam hal ini bidah bisa menjadi dua,  bidah yang berhubungan sama ada istiadat,  dan ini boleh selama tidak ada dalil yang melarang nya.. 

dan ada bidah yang berhubungan sama masalah masalah diien,  dan ini hukum nya tidak boleh..  karena Rasulullah  alaihi sholatu wa salam bersabda "Barangsiapa yang mengadakan hal yang baru (berbuat yang baru) di dalam urusan kami ini yang bukan dari urusan tersebut, maka perbuatannya di tolak (tidak diterima)”. Dan di dalam riwayat lain disebutkan : “Artinya : Barangsiapa yang berbuat suatu amalan yang bukan didasarkan urusan kami, maka perbuatannya di tolak”

berikut kutipan artikel yang ana dapat..... 

MACAM-MACAM BID’AH

Bid’ah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam :

[1] Bid’ah qauliyah ‘itiqadiyah : Bid’ah perkataan yang keluar dari keyakinan, seperti ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mu’tazilah, dan Rafidhah serta semua firqah-firqah (kelompok-kelompok) yang sesat sekaligus keyakinan-keyakinan mereka.

[2] Bid’ah fil ibadah : Bid’ah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah dengan apa yang tidak disyari’atkan oleh Allah : dan bid’ah dalam ibadah ini ada beberapa bagian yaitu :

[a]. Bid’ah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah : yaitu mengadakan suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syari’at Allah Ta’ala, seperti mengerjakan shalat yang tidak disyari’atkan, shiyam yang tidak disyari’atkan, atau mengadakan hari-hari besar yang tidak disyariatkan seperti pesta ulang tahun, kelahiran dan lain sebagainya.

[b]. Bid’ah yang bentuknya menambah-nambah terhadap ibadah yang disyariatkan, seperti menambah rakaat kelima pada shalat Dhuhur atau shalat Ashar.

[c]. Bid’ah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah. Yaitu menunaikan ibadah yang sifatnya tidak disyari’atkan seperti membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan dengan cara berjama’ah dan suara yang keras. Juga seperti membebani diri (memberatkan diri) dalam ibadah sampai keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

[d]. Bid’ah yang bentuknya menghususkan suatu ibadah yang disari’atkan, tapi tidak dikhususkan oleh syari’at yang ada. Seperti menghususkan hari dan malam nisfu Sya’ban (tanggal 15 bulan Sya’ban) untuk shiyam dan qiyamullail. Memang pada dasarnya shiyam dan qiyamullail itu di syari’atkan, akan tetapi pengkhususannya dengan pembatasan waktu memerlukan suatu dalil.

HUKUM BID’AH DALAM AD-DIEN

Segala bentuk bid’ah dalam Ad-Dien hukumnya adalah haram dan sesat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

“Artinya : Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat”. [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].

Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

“Artinya : Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan dari kami maka perbuatannya tertolak”.

Dan dalam riwayat lain disebutkan :

“Artinya : Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak didasari oleh urusan kami maka amalannya tertolak”.

Maka hadits tersebut menunjukkan bahwa segala yang diada-adakan dalam Ad-Dien (Islam) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat dan tertolak.

Artinya bahwa bid’ah di dalam ibadah dan aqidah itu hukumnya haram.

Tetapi pengharaman tersebut tergantung pada bentuk bid’ahnya, ada diantaranya yang menyebabkan kafir (kekufuran), seperti thawaf mengelilingi kuburan untuk mendekatkan diri kepada ahli kubur, mempersembahkan sembelihan dan nadzar-nadzar kepada kuburan-kuburan itu, berdo’a kepada ahli kubur dan minta pertolongan kepada mereka, dan seterusnya. Begitu juga bid’ah seperti bid’ahnya perkataan-perkataan orang-orang yang melampui batas dari golongan Jahmiyah dan Mu’tazilah. Ada juga bid’ah yang merupakan sarana menuju kesyirikan, seperti membangun bangunan di atas kubur, shalat berdo’a disisinya. Ada juga bid’ah yang merupakan fasiq secara aqidah sebagaimana halnya bid’ah Khawarij, Qadariyah dan Murji’ah dalam perkataan-perkataan mereka dan keyakinan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan ada juga bid’ah yang merupakan maksiat seperti bid’ahnya orang yang beribadah yang keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan shiyam yang dengan berdiri di terik matahari, juga memotong tempat sperma dengan tujuan menghentikan syahwat jima’ (bersetubuh).

Catatan :
Orang yang membagi bid’ah menjadi bid’ah hasanah (baik) dan bid’ah syayyiah (jelek) adalah salah dan menyelesihi sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Artinya : Sesungguhnya setiap bentuk bid’ah adalah sesat”.

Asal Bid'ah

Tanya:
Dan mengapa bid'ah bisa lahir? masih galau sama yang satu ini, sering melakukan bid'ah tanpa saya sadar soalnya.

Jawab:
klo awal mula bid'ah itu klo ga salah ingat krn ada yg salah mengartikan sabda Rasulullah...

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membuat sunnah dalam Islam ini, sunnah hasanah, maka baginya berhak atas pahala, dan pahala orang yang mengamalkannya (sunnah tersebut) setelahnya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang membuat sunnah sayyi’ah (sunnah yang buruk) dalam Islam, maka baginya dosa dan (ditambah dengan) dosa orang-orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun” (HR Muslim dalam Kitab Zakat, Bab Motivasi Untuk Bershadaqah Walaupun dengan Sebutir Kurma no. 1017)

Penjelasan Hadits Sunnah Hasanah

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan :

“Yang dimaksud dengan “من سن في الإسلام سنة حسنة” ialah memelopori suatu amal yang telah ada, bukan membuat amalan baru. Karena barangsiapa yang mengada-adakan suatu amalan yang tidak ada asalnya dalam Islam, maka amalan tersebut tertolak, dan bukan sebuah amalan yang baik. Yang dimaksud ialah sebagaimana laki-laki dari kalangan Anshar tersebut, radhiyallahu ‘anhu, yang membawa kurma sebanyak satu shurrah. Hal ini menjadi dalil bahwa barangsiapa yang meniru perbuatan semisal dengan apa yang dilakukan pelopor sunnah ini, maka tercatat bagi si pelopor sunnah tersebut, pahala, baik ia masih hidup maupun telah meninggal” (Syarh Riyadh As Shalihin).

kisah lengkap beserta kesalahan dan bantahannya bisa dibaca di :

http://muslim.or.id/11416-sunnah-hasanah-atau-bidah-hasanah.html


Periwayatan Hadist

Tanya:
Assalammualaikum.. bolehkah diberikan pengetahuan mengenai para periwayat hadist, dimulai dari zaman Rasulullah hingga sampai sekarang? Adakah bagan/chart nya yg shahih yg menjelaskan runutan orang2nya.. apakah benar semua hadist shahih sesuai dengan perkataan Rsulullullah sebenar2nya tanpa ditambah2 redaksi atau dikurangi2.. mohon petunjuk dan pencerahan, sumber yang paling shahih dan benar, yang terpercaya.. supaya saya bisa pelan2 mempelajari..

Jawab:
Imam Muslim rahimahullah berkata, “Ketahuilah, -semoga Allah melimpahkan rahmat kepadamu-, bahwa seluk beluk hadits dan pengetahuan terhadap hadits yang shahih dan cacat hanya menjadi spesialisasi bagi para ahli hadits. Hal itu dikarenakan mereka adalah pribadi yang menghafal seluruh periwayatan para rawi yang sangat mengilmui jalur periwayatan. Sehingga, pondasi yang menjadi landasan beragama mereka adalah hadits dan atsar yang dinukil (secara turun temurun) dari masa nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga masa kita sekarang.” (At-Tamyiz hal. 218).

Al-Anshari rahimahullah berkata, “Seorang yang ingin berdalil dengan suatu hadits yang terdapat dalam kitab Sunan dan Musnad, (maka dia berada dalam dua kondisi). Jika dia seorang yang mampu untuk mengetahui (kandungan) hadits yang akan dijadikan dalil, maka dia tidak boleh berdalil dengannya hingga dia meneliti ketersambungan sanad hadits tersebut (hingga nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan kapabilitas para perawinya. Jika dia tidak mampu, maka dia boleh berdalil dengannya apabila menemui salah seorang imam yang menilai hadits tersebut berderajat shahih atau hasan. Jika tidak menemui seorang imam yang menshahihkan hadits tersebut, maka dia tidak boleh berdalil dengan hadits tersebut.” (Fath al-Baqi fi Syarh Alfiyah al-‘Iraqi).

Didalam periwayatan hadist maupun penuqilan wahyu Al-qur'an ada yg disebut "matan" dan kedudukan matan (jalur perawi) ini sangat penting dan sangat dijaga oleh para ahli hadist.. agar bisa dibedakan mana hadist2 yg shahih dan tidak...

sanad adalah jalur periwayatan yang terdiri dari orang-orang (atau disebut perawi), sambung-menyambung dari satu orang ke orang yang lain hingga sampai kepada shahabat nabi dan diri Rasulullah SAW sendiri.

jd ukhti yunitantri, dalam periwayatan hadist itu ada seleksi yg sangat ketat didalamnya, sebelum pd akhirnya nanti dinilai apakah hadist ini shahih, hasan, dha'if atau bahkan maudhu...

apakah hadist shahih itu benar2 sperti perkataan Rasulullah tanpa ditambah atau dikurangi??

jawabannya insya Allah IYA ukhti...

krn jika ada 1 periwayat saja yg dinilai cacat (tdk bisa dipercaya, dll) maka ini bisa menurunkan derajat hadist...

yg namanya hadist shahih maka insya Allah para periwayatnya pun shahih, dan telah teruji dan dinilai oleh para ahli ilmu dan ahli hadist.. 

oleh sebab itu hadist yg tdk ada matan (jalur perawi) maka itu disebut hadist yg terputus (jalurnya tdk sampai kepada Rasulullah) dan hadist sperti itu tdk bisa dijadikan hujjah atau hukum dalam beragama..

nah.. Makanya klo yg namanya hadist itu harus ada perawi nya say.. dan nanti kan bisa di cek apakah benar perawi tersebut meriwayatkan demikian..

klo kitab imam bukhori dan kitab imam muslim, Hadits-hadits yang terdapat di kedua kitab itu telah mengalami proses kritik sanad yang super ketat. Semua perawi yang tercantum di dalam kedua kitab ini dijamin keshahihannya. Yang menjamin ada orang yang integritasnya diakui oleh seluruh ahli hadits.

Meninggalkan Pakaian Mewah Karena Tawadhu



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

من تركَ اللباسَ تواضُعًا للهِ وهو يقدِرُ عليه ، دعاه اللهُ يومَ القيامةِ على رؤوسِ الخلائقِ حتى يُخَيِّرَهُ منَ أيِّ حُلَلِ الإيمانِ شاءَ يَلْبَسُهَا

“Barangsiapa yang meninggalkan (menjauhkan diri dari) suatu pakaian (yang mewah) dalam rangka tawadhu’ (rendah hati) karena Allah, padahal dia mampu (untuk membelinya / memakainya), maka pada hari kiamat nanti Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluq, lalu dia dipersilahkan untuk memilih perhiasan / pakaian (yang diberikan kepada) orang beriman, yang mana saja yang ingin dia pakai” (HR. At Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam “Shahih Al-Jami’” 6145).

Fawaid Hadits

Hadits ini tidak menunjukkan tercelanya memakai pakaian mewah, namun hadits ini memberi motivasi untuk zuhud & tawadhu‘ (rendah hati).
Meninggalkan pakaian mewah bukan karena tak mampu, namun karena tawadhu‘.
Jika meninggalkan pakaian mewah yang mampu dia beli, namun bukan dalam rangka tawadhu‘, maka tidak ada keutamaannya.
Meninggalkan pakaian mewah bukan berarti memakai pakaian compang-camping, namun maksudnya adalah “sederhana” (sedang-sedang saja) dalam berpakaian.
Wallahu a’lam.

Disarikan dari:

http://islamqa.info/ar/228099
http://islamqa.info/ar/97019
***

Penyusun: Ustadzah Arfah Ummu Faynan, Lc.

Artikel Muslimah.or.id

http://muslimah.or.id/7637-meninggalkan-pakaian-mewah-karena-tawadhu.html

Jumat, 28 Agustus 2015

Sering Share Ilmu - Berharap Pahala

# Sering Share Ilmu Bukan Untuk “Sok Alim” Tetapi Berharap Pahala Dakwah
Tetap semangat berdakwah, mungkin tidak disangka, satu share ilmu dan faidah ternyata bisa memberikan hidayah kepada seseorang, walau hanya sekedar menekan “share”. Tentunya dengan niat yang ikhlas
Tidak mesti jadi ustadz, hanya menunjukkan dan mengajak ke jalan Allah, insyaAllah mendapatkan pahala sebagaimana pelakunya.
Demikian juga share ilmu baik di dunia nyata maupun dunia maya. Semoga mendapat pahala MLM sampai hari kiamat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya (HR. Muslim)
Imam An-Nawawi rahimahullahmenjelaskan,
المراد أن له ثوابا كما أن لفاعله ثوابا …
دل بالقول، واللسان، والإشارة، والكتابة
“Maksudnya adalah baginya pahala sebagaimana pahala yang menerjakan…ia menunjukkan dengan perkataan, lisan, ISYARAT dan tulisan.” (Syarah Shahih Muslim)
Bukannya merasa “sok alim dan sok ustadz”, tetapi ini yang diharapkan
Terkadang terbetik bisikan “kamu juga banyak maksiat, jangan sok alim dan sok suci”
tetapi teringat perkataan ulama “Kalau menunggu suci sekali, tidak akan ada yang berdakwah”
Ibnu Hazm rahimahullah berkata,
ولو لم ينه عن الشر إلا من ليس فيه منه شيء ولا أمر بالخير إلا من استوعبه؛ لما نهى أحد عن شر ولا أمر بخير بعد النبي صلى الله عليه وسلم
“Seandainya yang melarang dari dosa harus orang yang tidak terlepas dosa dan yang memerintahkan kebaikan harus orang yang sudah melakukan kebaikan semua, maka tidak ada lagi yang melarang dari keburukan dan mengajak kebaikan kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”(Akhlaq was Siyar hal. 252-253)
Jika harus menunggu jadi orang suci berdakwah, dakwah tak akan pernah ada
kita banyak-banyak berdoa dan memperhatikan:
1. Semoga Ikhlas ketika share ilmu
2. Berniat yang paling pertama mengamalkannya (terkadang kita PeDe share sesuatu setelah kita amalkan) dan memohon kepada Allah agar kita bisa mengamalkannya
3. Jauhkan riya dan tendensi dunia serta ketenaran
seandainya bukan karena amanah ilmiah, ingin rasanya menulis sesuatu tanpa mencantumkan nama penulisnya. Sebagai bentuk amanah ilmiah, cantumkan sumber tulisannya jika ada.
4. Tidak melupakan dakwah di dunia nyata, karena itulah dakwah yang lebih baik dan lebih prioritas, di keluarga dan sahabat di sekitar kita. Walaupun dakwah dunia maya juga boleh dan terkadang efektif
5. Tidak lupa berdoa agar dakwah kita berkah dan bisa diterima oleh manusia dengan mudah
Tetap semangat share ilmu di dunia nyata ataupun dunia maya dan tetap berdakwah, tentunya dengan memohon pertolongan Allah dan berhias dengan keikhlasan.
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com

Meninggalkan Pakaian Mewah Karena Tawadhu

Meninggalkan Pakaian Mewah Karena Tawadhu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

من تركَ اللباسَ تواضُعًا للهِ وهو يقدِرُ عليه ، دعاه اللهُ يومَ القيامةِ على رؤوسِ الخلائقِ حتى يُخَيِّرَهُ منَ أيِّ حُلَلِ الإيمانِ شاءَ يَلْبَسُهَا

“Barangsiapa yang meninggalkan (menjauhkan diri dari) suatu pakaian (yang mewah) dalam rangka tawadhu’ (rendah hati) karena Allah, padahal dia mampu (untuk membelinya / memakainya), maka pada hari kiamat nanti Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluq, lalu dia dipersilahkan untuk memilih perhiasan / pakaian (yang diberikan kepada) orang beriman, yang mana saja yang ingin dia pakai” (HR. At Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam “Shahih Al-Jami’” 6145).

Fawaid Hadits

Hadits ini tidak menunjukkan tercelanya memakai pakaian mewah, namun hadits ini memberi motivasi untuk zuhud & tawadhu‘ (rendah hati).
Meninggalkan pakaian mewah bukan karena tak mampu, namun karena tawadhu‘.
Jika meninggalkan pakaian mewah yang mampu dia beli, namun bukan dalam rangka tawadhu‘, maka tidak ada keutamaannya.
Meninggalkan pakaian mewah bukan berarti memakai pakaian compang-camping, namun maksudnya adalah “sederhana” (sedang-sedang saja) dalam berpakaian.
Wallahu a’lam.

Disarikan dari:

http://islamqa.info/ar/228099
http://islamqa.info/ar/97019
***

Penyusun: Ustadzah Arfah Ummu Faynan, Lc.

Artikel Muslimah.or.id

http://muslimah.or.id/7637-meninggalkan-pakaian-mewah-karena-tawadhu.html

Kamis, 27 Agustus 2015

Nasihat

سُبْحَانَ اللّهُ... 

Sudah yaaa jangan ada perdebatan digrup ini, afwan semuanya.. 

Intinya semua belajar pelan-pelan yaaa... Tidak ada yang salah disini, semua punya kapasitasnya masing2, ada yang cuma cukup menampung penuh, ada yang cuma cukup menampung seperempat, ada yang bisa hanya seperdelapan.. Memang semua tidak bisa dipukul rata... Jadi memang disesuaikan dengan kadar dan kapasitas masing2. 

Tapi masalahnya... Syariat Islam ini sudah sempurna sebelum Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم wafat, tercantum dalam alquran surat almaidah ayat 3 bahwa agama Islam sudah sempurna, segala syariatnya sudah secara jelas dalam alquran dan sunnah, kenapa ditegaskan tadi digrup ini harus sesuai dengan manhaj Salaf? Karena jika kita mengambil dari berbagai sumber maka apa yang akan kita terapkan menjadi campur campur, dan kehilangan arah yang jelas.. Mungkin akan dibarengi dengan kesyirikan atau bid'ah padahal itu yg sangat keras ditentang oleh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم . 

Misal, kita mau melakukan sebuah amal ibadah, kita tidak boleh serta merta langsung mengerjakannya tanpa terlebih dulu mempelajari apakah amal tsb benar-benar diajarkan oleh Rasul dan para shahabat apa tidak, jika tidak maka wajib kita tinggalkan, meskipun guru kita, orgtua , nenek moyang sll melakukannya..

Darimana kita tau bahwa sebuah amalan boleh kita kerjakan apa tidak..? Dari adanya hadits dan ini bisa diteliti dengan yang namanya ilmu SANAD... Jadi siapa periwayatnya, derajatnya mulai dari apakah haditsnya palsu, lemah atau shahih. Jadi tidak bisa asal-asalan kita kerjakan tanpa melihat basisnya.. Tanpa melihat dasar hukumnya.. 

Kenapaa...?? 

Karena ada 2 hal syarat diterimanya amal ibadah : 

1, ikhlas karena Allah

2, harus sesuai dengan yg diajarkan Rasulullah atau itibba 

Jika hanya salah satu syarat saja dipenuhi maka amal ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah. 

Jadi disini yang diperlukan adalah, keterbukaan hati yang selapang-lapangnya ketika sudah turun ayat atau dalil maka sikap seorang mukmin adalah Sami'na wa atho'na ( kami dengar dan kami taati) bukannya kami dengar kami pikir2 dulu pakai logika kami, kami olah dulu, kami sesuaikan dulu dengan nenek moyang kami baru kami taati.. 

Ini Allah سبحانه وتعالى sendiri yang berfirman : 

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,"mereka menjawab, "(Tidak), Kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?"
(QS Albaqoroh : 170).

ALLAH azza wa jalla berfirman : 
.
“Maka tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan perempuan mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu keputusan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (al-Ahzab: 36)

ALLAH Azza wa Jalla berfirman : 

Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidaklah beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan menerima dengan sepenuhnya.” (an-Nisa’: 65)


ALLAH Azza wa Jalla berfirman : 

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).
(QS: Al-An'am Ayat: 116)


Silahkan disimak bbrp firman Allah diatas... 😊 

Tapi, kewajiban kita sebagai seorang muslim hanya mengingatkan, menyampaikan, dan mengajak. Ilmu yang haq WAJIB disampaikan... Selebihnya urusan Allah karena hati manusia berada diantara jari jemari Allah.. 

Semoga Allah سبحانه وتعالى selalu memberikan kita hidayah dan taufik

Barokallahufikuuna 

Prinsip-prinsip Dasar Tentang Anak

Prinsip2 Dasar ttg Anak:
Oleh :  Ustad Rahmat Abdullah rahimahullah

1. Anak2mu bukan pilihanmu,mereka menjadi anak2mu,buka n karena keinginan mereka,tetapi karena takdir Allah. Lihat QS.28:68, QS.42:49-50.

2. Karena apa yg Allah takdirkan untukmu,maka itulah amanah yg harus ditunaikan. Lihat QS.8:27-28.

3. Orangtua lah yg ingin memiliki anak dan keinginanmu adalah janjimu kpd Allah. Maka tepatilah janjimu karena akan Allah minta pertanggungjawabannya. Lihat QS.5:1, QS.17:34, QS.13:19-24.

4. Allah tidak membebanimu melampaui kemampuanmu,maka bersungguh2lah. Lihat QS.2:233, QS.64:16, QS.3:102, QS.22:78.

5. Allah tidak mewajibkanmu membentuk anak2mu mahir dlm segala hal, tetapi Allah mewajibkan membentuk anak2 yg sholeh terbebas dari neraka. Lihat QS.66:6, QS.46:15.

6. Jangan berharap kebaikan dari anak2mu,bila tidak mendidik mereka menjadi anak2 yg sholeh. Lihat QS.11:46, QS.19:59.

7. Jangan berharap banyak pada anak2mu,bila kamu tidak mendidik mereka sebagaimana mestinya. Lihat QS.17:24.

8. Didiklah anak2mu sesuai fitrahnya. Lihat QS.30:30.

9. Janganlah menginginkan anak2mu sebagai anak2 yg sholeh sebelum engkau menjadi sholeh lebih dahulu. Lihat QS.61:2, QS.66:6.

10. Janganlah menuntut hakmu dari anak2mu,sebelum engkau memberi hak anak2mu. Lihat QS.1:5.

11. Janganlah engkau menuntut hakmu dari anak2mu,sampai engkau memenuhi hak2 Allah atasmu. Lihat QS.2:83, QS.4:36, QS.6:151, QS.17:23-24.

12. Berbuat baiklah pada anak2mu,bahkan sebelum mereka diciptakan.

13. Janganlah engkau berpikir tentang hasil akhir dari usahamu mendidik,tetapi bersungguh2lah dalam mendidik. Lihat QS.11:93.

14. Janganlah berhenti mendidik sampai kematian memisahkanmu. Lihat QS.15:99.

Semoga bermanfaat. www.rumahbukumufti.com.

Yang Langka

" Yang Langka "

Bismillaah...

Yang langka itu...

Istri 
yg tunduk patuh pada suami.
yg senantiasa berseri2 saat dipandang.
yg ridha terdiam saat suami marah.
Tidak merasa lebih apalagi meninggikan suara.
Tercantik di hadapan suami.
Terharum saat menemani suami beristirahat.
Tak menuntut keduniaan yg tidak mampu diberikan suaminya.
yang sadar bahwa ridha-Nya ada pd ridha suaminya.

Yang langka itu...
Suami 
yang mengerti bahwa istrinya bukan pembantu.
Sadar tak melulu ingin dilayani.
Malu jika menyuruh ini itu krn tahu istrinya sudah repot seharian urusan anak dan rumah.
yang tak berharap keadaan rumah lapang saat pulang krn sadar itulah resiko hadirnya amanah2 yg masih kecil.

yang sadar pekerjaan rumah tangga juga kewajibannya.

yang rela mengerjakan pekerjaan rumah tangga krn rasa sayangnya thd 
istrinya yg kelelahan.

Yang langka itu...

Anak lelaki 
yang sadar bahwa ibunya yg paling berhak atas dirinya.
yang mengutamakan memperhatikan urusan ibunya.
yang lebih mencintai ibunya dibanding mencintai istri dan anak2nya.
yang sadar bahwa surganya ada pd keridhaan ibunya.

Yang langka itu...
Orang tua 
yang sadar bahwa anak perempuannya jika menikah sudah bukan lagi miliknya.
yang selalu menasehati untuk mentaati suaminya selama suaminya tidak 
menyuruhnya kpd perkara munkar.
yang sadar bahwa keridhaan Allah bagi anaknya telah berpindah pd ridha suaminya.

Yang langka itu...
Seorang ibu 
yang meskipun tahu surga berada di bawah telapak kakinya.
Tapi tidak pernah sekalipun menyinggung hal tsb saat anaknya ada kelalaian thdnya.
yang selalu sadar bahwa mungkin segala kekurangan pd anak2nya adalah hasil didikannya yg salah selama ini.
yang sadar bahwa jika dirinya salah berucap atau do'a keburukan maka malaikat akan mengijabah do'anya.

Yang langka itu...
Anak yang senantiasa mendoakan kebaikan bagi orangtuanya dlm keheningan sepertiga malam terakhir.
Meskipun sehari hari dlm kesibukan rumah tangganya.
Dalam kesibukan usahanya.
Dalam kesibukan pekerjaannya.

Yang langka itu...
Orang-orang yg saling memberikan nasehat dalam kebenaran dan kesabaran.
yang saling memaklumi jika hal2 di atas lupa atau lalai dilakukan.
Sehingga saling memaafkan diantara mereka.

Maka rahmat Allah berada diantara mereka.
Dan Allah dgn kemurahanNya memaafkan kesalahan2 mereka.

Yuuk kita jadi yg langka2 ini....