Senin, 20 April 2015

Pandanglah Orang Yang di Bawahmu dalam Masalah Dunia



🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 1 Rajab 1436 H / 20 April 2015 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bulughul Maram
🔊 Hadits ke-2 | Pandanglah Orang yang di Bawahmu dalam Masalah Dunia
⬇ Download Audio dan Transkrip
🌐 http://goo.gl/iWEn9a
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله 

Para ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
Kita lanjutkan hadits berikutnya,

HADITS 2
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي اللّه عنه قَالَ:قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم أُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ  عَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

Dari Abu Hurairah radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: “Lihatlah kepada yang dibawah kalian dan janganlah kalian melihat yang diatas kalian sesungguhnya hal ini akan menjadikan kalian tidak merendahkan nikmat Allāh yang Allāh berikan kepada kalian".
(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, hadits ini mengajarkan kita dalam masalah dunia hendaknya kita melihat ke bawah, bagaimanapun kekurangan yang ada pada diri kita dalam masalah dunia,  pasti masih ada orang-orang yang lebih parah daripada kita.

Lihatlah kita sekarang dalam keadaan sehat alhamdulillah. Kalau kita melihat ke bawah,  betapa banyak orang yang sakit, betapa banyak orang yang terkapar di tempat tidur tidak bisa bergerak karena sakit. Kemudian betapa banyak juga orang yang cacat yang lebih parah dari kita lebih banyak. Dan seorangpun kalau diapun sakit masih ada yang lebih parah sakitnya. Senantiasa pasti ada yang lebih menderita daripada apa yang kita rasakan.

Kalau kita selalu melihat ke bawah dalam masalah kesehatan saja, maka kita akan senantiasa bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan ini memang berat. Senantiasa bersyukur bukan perkara yang mudah.

Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Hanya sedikit dari hamba-hambaKu yang bersyukur. (Saba':13)

Kita berdo'a semoga Allāh menjadikan kita termasuk dari hamba-hamba Allāh yang sedikit tersebut.

Dan diantara hal yang membuat kita senantiasa bersyukur, melihat ke bawah dalam masalah dunia.

Demikian juga masalah harta,  misalnya, kita mungkin punya kendaraan yang mungkin kurang bagus, tetapi masih banyak orang dibawah kita yang kendaraannya lebih jelek daripada kendaraan milik kita.

Dan bisa jadi masih banyak orang yang hanya memiliki motor atau memiliki sepeda bahkan. Masih banyak orang yang hanya bisa berjalan kaki,  tidak memiliki kendaraan sama sekali maka dalam hal dunia kita lihat ke bawah,  jangan kita lihat ke atas.  Karena dunia kalau lihat ke atas maka tidak akan ada habisnya. Maka Rasūlullāh melarang untuk melihat ke atas masalah dunia.

Dunia tidak akan pernah habisnya,  orang yang mencari dunia akan senantiasa haus akan dunia. Maka terkadang kita heran tatkala melihat ada seorang sudah tua, umur sudah 60 tahun atau 70 tahun atau bahkan 80 tahun, namun masih sibuk tenggelam dalam dunia, masih memikirkan ini memikirkan anu, kapan dia mau istirahat? Kapan dia mau menikmati dunianya sementara dia terus mencari dunia dan demikian terus kehidupannya.

Mungkin kita heran, tapi dia sendiri tidak heran. Kenapa? Karena memang tidak ada rasa batas terakhir masalah kepuasan dunia. Seorang kapan mendapatkan sesuatu dia masih mencari yang lain lagi.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ 

"Seandainya anak Adam memiliki 2 lembah emas maka dia akan mencari lembah yang ke-3 dan dia tidak akan berhenti kecuali kalau pasir sudah dimasukkan dalam mulutnya".

Kalau sudah meninggal baru dia berhenti. Dunia itu ibarat air laut yang asin. Semakin ditelan maka akan semakin membuat haus seseorang. Makanya dalam masalah dunia kita lihat dibawah agar kita senantiasa bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Berbeda halnya dengan masalah akhirat, masalah akhirat kita lihat ke atas. Allāh mengajarkan kita untuk semangat dalam masalah akhirat.

Oleh karenanya tatkala kita sholat kita mengatakan :
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ 
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ
"Ya Allāh tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka".

Siapa? Mereka yaitu nabiyyiin wa shiddiqiin wasy syuhadaa wash shaalihin, jalan para Nabi, jalan para orang shidiq, para syuhada dan orang-orang shalih.

Kita disuruh untuk melihat ke atas masalah akhirat senantiasa minta petunjuk mereka, petunjuk jalan yang pernah ditempuh oleh orang-orang yang hebat-hebat seperti para Nabi, para syuhada, para shalihin.

Demikian juga Allāh mengatakan: 
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ

"Dan untuk yang demikian, maka hendaknya orang-orang yang berlomba, berlomba-lombalah...". (Al Muthaffifin : 26)

Dalam masalah surga maka berlomba-lombalah.
Kata Allāh :
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
"Berlomba-lombalah dalam kebaikan". (AlBaqarah : 148)

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ

"Berlomba-lombalah untuk meraih ampunan Allāh. Dan berlomba-lombalah untuk segera meraih surga yang luasnya seluas langit dan bumi". 
(Ali Imran: 133)

Dalam masalah kebaikan, dalam masalah agama maka seorang melihat ke atas sehingga dia tidak merasa puas dengan agama yang dia miliki, dia tidak merasa ujub (merasa bangga).

Bukan sebaliknya, sebaliknya orang masalah dunia lihat ke atas, masalah agama lihat ke bawah. Masalah dunia tidak pernah puas, melihat ke atas terus, sudah punya mobil masih melihat tertarik kepada mobil yang mewah, melihat tetangganya, melihat teman-temannya. Masalah agama malah justru lihat kebawah. Dia mengatakan "Ah, alhamdulillah saya sudah sholat, masih banyak orang yang tidak sholat". Ya benar memang masih banyak orang yang tidak sholat, bersyukur kepada Allāh. Tapi lihat ke atas, agar kau merasa dirimu penuh kekurangan, masih banyak orang-orang yang lebih hebat dari engkau sehingga engkau terpacu untuk mencari yang lebih dalam masalah agama.

Karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan :

فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ، وَأَعْلَى الْجَنَّةِ…..

"Jika engkau minta surga maka mintalah surga Firdaus,  surga yang paling tinggi. Karena itulah surga yang paling tinggi".

Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk memiliki himmah 'aaliyah (semangat yang tinggi) di dalam masalah agama dan kita tidak pernah puas dengan apa yang kita miliki sekarang.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita orang-orang yang memandang kebawah tatkala masalah dunia dan menjadikan kita orang-orang yang memandang ke atas dalam masalah agama.

Wabillahit taufiq, wassalaamu 'alaykum

Jangan Marah Bagimu Surga

⛔ Jangan Marah...!! Maka Bagimu Surga 🌺

✒ Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafidzahullah

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” [HR al-Bukhâri].

Sahabat yang meminta wasiat dalam hadits ini bernama Jariyah bin Qudamah rahimahullah . Ia meminta wasiat kepada Nabi dengan sebuah wasiat yang singkat dan padat yang mengumpulkan berbagai perkara kebaikan, agar ia dapat menghafalnya dan mengamalkannya. Maka Nabi berwasiat kepadanya agar ia tidak marah. Kemudian ia mengulangi permintaannya itu berulang-ulang, sedang Nabi tetap memberikan jawaban yang sama. Ini menunjukkan bahwa marah adalah pokok berbagai kejahatan, dan menahan diri darinya adalah pokok segala kebaikan. 

Marah adalah bara yang dilemparkan setan ke dalam hati anak Adam sehingga ia mudah emosi, dadanya membara, urat sarafnya menegang, wajahnya memerah, dan terkadang ungkapan dan tindakannya tidak masuk akal.

Dalam hadits yang lain di sebutkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لاَ تَغْضَبْ وَ لَكَ الْجَنَّة

"Jangan kamu marah, maka bagimu adalah surga". (Riwayat ath-Thabrani, dan Dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîh al-Jâmi’ish Shaghîr (no. 7374).

📋 Faidah-Faidah Hadits diatas, diantaranya:

1. Semangatnya para Sahabat untuk memperoleh apa yang bermanfaat bagi mereka.

2. Dianjurkan memberikan nasihat dan wasiat bagi orang yang memintanya.

3. Seorang muslim harus mencari jalan-jalan kebaikan dan keselamatan yang sesuai dengan Sunnah.

4. Mengulangi nasihat memiliki manfaat yang banyak.

5. Larangan dari marah berdasarkan sabda beliau, “Engkau jangan marah!” Sebab, amarah dapat menimbulkan berbagai kerusakan yang besar apabila seseorang berbuat dengan menuruti hawa nafsu untuk membela dirinya.

6. Agama Islam melarang akhlak yang jelek, dan larangan tersebut mengharuskan perintah berakhlak yang baik. 

7. Marah merupakan sifat dan tabi’at manusia.

8. Dianjurkan untuk menahan marah dan ini termasuk dari sifat seorang mukmin.

9. Melawan hawa nafsu lebih berat daripada melawan musuh.

10. Dianjurkan menjauhkan hal-hal yang membawa kepada kemarahan.

11. Marah yang terpuji adalah apabila seseorang marah karena Allah, untuk membela kebenaran, dan tidak menuruti hawa nafsu dan tidak merusak.

12. Sabar dan pemaaf adalah sifat orang yang beriman dan berbuat kebajikan.

13. Apabila seseorang marah hendaklah ia berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, dan melakukan apa yang disebutkan di atas tentang obat meredam amarah.

Demikian, mudah-mudahan bermanfa'at. Wabillahi at-Taufiiq.

📚 Sumber : almanhaj.or.id , untuk mendapatkan penjelasan lebih lengkap tentang hadits tersebut silahkan klik di http://goo.gl/0uxmRh

Minggu, 19 April 2015

Bulan Rajab

Bagi yg ingin mengetahui seluk beluk bulan Rajab, amalan yg ada tuntunan atau tidak, silakan lihat pd link2 di www.rumaysho.com berikut ini:
1).DI BALIK BULAN RAJAB
http://rumaysho.com/belajar-islam/amalan/2602-di-balik-bulan-rajab.html
2).SHALAT RAGHAA-IB ADAKAH TUNTUNANNYA? 
http://rumaysho.com/belajar-islam/amalan/2604-shalat-roghoib-shalat-yang-begitu-melelahkan.html
3).ADAKAH ANJURAN PUASA Di. 
BLN RAJAB?
http://rumaysho.com/belajar-islam/amalan/2608-adakah-anjuran-puasa-di-bulan-rajab.html
4).PERAYAAN ISRO' MI'RAJ
http://rumaysho.com/belajar-islam/amalan/2615-perayaan-isro-miroj-27-rajab.html
5).Shahihkah Doa Allahumma Baarik Lanaa Fii Rojab
http://rumaysho.com/belajar-islam/amalan/3095-shahihkah-doa-qallahumma-baarik-laana-fii-rojab-q.html

6).Puasa Khusus di Bulan Rajab, Haditsnya Lemah dan Palsu

http://rumaysho.com/belajar-islam/amalan/3450-puasa-khusus-di-bulan-rajab-berdasarkan-hadits-dhoif-dan-palsu.html

Lebih link-link di atas disimpan di note sehingga sewaktu-waktu bisa kembali melihatnya.
Silakan disebarkan pd saudara dan teman-teman BBM lainnya. جَزَاك اللهُ خَيْرًا 

www.rumaysho.com

Jumat, 17 April 2015

Adab-adab Bertetangga

🌴 Adab-adab Bertetangga



1.    Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka.

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, sebagaimana di dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu anhu : ...Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan di dalam riwayat lain disebutkan: hendaklah ia berprilaku baik terhadap tetangganya. (Muttafaqalaih).

2.    Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka tertutup dari sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui batasnya, apakah merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya.

3.    Hendaknya Kita memelihara hak-haknya di saat mereka tidak di rumah. Kita jaga harta dan kehormatan mereka dari tangan-tangan orang jahil; dan hendaknya kita ulurkan tangan bantuan dan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan, serta memalingkan mata kita dari wanita mereka dan merahasiakan aib mereka.

4.    Tidak melakukan suatu kegaduhan yang mengganggu mereka, seperti suara radio atau TV, atau mengganggu mereka dengan melempari halaman mereka dengan kotoran, atau menutup jalan bagi mereka. 

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: Demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman! Nabi ditanya: Siapa, wahai Rasulullah? Nabi menjawab: Adalah orang yang tetangganya tidak merasa tentram karena perbuatan-nya. (Muttafaqalaih).

5.    Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya kita ajak mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana (hikmah) dan nasihat baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.

6.    Hendaknya kita selalu memberikan makanan kepada tetangga kita. 

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda kepada Abu Dzarr: Wahai Abu Dzarr, apabila kamu memasak sayur (daging kuah), maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu. (HR. Muslim).

7.    Hendaknya kita turut bersuka cita di dalam kebahagiaan mereka dan berduka cita di dalam duka mereka; kita jenguk bila ia sakit, kita tanyakan apabila ia tidak ada, bersikap baik bila menjumpainya; dan hendaknya kita undang untuk datang ke rumah. Hal-hal seperti itu mudah membuat hati mereka jinak dan sayang kepada kita.

8.    Hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan/kekeliruan mereka dan jangan pula bahagia bila mereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak memandang kekeliruan dan kealpaan mereka.

9.    Hendaknya kita sabar atas prilaku kurang baik mereka terhadap kita. 

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: Ada tiga kelompok manusia yang dicintai Allah...

Disebutkan di antaranya- :

Seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hingga keduanya dipisah oleh kematian atau keberangkatannya. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani). 




COPAS dari:
"Etika Dan Adab Sehari-hari"
(Al-Qismu Al-ilm, Syaikh Ibnu Baz)

Dengan sedikit editan.


🎓Ustadz Abu Khodijah Hudzaifah
_______________
📱WA Silsilah Durus Linnisa-089688865305📚

Kecerdasan Anak 2

Kecerdasan Linguistik pada Anak (2/8)


Kecerdasan linguistik pada anak:

  • Anak saya senang bercerita tentang pengalamannya.
  • Anak saya menyukai permainan kata-kata.
  • Anak saya senang menulis.
  • Anak saya mempunyai ingatan yang baik terhadap nama-nama, tempat, tanggal, atau janji.
  • Anak saya senang membaca buku.
  • Anak saya suka mengeja kata-kata secara akurat.
  • Anak saya suka berpuisi atau mengarang cerita.
  • Anak saya suka mendengar kata-kata lisan (cerita, komentar-komentar, radio, atau buku cerita).
  • Anak saya mempunyai kosa kata yang baik untuk seusianya.
  • Anak saya suka mengajak bicara dengan orang lain.

*

Sumber: Kumpulan beberapa materi Diklat PAUD yang diselenggarakan oleh HIMPAUDI Kab. Bantul tahun 2009.

Artikel UmmiUmmi.Com 

Kecerdasan Jamak

 


Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligence) pada Anak (1/8)

Pengantar Redaksi: Tiap anak itu unik. Tiap anak punya bakatnya masing-masing. Tugas orang tua adalah mengarahkan bakat alami tersebut di jalur yang benar, dan tentunya harus tetap sesuai syariat Allah. UmmiUmmi.Cominsyaallah akan menyajikan delapan seri tulisan ringkas tentang kecerdasan jamak (multiple intelligence) pada anak. Semoga bermanfaat.

*

Beberapa kecerdasan-jamak pada Anak:

  1. Kecerdasan linguistik.
  2. Kecerdasan logika matematis.
  3. Kecerdasan ruang.
  4. Kecerdasan tubuh fisik.
  5. Kecerdasan interpersonal.
  6. Kecerdasan dalam diri.
  7. Kecerdasan alam.

*

Sumber: Kumpulan beberapa materi Diklat PAUD yang diselenggarakan oleh HIMPAUDI Kab. Bantul tahun 2009.

Artikel UmmiUmmi.Com

Kamis, 16 April 2015

Salafi Bukan Wahabi 5

Dan aku katakan kepada saudara-saudara para da’i yang menyeru kepada Allah di seluruh negeri Islam : Hendaknya mereka bersungguh-sungguh menyingsingkan lengan (untuk berdakwah), dan hendaknya ikhlas mengharapkan wajah Allah (dalam berdakwah), bukan lantaran ingin mendapatkan kursi, kedudukan, dan bukan pula lantaran ingin mendapatkan kehidupan dunia, sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali jika amal itu didasari keikhlasan untuk mengharapkan wajah Allah, berdakwah kepada Allah lebih tinggi nilainya daripada kursi, kedudukan dan kehidupan dunia yang nilainya sedikit ini.
 
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
 
“Artinya : Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri” [Fushilat : 33]
 
Ya, Allah berfirman.
 
وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ ۖ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ ۖ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
 
“Artinya : Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” [An-Nisa : 104]
 
Kalian mempunyai Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan musuh-musuh kalian dari kalangan kaum Komunis, pengikut Partai Ba’ats, pengikut pemahaman Pan Arab, Syi’ah, Sufiyah, propaganda mereka dibanguun diatas kedustaan, kebohongan serta pengkhianatan. Sedangkan para da’i yang menyeru kepada Allah tidak ada yang menolong mereka melainkan Allah, dan cukuplah Allah sebagai penolong. Dan Allah berfirman dalam Al-Qur’an untuk mengokohkan hamba-hambaNya yang beriman.
 
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ ۚ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
 
“Artinya : Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikanNya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim” [Ali-Imran : 139-140]
 
Dan Allah juga berfirman.
 
فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
 
“Artinya : Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu” [Muhammad : 35]
 
Akan tetapi sepatutnya dakwah itu bukanlah dakwah pemberontakan dan penggulingan, karena dakwah seperti ini lebih banyak kerusakan daripada kebaikannya, dakwah itu adalah dengan mengajak kaum muslimin kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah nabi mereka Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
 
Allah berfirman.
 
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا 
 
“Artinya : Dan katakanlah : “Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap’. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap” [Al-Isra : 81]
 
Dalam ayat yang mulia ini terdapat berita gembira dari Allah bahwasanya kebatilan tidak akan mampu berdiri kokoh didepan kebenaran, dan Allah berfirman.
 
أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا ۚ وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِثْلُهُ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ ۚ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً ۖ وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ
 
“Artinya : Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air itu di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya, adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan” [Ar-Ra’du : 17]
 
Maka kami memuji Allah yang membangkitkan penduduk Yaman khususnya, dan juga penduduk Najd Saudi Arabia dan Mesir, sungguh banyak diantara mereka menjadi orang-orang yang tidak terpengaruh dengan propaganda yang keji ini yang mana propaganda ini ditujukan kepada seorang ulama yang dipuji oleh ulama Islam. Syaikh Muhammad bin Ismail Al-Amir An-Shan’ani Rahimahullah berkata tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah :
 
“Telah datang kabar gembira (datangnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab)Yang telah mengembalikan syariat IslamBeliau singkap kebodohan orang jahil dan mubtadi’ maka beliau sama dengankuBeliau bangun kembali tiang-tiang agama dan menghancurkan kuburan-kuburan keramat yang membuat manusia sesat.Mereka membuat kembali berhala-berhala seperti suwa, yaghuts, wad dan ini sejelek-jeleknya.Dan mereka memohon kepada berhala-berhala itu dikala susah seperti seorang yang meminta Allah Yang Maha EsaBerapa banyak orang yang thowaf dikuburan sambil mencium dan mengusap dinding-dinding kuburan dengan tangan-tangan mereka”
 
Wajib bagi para da’i yang menyeru kepada Allah untuk tetap istiqomah diatas kebenaran. Kami telah mengatakan dalam beberapa pengajian maupun khutbah bahwasanya propaganda itu adalah kedustaan semata (menyandarkan diri kita kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah) sesungguhnya kami tidak ridha untuk dinisbatkan selain kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memberi syafaat kami dan yang kami cintai, yang mana Allah Ta'ala mengeluarkan kami dengan perantaraan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kegelapan kepada cahaya. Propaganda-propaganda itu akan sirna (cepat atau lambat) sebagaimana Nabi Muhammad pernah dijuluki As-Shabi’ (artinya orang yang keluar dari agama nenek moyangnya dan berganti agama dengan agama lain). 

Salafi Bukan Wahabi 4

Kami berbicara tentang hal ini bukanlah lantaran Ahli Sunnah dan Ahli Agama di “Dammaj” (tempat Syaikh Muqbil bermukim), karena sesungguhnya dakwah mereka –segala puji bagi Allah Ta'ala- diterima oleh penduduk Yaman, akan tetapi permasalahannya adalah propaganda ini telah melanda negeri Saudi Arabia, Mesir, Sudan, Syam, Iraq dan seluruh negeri-negeri Islam. Barangsiapa berpegang teguh kepada agama, mereka akan mencapnya : “Itu adalah pengikut Wahabi”.
 
Dan Allah Ta'ala berfirman dalam kitabNya.
 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَائِدَ وَلَا آمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنْ رَبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَنْ صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَنْ تَعْتَدُوا ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
 
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya” [Al-Maidah : 2]
 
Dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaimana dalam shahih Muslim.
 
“Artinya : Orang muslim adalah saudara muslim lainnya. Ia tidak akan mendhaliminya, menghinakannya dan tidak meremehaknnya. Ketakwaan itu adalah disini (beliau menunjuk) ke dada”.
 
Kami memperingatkan tentang propaganda ini, karena rasa kasih sayang kepada saudara-saudara sekalian dari berburuk sangka kepada saudara-saudara kita para da’i yang menyeru ke jalan Allah Azza wa Jalla dan supaya mereka tidak mengganggu para da’i di jalan Allah, karena Allah berfirman dalam Al-Qur’an.
 
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
 
“Artinya : Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” [Al-Ahzab : 58]
 
Dan perkaranya adalah sebagaimana pepatah : “Lempar Batu Sembunyi Tangan”
 
Perkaranya (adalah sebagaimana telah dikatakan) bahwasanya Komunis, pengikut Partai Ba’ats, pendukung Jamal Abdul Naser (Pan Arab) berbeda dengan Ahli Sunnah Wal Jama’ah dan para da’i yang menyeru kepada Allah dan Allah berfirman.
 
وَمَنْ يَكْسِبْ خَطِيئَةً أَوْ إِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِهِ بَرِيئًا فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا 
 
“Artinya : Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian di tuduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan yang nyata” [An-Nisa : 112]
 

Salafi Bukan Wahabi 3

Akan tetapi aku mengajak kepada Allah Yang tiada sekutu bagi-Nya, dan mengajak kepada sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah diwasiatkan kepada seluruh umatnya. Aku berharap untuk tidak menolak kebenaran jika datang kepadaku. 
 
Bahkan aku jadikan Allah Ta'ala, para malaikat-Nya serta seluruh makhluk-Nya sebagai saksi bahwa jika datang kepada kami kebenaran darimu maka aku akan menerimanya dengan lapang dada. Lalu akan kubuang jauh-jauh semua yang menyelisihinya walaupun itu perkataan Imamku, kecuali perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena beliau tidak pernah menyampaikan selain kebenaran.” (Kitab ad-Durar as-Saniyyah: I/37-38).
 
“Alhamdulillah, aku termasuk orang yang senantiasa berusaha mengikuti dalil, bukan orang yang mengada-adakan hal yang baru dalam agama.” (KitabMuallafat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab: V/36
 
Pada zaman ini, zaman yang tersebar kesyirikan dan hal-hal jelek dalam diri kaum muslimin, terdapat kebangkitan mubarakah, yang mana keutamaannya dan karunia ini dari Allah semata. Dia-lah yang memberkahi, menumbuhkan dan menunjuki jalannya.
 
Lalu musuh-musuh Islam bermaksud menjauhkan manusia dari kebangkitan yang diberkahi ini dengan memberikan bermacam-macam julukan untuk memalingkan kaum muslimin dari kebangkitan dan kesadaran yang diberkahi.
 
Dalam (kesempatan) ini, kami berbicara –Insya Allah- tentang satu julukan saja, walaupun (Alhamdulillah) banyak saudara-saudara kita tidak mengetahui tentang hal ini. Akan tetapi ini termasuk dari (pelaksanaan) bab : “Hendaknya seorang yang tahu menyampaikan kepada orang yang tida tahu”. Karena sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
 
“Artinya : Hendaknya orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang tidak hadir”
 
Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.“Artinya : Semoga Allah memperindah orang yang mendengar perkataanku, lalu menghafal dan menyampaikannya”
 
Memahami julukan buruk yang disebarkan oleh orang-orang Komunis, pengikut Partai Ba’ats, pengikut pemahaman (Jamal Abdul Naser) orang-orang SYIAH RAFIDHOH, orang-orang Sufi dan Ahli Bid’ah, yang MEREKA SEBARKAN dilingkungan masyarakat untuk menghalangi manusia dari sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kata-kata tersebut adalah “WAHABIYYAH”, orang-orang yang berpegang teguh dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menjauhkan manusia dan memberikan julukan buruk agar manusia lari darinya.
 
Perlu diketahui, bahwasanya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah adalah termasuk Ulama yang hidup pada abad ke 12 Hijriyah, beliau seorang ulama yang bisa benar dan bisa salah, kalaulah kita orang-orang yang berbuat “Taklid” (mengikuti tanpa dasar) tentulah kita akan “Taklid” kepada ulama Yaman yaitu Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani –beliau hidup sezaman dengan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab-, dan beliau lebih alim dari pada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, akan tetapi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dakwahnya diberi kekuatan oleh Allah Ta'ala dengan kekuasaan hingga tersebarlah ilmu beliau. 
 
Adapun Muhammad bin Ismail Al-Amir karya beliau (karangan-karangannya) memenuhi dunia, kaum muslimin mendapat manfaat dari kitab-kitabnya, orang-orang Yaman “Membenci Beliau” dan mereka berkehendak mengusirnya dari negeri Shan’a (Yaman).
 
Itulah kata (Wahabiyyah) yang dengannya manusia dijauhkan dan dihalangi dari sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka wajib bagi kalian untuk berhati-hati dan melihat apa maknanya.
 
Kata (Wahabiyyah) dinisbatkan kepada seorang ulama bukan dinisbatkan kepada “Marx” dan bukan pula kepada “Lenin” dan bukan pula dinisbatkan kepada “Amerika” atau “Rusia” dan bukan juga dinisbatkan kepada “Para pemimpin musuh-musuh Islam” dan kami tidak memperbolehkan seorang muslim untuk menisbatkan dirinya kecuali kepada Islam dan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
 
Sepatutnya kalian berhati-hati dan tidak terburu-buru dalam masalah ini. Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam ketika burung Hud-Hud mengabarinya tentang apa yang dilakukan oleh Ratu Saba’ dan kaumnya.
 
قَالَ سَنَنْظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ
 
“Artinya : Berkata Sulaiman : ‘Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang dusta” [An-Naml : 27]
 
Dan Allah berfirman dalam kitabNya yang mulia.
 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
 
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [Al-Hujarat : 6]

Salafi Bukan Wahabi 2

FATWA AL-LAKHMI DITUJUKAN KEPADA WAHABI (ABDUL WAHHAB BIN ABDURRAHMAN BIN RUSTUM) SANG TOKOH KHAWARIJ BUKAN KEPADA SYAIKH MUHAMMAD ABDUL WAHAB
 
Mengenai fatwa Al-Imam Al-Lakhmi yang dia mengatakan bahwa Al-Wahhabiyyah adalah salah satu dari kelompok sesat Khawarij. Maka yg dia maksudkan adalah Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum dan kelompoknya bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya.
 
 Hal ini karena tahun wafat Al-Lakhmi adalah 478 H sedangkan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab wafat pada tahun 1206 H /Juni atau Juli 1792 M. Amatlah janggal bila ada orang yg telah wafat namun berfatwa tentang seseorang yg hidup berabad-abad setelahnya. Adapun Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum maka dia meninggal pada tahun 211 H. 
 
Sehingga amatlah tepat bila fatwa Al-Lakhmi tertuju kepadanya. Berikut Al-Lakhmi merupakan mufti Andalusia dan Afrika Utara dan fitnah Wahhabiyyah Rustumiyyah ini terjadi di Afrika Utara. Sementara di masa Al-Lakhmi hubungan antara Najd dgn Andalusia dan Afrika Utara amatlah jauh. Sehingga bukti sejarah ini semakin menguatkan bahwa Wahhabiyyah Khawarij yg diperingatkan Al-Lakhmi adl Wahhabiyyah Rustumiyyah bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. [Lihat kitab Al-Mu’rib Fi Fatawa Ahlil Maghrib, karya Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi, juz 11.]
 
Perbedaan Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum Dan Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab
 
1.Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum (Khawarij)>SESAT
 
Khawarij adalah salah satu kelompok dari kaum muslimin yang mengkafirkan pelaku maksiat (dosa besar), membangkang dan memberontak terhadap pemerintah Islam, dan keluar dari jama’ah kaum muslimin.
 
Termasuk dalam kategori Khawarij, adalah Khawarij generasi awal (Muhakkimah Haruriyah) dan sempalan-sempalannya, seperti al-Azariqah, ash-Shafariyyah, dan an-Najdat –ketiganya sudah lenyap– dan al-Ibadhiyah –masih ada hingga sekarang–. 
 
Termasuk pula dalam kategori Khawarij, adalah siapa saja yang dasar-dasar jalan hidupnya seperti mereka, seperti Jama’ah Takfir dan Hijrah. Atas dasar ini, maka bisa saja Khawarij muncul di sepanjang masa, bahkan betul-betul akan muncul pada akhir zaman, seperti telah diberitakan oleh Rasulullah.“Pada akhir zaman akan muncul suatu kaum yang usianya rata-rata masih muda dan sedikit ilmunya. 
 
Perkataan mereka adalah sebaik-baik perkataan manusia, namun tidaklah keimanan mereka melampaui tenggorokan Maksudnya, mereka beriman hanya sebatas perkataan tidak sampai ke dalam hatinya – red. Mereka terlepas dari agama; maksudnya, keluar dari ketaatan – red sebagaimana terlepasnya anak panah dari busurnya. Maka di mana saja kalian menjumpai mereka, bunuhlah! Karena hal itu mendapat pahala di hari Kiamat.” (HR. Al Bukhari no. 6930, Muslim no. 1066)
 
2. Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab (Ahlussunnah Wal Jama’ah)
 
Alangkah baiknya kami paparkan terlebih dahulu penjelasan singkat tentang hakikat dakwah yang beliau serukan. Karena hingga saat ini ‘para musuh’ dakwah beliau masih terus membangun dinding tebal di hadapan orang-orang awam, sehingga mereka terhalang untuk melihat hakikat dakwah sebenarnya yang diusung oleh beliau.
 
Syaikh berkata,“Segala puji dan karunia dari Allah, serta kekuatan hanyalah bersumber dari-Nya. Sesungguhnya Allah ta’ala telah memberikan hidayah kepadaku untuk menempuh jalan lurus, yaitu agama yang benar; agama Nabi Ibrahim yang lurus, dan Nabi Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik.Alhamdulillah aku bukanlah orang yang mengajak kepada ajaran sufi, ajaran imam tertentu yang aku agungkan atau ajaran orang filsafat. 

Salafi Bukan Wahabi 1


SALAFI BUKAN WAHABI. Dan WAHABI BUKAN SALAFI. Salafi tidak didirikan oleh siapapun, SALAFI bukan golongan, bukan aliran, bukan sekte, bukan organisasi.. Salafi adalah pemahaman yang dinisbatkan dari kata Salafush sholeh yaitu umat terdahulu, siapa mereka? Mereka adalah para shahabat radiallahu anhum, tabi'in dan tabi'ut tabi'in mereka generasi yang dijamin dan diridhoi  ALLAH ﷻ yg paling baik Islamnya. Jadi intinya begini para Nabi dan Rasul itu bertugas untuk menyampaikan dakwah tauhid keseluruh umat manusia, sejak dulu memang sejak zaman shahabat sudah banyak bahkan sejak zama Rasul sudah banyak yang membenci dakwah tauhid, mereka dendam karena banyak dari neneko moyang mereka yang dikalahkan oleh Islam , seperti halnya Umat bin Khattab radiallahu anhum wafat karena dibunuh oleh salah satu budak pengkhianat dari bangsa Iran. Karena sejak dahulu tujuan dakwah adalah dakwah tauhid dakwah utk memurnikan ajaran agama Islam, lalu justru Salaf ini difitnah menjadi wahabi, dimana wahabi itu adalah pecahan khawarij, mereka mengaku Islam tapi suka mengkafirkan sesama, memang sangat keras. Jelas ini sangatlah berbeda dengan paham ahlussunnah . Siapa tokoh yang ikut menegakan dakwah sunnah dakwah tauhid beliau rahimahullah bernama Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bila memang ia seorang wahabi pasti penisbatannya bukanlah wahabi. 

Apa itu WAHABI>> Pendiri Wahabi adalah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum wafat 211 H. BUKAN>> Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab wafat 1206 H
 
Sebenarnya, Al-Wahabiyah merupakan firqah sempalan Ibadhiyah khawarij yang timbul pada abad ke 2 (dua) Hijriyah (jauh sebelum masa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab), yaitu sebutan Wahabi nisbat kepada Tokoh Sentralnya Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum yang wafat tahun 211 H. Wahabi ini merupakan kelompok yang sangat ekstrim kepada Ahlus Sunnah,dan sangat jauh dari Islam.
 
Untuk menciptakan permusuhan di tengah Umat Islam, kaum Imperialisme dan kaum munafikun memancing di air keruh dengan menyematkan baju lama (Wahabi) dengan berbagai atribut penyimpangan dan kesesatannya untuk MENGHANTAM dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau setiap dakwah mana saja yang mengajak untuk memurnikan Islam(Penegak Sunnah). 
 
Karena dakwah beliau sanggup merontokkan kebatilan, menghancurkan angan-angan kaum durjana dan melumatkan tahta agen-agen asing, maka dakwah beliau dianggap sebagai penghalang yang mengancam eksistensi mereka di negeri-negeri Islam.
 
Contohnya: Inggris mengulirkan isue wahabi di India, Prancis menggulirkan isu wahabi di Afrika Utara, bahkan Mesir menuduh semua kelompok yang menegakkan dakwah tauhid dengan sebutan Wahabi, Italia juga mengipaskan tuduhan wahabi di Libia, dan Belanda di Indonesia, bahkan menuduh Imam Bonjol yang mengobarkan perang Padri sebagai kelompok yang beraliran Wahabi. 
 
Semua itu, mereka lakukan karena mereka sangat ketakutan terhadap pengaruh murid-murid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang mengobarkan jihad melawan Imperialisme di masing-masing negeri Islam.
 
Tuduhan buruk yang mereka lancarkan kepada dakwah beliau hanya didasari tiga faktor:
 
1. Tuduhan itu berasal dari para tokoh agama yang memutarbalikkan kebenaran, yang hak dikatakan bathil dan sebaliknya, keyakinan mereka bahwa mendirikan bangunan dan masjid di atas kuburan, berdoa dan meminta bantuan kepada mayit dan semisalnya termasuk bagian dari ajaran Islam. Dan barangsiapa yang mengingkarinya dianggap membenci orang-orang shalih dan para wali.
 
2. Mereka berasal dari kalangan ilmuwan namun tidak mengetahui secara benar tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan dakwahnya, bahkan mereka hanya mendengar tentang beliau dari pihak yang sentimen dan tidak senang Islam kembali jaya, sehingga mereka mencela beliau dan dakwahnya sehingga memberinya sebutan Wahabi.
 
3. Ada sebagian dari mereka takut kehilangan posisi dan popularitas karena dakwah tauhid masuk wilayah mereka, yang akhirnya menumbangkan proyek raksasa yang mereka bangun siang malam.
 
Dan barangsiapa ingin mengetahui secara utuh tentang pemikiran dan ajaran Syaikh Muhammad (Abdul Wahab) maka hendaklah membaca kitab-kitab beliau seperti Kitab Tauhid, Kasyfu as-Syubhat, Usul ats-Tsalatsah dan Rasail beliau yang sudah banyak beredar baik berbahasa arab atau Indonesia.


Senin, 13 April 2015

Agar Hidup Anda Terarah dan Tak Goyah

Agar hidup Anda terarah dan tak goyah...

======

1. Bahwa tujuan UTAMA hidup Anda adalah untuk BERIBADAH kpd Allah, yakni mentauhidkan Allah dan menjauhi kesyirikan, dg menerapkan sunnah dan menjauhi bid'ah.

Dg menyadarkan diri pada hal ini, hidup kita akan sangat terarah dan terfokus pada satu tujuan utama, hingga kita tdk akan bingung memilih pilihan hidup mana yg kita kedepankan.

Dengannya pula kita akan berusaha menjadikan pekerjaan kita sebagai ibadah, sehingga kita akan tulus menjalaninya tanpa pamrih, karena SEMUANYA akan dibalas oleh Allah yang maha mensyukuri amal para hamba-Nya.

2. Bahwa semuanya telah DITAKDIRKAN.

Dg menyadarkan diri pada hal ini, kita akan TENANG dlm menjalani hidup, karena kita yakin rezeki yg menjadi bagian kita tidak akan bertambah maupun berkurang. 

Dengannya juga, kita akan mantap utk memilih jalan rezeki yg halal, krn hasilnya akan sama saja, baik kita memilih jalan yg haram maupun jalan yg halal.

3. Bahwa kita diperintah utk BERUSAHA semampu kita, dan sesuai aturan syariat.

Dg ini kita akan memahami, mengapa kita harus bekerja, padahal semua sdh ditakdirkan?!

Jawabannya, karena kita DIPERINTAH utk berusaha dan beramal, sebagaimana sabda Nabi shollallohu alaihi wasallam: 

"LAKUKANLAH amalan/pekerjaan, maka semua orang akan dimudahkan untuk melakukan apa yg menjadi tujuan dia diciptakan!" [Muttafaqun Alaih, Shohih Bukhori: 4949, Shohih Muslim: 2647].

4. Dalam melakukan usaha itu, pastinya ada cobaan dan rintangan... maka hadapilah dg firman Allah ta'ala:

"Bisa saja kalian membenci sesuatu, padahal (sebenarnya) itu lebih baik bagi kalian" [QS. Albaqoroh: 216].

"Bisa saja kalian membenci sesuatu, padahal Allah menjadikan banyak kebaikan di dalamnya". [QS. Annisa': 19]

5. Banyaklah berdoa, lalu yakinlah akan janji Allah bahwa Dia akan memuliakan dan memantaskan kehidupan orang yg beriman dan beramal saleh.

"Barangsiapa yg beramal saleh dlm keadaan beriman, baik dia pria maupun wanita, maka Allah sungguh benar-benar akan memberinya KEHIDUPAN yg baik/mulia".[QS. Annahl: 97]

Semoga bermanfaat...

Sunnah-sunnah di Dalam Berwudhu

SUNNAH-SUNNAH DI DALAM BERWUDHU

Alhamdulillāh washshalātu wassalāmu 'alā Rasūlillāh, wa ba'd. 

Sunnah-sunnah ini adalah penyempurna wudhū' seseorang dan dianjurkan bagi seorang muslim untuk menyempurnakan wudhū' nya sebisa mungkin, semampu yang dia bisa lakukan, walaupun dalam keadaan yang kurang disukai, misalnya : 

- Pada saat musim panas sehingga tidak tersedia kecuali air yang panas untuk berwudhū' atau sebaliknya, 

- Pada musim dingin tidak tersedia kecuali air yang sangat dingin untuk berwudhū'. 

Maka tatkala seseorang menemui kondisi tersebut dan dia tetap menyempurnakan wudhū' nya maka dia akan mendapatkan keutamaan sebagaimana yang disabdakan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, kata Beliau : 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " أَلا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا ، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ ؟ " ، قَالَوا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ : " إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ ، وَانْتِظَارُ الصَّلاةِ بَعْدَ الصَّلاةِ ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ " .

Dari Abū Hurairah bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: (Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya kepada para shahabatnya): 

"Maukah kalian aku tunjukkan kepada amalan yang menjadikan Allāh menghapus dosa-dosa kalian dan mengangkat derajat kalian?"

Para shahabatpun menjawab:

"Mau, ya Rasūlullāh."

Maka Beliau bersabda:

"Menyempurnakan wudhū' walaupun dalam keadaan yang tidak disukai, memperbanyak langkah menuju masjid dan menunggu shalat berikutnya setelah selesai shalat, maka ketahuilah itu adalah ribāth." 
(HR. Muslim, Nasāi dan Tirmidzi) 

*Ar-Ribāth adalah salah satu amalan dalam jihad yaitu menjaga perbatasan dalam perang. 

Oleh karena itu kita berusaha semaksimal mungkin untuk menyempurnakan wudhū' kita. 



Adapun sunnah-sunnah di dalam wudhū' yaitu ; 

1. At-Tasmiyah (membaca "Bismillāh"). 

2. Mencuci kedua telapak tangan sebelum memasukkannya ke dalam bejana. 

3. Berkumur-kumur (madhmadhah) dan mengeluarkan air dari hidung (istinsyaq). 

4. Mengusap seluruh kepala. 

5. Mengusap kedua telinga, baik bagian luar maupun bagian dalam dengan air yang baru. 

6. Menyela-nyela janggut yang tebal agar air wudhū' nya merata. 

Dalil: 

عَنْ أَنَسٍ ابْنَ مَالِكٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (كَانَ إِذَا تَوَضَّأَ أَخَذَ كَفًّا مِنْ مَاءٍ فَأَدْخَلَهُ تَحْتَ حَنَكِهِ فَخَلَّلَ بِهِ لِحْيَتَهُ) 

Dari Anas radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, bahwasanya "Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam apabila berwudhū' mengambil air 1 telapak tangan kemudian memasukkan air ke dalam janggutnya dari bawah dagunya kemudian menyela-nyela janggutnya." 

(Hadits hasan riwayat Abu Dawūd) 

7. Membasuh (menyela-nyelai) di sela-sela jari tangan dan jari-jari kaki. 

Dalil : 

عنِ ابنِ عَبّاس أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "إذا تَوَضّأْتَ فَخَلّلْ بَيْنَ أصَابِعِ يَدَيْكَ ورِجْليْكَ".

Dari Ibnu 'Abbas radhiyallāhu 'anhu: Bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata: "Apabila kamu berwudhū' maka basuhlah di sela-sela jari tangan dan jari-jari kaki." 

(Hadits hasan riwayat Tirmidzi) 

8. Mendahulukan bagian kanan

9. Mengulang tiga kali

10. Muwālāt (berkesinambungan) antara anggota wudhū' satu dengan anggota wudhū' yang lainnya. 


Dan hendaknya kita berdo'a setelah berwudhū'. 

Dalil : 

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ عن عُمَر رضي الله عنهما قَالَ : قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ أَوْ فَيُسْبِغُ الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ : أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ ) .

Dari 'Uqbah Ibn 'Āmir dari 'Umar radhiyallāhu 'anhumā berkata: Berkata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam: 
 Setiap orang dari kalian yang berwudhū' dan mencapai puncak atau menyempurnakan wudhū' nya kemudian berdo'a: 

'Asyhadu an lā ilāha illa Allāh wa anna Muhammadan Rasūlullāh'

(Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allāh dan bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan Allāh Subhānahu Wa Ta'āla') 

Maka akan dibukakan baginya 8 pintu surga dan dia bisa masuk dari pintu mana yang dia kehendaki." 

(HR. Muslim) 

Demikian. 

Washshallallāhu 'alā Nabiyyinā Muhammad. 

Ucapan Subhanalloh dan Masya alloh

Kapan Kita Mengucapkan Subhanallah dan MasyaAllah?
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Allah berfirman di surat al-Kahfi,

وَلَوْلا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

“Mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS. al-Kahfi: 39)

Ayat ini dijadikan dalil sebagian ulama terkait kapan kita diajurkan mengucapkan masyaaAllah. Dalam ayat ini, orang mukmin menasehatkan kepada temannya pemilik kebun yang kafir, agar ketika masuk kebunnya dia mengucapkan, “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah” sehingga kebunnya tidak tertimpa hal yang tidak diinginkan.

Ketika menjelaskan ayat ini, Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,

وينبغي للإنسان إذا أعجبه شيء من ماله أن يقول: “ما شاء الله لا قوة إلَّا بالله” حتى يفوض الأمر إلى الله لا إلى حوله وقوته، وقد جاء في الأثر أن من قال ذلك في شيء يعجبه من ماله فإنه لن يرى فيه مكروهاً

Selayaknya bagi seseorang, ketika dia merasa kagum dengan hartanya, agar dia mengucapkan, “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah” sehingga dia kembalikan segala urusannya kepada  Allah, bukan kepada kemampuannya. Dan terdapat riwayat, bahwa orang yang membaca itu ketika merasa heran dengan apa yang dimilikinya, maka dia tidak akan melihat sesuatu yang tidak dia sukai menimpa hartanya. (Tafsir Surat al-Kahfi, ayat: 39).

Doakan Keberkahan

Disamping bacaan di atas, ketika kita melihat sesuatu yang mengagumkan dimiliki oleh orang lain, kita dianjurkan untuk mendoakan keberkahan untuknya. Misalnya dengan mengusapkan, Baarakallahu laka fiih, semoga Allah memberkahi anda dengan apa yang anda miliki.

Dari Abdillah bin Amir bin Rabiah, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ أَوْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مِنْ مَالِهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيُبَرِّكْهُ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ

Apabila kalian melihat ada sesuatu yang mengagumkan pada saudaranya atau dirinya atau hartanya, hendaknya dia mendoakan keberkahan untuknya. Karena serangan ain itu benar. (HR. Ahmad 15700, Bukhari dalam at-Tarikh 2/9 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Kapan Dianjurkan MengucapkanSubhanallah?

Terdapat beberapa keadaan, dimana kita dianjurkan mengucapkan subhanallah. Diantaranya,

Pertama, ketika kita keheranan terdapat sikap.

Tidak kaitannya dengan keheranan terhadap harta atau fisik atau apa yang dimiliki orang lain. Tapi keheranan terhadap sikap.

Misalnya, terlalu bodoh, terlalu kaku, terlalu aneh, dst.

Kita lihat beberapa kasus berikut,

Kasus pertama, Abu Hurairah pernah ketemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi junub. Lalu Abu Hurairah pergi mandi tanpa pamit. Setelah balik, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, mengapa tadi dia pergi. Kata Abu Hurairah, “Aku junub, dan aku tidak suka duduk bersama anda dalam keadaan tidak suci.” Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

سُبْحَانَ اللَّهِ إِنَّ الْمُسْلِمَ لاَ يَنْجُسُ

Subhanallah, sesungguhnya muslim itu tidak najis. (HR. Bukhari 279)

Kasus kedua, ada seorang wanita yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallammenanyakan bagaimana cara membersihkan bekas haid setelah suci. Beliau menyarankan, “Ambillah kapas yang diberi minyak wangi dan bersihkan.”

Wanita ini tetap bertanya, “Lalu bagaimana cara membersihkannya.”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa malu untuk menjawab dengan detail, sehingga beliau hanya mengatakan,

سُبْحَانَ اللَّهِ تَطَهَّرِى بِهَا

“Subhanallah.., ya kamu bersihkan pakai kapas itu.”

Aisyah paham maksud Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliaupun langsung menarik wanita ini dan mengajarinya cara membersihkan darah ketika haid. (HR. Bukhari 314 & Muslim 774)

Kasus ketiga, Aisyah pernah ditanya seseorang,

“Apakah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallampernah melihat Allah?”

Aisyah langsung mengatakan,

سُبْحَانَ اللَّهِ لَقَدْ قَفَّ شَعْرِى لِمَا قُلْت

Subhanallah, merinding bulu romaku mendengar yang kamu ucapkan. (HR. Muslim 459).

an-Nawawi mengatakan,

أن سبحان الله في هذا الموضع وأمثاله يراد بها التعجب وكذا لااله إلا الله ومعنى التعجب هنا كيف يخفى مثل هذا الظاهر الذي لايحتاج الإنسان في فهمه إلى فكر وفي هذا جواز التسبيح عند التعجب من الشيء واستعظامه

Bahwa ucapan subhanallah dalam kondisi semacam ini maksudnya adalah keheranan. Demikian pula kalimat laa ilaaha illallah. Makna keheranan di sini, bagaimana mungkin sesuatu yang sangat jelas semacam ini tidak diketahui. Padahal seseorang bisa memahaminya tanpa harus serius memikirkannya. Dan dalam hadis ini terdapat dalil bolehnya membaca tasbih ketika keheranan terhadap sesuatu atau menganggap penting kasus tertentu. (Syarh Shahih Muslim, 4/14).

Kedua, Keheranan ketika ada sesuatu yang besar terjadi

Misalnya melihat kejadian yang luar biasa.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang tersentak bangun di malam hari, karena keheranan melihat sesuatu yang turun dari langit.

Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, bahwa pernah suatu malam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terbangun dari tidurnya.

سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنَ الْفِتَنِ

“Subhanallah, betapa banyak fitnah yang turun di malam ini.” (HR. Bukhari 115).

Dalam kasus lain, beliau juga pernah merasa terheran ketika melihat ancaman besar dari langit. Terutama bagi orang yang memiliki utang,

Dari Muhammad bin Jahsy radhiallahu ‘anhu, “Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ke arah langit, kemudian beliau bersabda,

سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا نُزِّلَ مِنَ التَّشْدِيدِ

“Subhanallah, betapa berat ancaman yang diturunkan ….”

Kemudian, keesokan harinya, hal itu saya tanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah, ancaman berat apakah yang diturunkan?’

Beliau menjawab,

وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ رَجُلاً قُتِلَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيِىَ ثُمَّ قُتِلَ ثُمَّ أُحْيِىَ ثُمَّ قُتِلَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ مَا دَخَلَ الْجَنَّةَ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ دَيْنُهُ

‘Demi Allah, yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya ada seseorang yang terbunuh di jalan Allah, lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), sementara dia masih memiliki utang, dia tidak masuk surga sampai utangnya dilunasi.'” (HR. Nasa’i 4701 dan Ahmad 22493; dihasankan al-Albani).

Kata Ali Qori, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan subhanallah karena takjub (keheranan) melihat peristiwa besar yang turun dari langit.  (Mirqah al-Mafatih, 5/1964).

Allahu a’lam.

Property Haram

🎯 PROPERTY HARAM

📝 Dikutip bebas oleh: Muhammad Rosyidi Aziz

⭕Anda kagum pada orang yang punya rumah mewah..?
Anda takjub pada orang yang punya kantor megah..?
Jangan buru-buru kagum, terkesima, kesengsem atau takjub. Kenapa..?

⭕Pesan Rasulullah :
"Janganlah kalian takjub kepada seseorang yang memperoleh harta dari cara yang haram.." (HR Thabrani)

⭕Mari kita hitung..!
Jika rumah yang dianggap mewah itu seharga Rp. 1 Milyar (padahal saat ini rumah 1 milyar sudah bukan kategori mewah lagi, apalagi ruko) Maka, berikut adalah itung-itungannya jika seseorang memperolehnya via KPR perbankan ribawi.

⭕Jumlah utang pokok = Rp. 1.000.000.000
Tingkat suku bunga = 13%
Lama pinjaman = 15 tahun

⭕Maka, 
Angsuran per bulan (pakai rumus) = Rp. 12.652.422,-

⭕Total selama 180 bulan atau 15 tahun = Rp. 2.277.435.000,-

⭕Artinya total bunga ribanya saja sebesar Rp 1.277.435.000,-

⭕Mari kita hitung besar dosanya..!

⭕Rasulullah bersabda,
"Satu dirham harta riba lebih besar dosanya daripada berzina 36x dengan pelacur.."

⭕Jika 1 dirham hari ini adalah Rp. 70.000, maka :
Rp. 1.277.435.000 : Rp. 70.000
= 18.249 dirham

⭕Jika 1 dirham riba = 36x zina, maka :
18.249 dirham x 36 zina = 656.966 zina.

⭕Jika 15 tahun itu ada 5.475 hari, maka :
656.966 zina : 5475 hari = 119 zina per hari.

✔"Berapa..?"
✔"119x berzina setiap hari..!"
✔"Apa..?"
✔"119x berzina setiap hari..!"
✔"Dengan siapa..?"
✔"Dengan ibumu..!"
✔"Ngapain..?"
✔"Berzina..!"
✔#istighfar

⭕“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), orang yang menyerahkan riba (nasabah), pencatat riba (sekretaris) dan dua orang saksinya.” Beliau mengatakan, “Mereka semua itu sama.”(HR. Muslim no. 1598)

⭕“Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui, lebih besar dosanya daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini shahih)

⭕“Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal dosa seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri. Sedangkan riba yang paling besar adalah apabila seseorang melanggar kehormatan saudaranya.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya)

❗🔨❗🔨❗🔨❗🔨❗🔨

Berbakti Kepada Orang Tua

💞Berbakti kepada Orang Tua

❓Tanya :

Apa boleh seorg istri meminta suaminya utk menafkahi orgtuanya istri yg sudah tua dan pensiun, dgn meminta sang suami (semampunya)mengirim uang utk mmbantu orgtua istri krn sang istri tidak bekerja demi mengurus suami dan anak2.  apa saja bentuk birrul walidain yg msh bs dilakukan anak perempuan terhadap orangtuanya jika anak perempuan itu sudah menikah dan harus lebih mentaati suaminya..Bolehkan suami melarang istri menjenguk orangtuanya selama mereka menikah? 

✔Jawab :

Berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban kedua setelah baktinya seorang hamba kepada Allah ta’ala, sebagaimana firman Allah ta’ala :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.” (Al Israa’ : 23)
وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ  وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ  وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: 'Bersyukurlah kepada Allah dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.  bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Luqman : 12-14)

🍂Demikian pula yang Allah ta’ala telah mewajibkan kepada Bani Israil untuk beribadah hanya kepada Allah ta’ala dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, kemudian berbakti kepada kedua orang tua.
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak.” (Al Baqarah : 83)
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Al ‘Ankabuut : 8)

☝Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa kewajiban anak untuk berbakti kepada kedua orang tua adalah sangat mendasar dan pokok, menempati peringkat kedua setelah bertauhid kepada Allah ta’ala, karena itu durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar kedua setelah berbuat syirik, wal’iyadzu billah.

👉Kemudian, bagi anak laki-laki kewajiban berbakti kepada kedua orang tua adalah tidak berubah seperti dijelaskan dalam ayat-ayat di atas. Meskipun dia telah berumah tangga, hidup dengan anak istrinya, kewajiban berbakti kepada kedua orang tuanya adalah tetap sebagai prioritas kedua setelah baktinya kepada Allah ta’ala.

☝Adapun seorang istri, maka kewajiban berbakti setelah kepada Rabbnya adalah kepada suaminya, sebagaimana ditunjukkan dalam ayat Al Qur’an dan hadits-hadits yang banyak.
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka.” (An Nisaa’ : 34)

🍂Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam haditsnya:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرْتَ إِلَيْهَا سَرَّتْكَ، وَإِذَا أَمَرْتَهَا أَطَاعَتْكَ، وَإِذَا غِبْتَ عَنْهَا حَفِظَتْكَ فِي نَفْسِهَا وَمَالِكَ
“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita yang shalihah. Bila engkau memandangnya, ia menggembirakan (menyenangkan)mu. Bila engkau perintah, ia menaatimu. Dan bila engkau bepergian meninggalkannya, ia menjaga dirinya (untukmu) dan menjaga hartamu.” (Dihasankan Imam Al Albany, Irwa’ul Ghalil : 1786)

🍂Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا صَلَتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.” (Dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, no. 660.)

🍂Dalam Al-Musnad, Sunan Ibni Majah, dan Shahih Ibni Hibban dari Abdullah ibnu Abi Aufa radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
لمَاَّ قَدِمَ مُعَاذٌ مِنَ الشَّام ِسَجَدَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: مَا هذَا يَا مُعَاذُ؟ قَالَ: أَتَيْتُ الشَّامَ فَوَجَدْتُهُمْ يَسْجُدُوْنَ لِأَسَاقِفَتِهِمْ وَبَطَارِقَتِهِمْ، فَوَدِدْتُ فِي نَفْسِي أَنْ تَفْعَلَ ذَلِكَ بِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ .فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: لاَ تَفْعَلُوا ذَلِكَ، فَإِنِّي لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللهِ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا، وَلَوْ سَأََلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ

Tatkala Mu’adz datang dari bepergiannya ke negeri Syam, ia sujud kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau menegur Mu’adz, “Apa yang kau lakukan ini, wahai Mu’adz?” Mu’adz menjawab, “Aku mendatangi Syam, aku dapati mereka (penduduknya) sujud kepada uskup mereka. Maka aku berkeinginan dalam hatiku untuk melakukannya kepadamu, wahai Rasulullah.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan engkau lakukan hal itu, karena sungguh andai aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada selain Allah niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seorang istri tidaklah menunaikan hak Rabbnya sampai ia menunaikan hak suaminya. Seandainya suaminya meminta dirinya dalam keadaan ia berada di atas pelana (hewan tunggangan) maka ia tidak boleh menolaknya.” ( HR. Ahmad (4/381) dan Ibnu Majah (1853), kata Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan Ibni Majah, Hasan Shahih. Ash-Shahihah (1203).

💕Ayat dan hadits-hadits di atas menunjukkan besarnya bakti seorang istri kepada suaminya. Karena itu seorang istri tidak boleh mentaati orang tuanya jika suaminya dalam ketaqwaan kepada Allah ta’ala terhadap istrinya. Semisal orangtua meminta istri untuk minta cerai (khulu’) atau menuntut kepada suami sesuatu yang tidak mampu melakukannya dengan tujuan agar suami mau menceraikannya, maka seperti ini tidak boleh ditaati, karena yang seperti ini berarti orang tua telah berbuat dhalim dan bermaksiat. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّهُ لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq.” (HR. Ahmad 1/131, Syaikh Ahmad Syakir : Sanandnya shahih)

☝Adapun terhadap keluarga dan kerabat  istri, maka mereka adalah orang-orang yang berhak mendaptkan ihsan dan kebaikan dari seorang suami, selagi dalam hal-hal yang dibolehkan oleh syari’at.

Sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam juga berbuat baik terhadap keluarga para istrinya, khususnya Khadijah, meskipun sudah meninggal dunia.

🍂Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata : Aku tidak cemburu kepada seorangpun dari istri-istri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam seperti cemburuku kepada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya sama sekali, namun Rasulullah sering menyebutnya, bahkan barangkali beliau menyembelih seekor kambing kemudian memotong sebagian dagingnya dan dikirimkan kepada kawan-kawan Khadijah. Maka aku berkata kepada beliau : Seakan tidak ada (wanita) di dunia selain Khadijah ! Maka beliau menjawab : “ Sesungguhnya dia dahulu demikian dan demikian ( yakni memujinya dengan perbuatannya), dari dari dialah aku mempunyai anak.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dalam riwayat lain Aisyah berkata : Suatu hari datang Halah binti Khuwailid saudara perempuannya Khadijah binti Khuwailid minta izin kepada Rasulullah, maka beliau mengetahui minta izinnya Khadijah, maka beliau bergembira dengan kedatangannya dan mengatakan : Ya Allah, Halah binti Khuwailid.”

Maka seperti itu hendaknya seorang suami untuk berbuat baik kepada keluarga istrinya selagi dalam koridor yang dibenarkan syari’at dan tidak menyia-nyiakannnya atau mengesampingkannya. Wallaahu ta’ala a’lam.

📝Ustadz Muhammad Na'im

Jumat, 10 April 2015

Istrimu Tulang Rusukmu

[ (*) Istrimu, Tulang Rusukmu (*) ]

Jika istri tercipta dari tulang rusuk maka :

1) Janganlah menjadikannya sebagai tulang punggung

2) Janganlah kau menghayal ia akan lurus, krn tulang rusuk hanya menjalankan fungsinya sebagai tulang rusuk jika ia tetap bengkok, kalau lurus maka bukan tulang rusuk namanya, maka terimalah dan bersabarlah akan kebengkokannya

3) Tulang rusuk harus dijaga karena rawan patah, ia tertutup dibalik dadamu yang kokoh

4) Tulang rusuk adalah pelengkap dirimu, maka ia adalah partner kehidupanmu, jangan kau menjauhkannya dari kehidupanmu

5) Jika tulang rusuk sakit dan terluka maka semestinya kaupun ikut merasakan penderitaan

(Ustadz Firanda Andirja)

Oleh: Pusat Buku Sunnah

Perubahan Kata Ganti dalam Kalimat Jazaakallaahu Khairan

# Perubahan Kata Ganti dalam Kalimat "Jazaakallaahu Khairan" #

- Jazaakillaahu khairan جزاكِ الله خيرا : Semoga Allaah membalas perbuatanmu dengan kebaikan. --> Yang diajak bicara adalah seorang wanita

- Jazaakallaahu khairan جزاكَ الله خيرا: Semoga Allaah membalas perbuatanmu dengan kebaikan --> Yang diajak bicara adalah seorang lelaki

- Jazaakumallaahu khairan خيرا جزاكما الله: Semoga Allaah membalas perbuatan kalian berdua dengan kebaikan--> Yang diajak bicara adalah dua orang, entah itu dua orang wanita, atau dua orang lelaki, atau dua orang yang terdiri dari satu lelaki dan satu wanita.

- Jazaakumullaahu khairan خيرا جزاكم الله: --> Yang diajak bicara adalah sekumpulan lelaki semua yang lebih dari 2 orang, atau sekumpulan orang yang terdiri dari campuran lelaki dan wanita lebih dari 2 orang, atau sekumpulan wanita walau hanya disertai dengan 1 orang lelaki [tentunya lebih dari 2 orang...karena ucapan ini memang ditujukan kepada sekumpulan orang yang lebih dari 2 orang dengan ketentuan yang telah lalu].

- Jazaakunnallaahu khairan خيرا جزاكنّ الله: Semoga Allaah membalas perbuatan kalian dengan kebaikan --> Yang diajak bicara adalah HANYA sekumpulan wanita saja, dan lebih dari 2 orang.

- Jazaahullaahu khairan جزاه الله خيرا: Semoga Allaah membalas perbuatannya dengan kebaikan --> Ditujukan kepada seorang lelaki yang tidak hadir dalam pembicaraan (ghaaib).

- Jazaahallaahu khairan جزاها الله خيرا: Semoga Allaah membalas perbuatannya dengan kebaikan--> Ditujukan kepada seorang wanita yang tidak hadir dalam pembicaraan (ghaaibah).

- Jazaahumallaahu khairan خيرا جزاهما الله: Semoga Allaah membalas perbuatan mereka berdua dengan kebaikan--> Ditujukan kepada dua orang yang tidak hadir dalam pembicaraan, entah dua orang itu terdiri dari dua lelaki, dua wanita, atau 1 wanita dan 1 lelaki.

- Jazaahumullaahu khairan خيرا جزاهم الله: Semoga Allaah membalas perbuatan mereka dengan kebaikan --> Ditujukan kepada sekumpulan lelaki saja; sekumpulan wanita bersama dengan seorang lelaki; sekumpulan wanita campuran antara lelaki dan wanita...dan kesemuanya harus lebih dari dua orang.

- Jazaahunnallaahu khairan خيرا جزاهنّ الله: Semoga Allaah membalas perbuatan mereka dengan kebaikan --> Ditujukan kepada HANYA sekumpulan wanita yang lebih dari dua orang, dan tidak hadir dalam pembicaraan.

Kamis, 09 April 2015

Doa Setelah Sholat Sunnah

Bismillah, 

Assalamualaikum ukh... Mau tanya mengenai doa setelah sholat sunat, misalnya dhuha atau tahajud, apakah ada doa khusus? Soalnya selama ini saya selalu baca doa sesuai yg ada di buku tuntunan sholat sunat tsb. Mohon penjelasannya ukh... Terimakasih 

Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh... 
Afwan baru bisa dijawab... Tidak ada doa khusus setelah sholat duha , adapun doa yg selama ini kita kenal allahumma inna duhaa a itu tidak ada dalil kuat yg menunjukan doa ini . 

Bolehkah diamalkan?
Perlu dipahami dan dijadikan prinsip bagi setiap orang yang beriman, bahwa ibadah dalam agama Islam bersifat tauqifiyah, artinya menunggu dalil. Apapun bentuk ibadah tersebut dan siapa pun yang mengajarkannya, satu harga mati: semua harus berdalil. Jika tidak maka itu bukan ibadah meskipun kelihatannya adalah ibadah.

Doa shalat Tahajud : 
doa khusus untuk dibaca ketika tahajud berdasarkan hadis yang shahih, terdapat pada doa iftitah dan doa setelah witir. Berikut rinciannya:

Doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika iftitah:

1. Dari Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf, beliau bertanya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Apa doa yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengawali shalat malam beliau?”

Aisyah menjawab: “Beliau memulai shalat malam beliau dengan membaca doa:

اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ أَنْتَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Ya Allah, Tuhannya Jibril, mikail, dan israfil. Pencipta langit dan bumi. Yang mengetahui yang gaib dan yang nampak. Engkau yang memutuskan diantara hamba-Mu terhadap apa yang mereka perselisihkan. Berilah petunjuk kepadaku untuk menggapai kebenaran yang diperselisihan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapa saja yang Engkau kehendaki menuju jalan yang lurus.” (HR. Muslim 770, Abu daud 767, Turmudzi 3420 dan yang lainnya)

2. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melakukan shalat di tengah malam, beliau membaca doa iftitah:

اَللّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ الْحَقُّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ،

اَللّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ. فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، أَنْتَ إِلٰهِيْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ أَنْتَ

“Ya Allah, hanya milik-Mu segala puji, Engkau cahaya langit dan bumi serta siapa saja yang ada di sana. Hanya milikMu segala puji, Engkau yang mengatur langit dan bumi serta siapa saja yang ada di sana. Hanya milikMu segala puji, Engkau pencipta langit dan bumi serta siapa saja yang ada di sana. Engkau Maha benar, janji-Mu benar, firman-Mu benar, pertemuan dengan-Mu benar. Surga itu benar, neraka itu benar, dan kiamat itu benar. Ya Allah, hanya kepada-Mu aku pasrah diri, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakkal, hanya kepada-Mu aku bertaubat, hanya dengan petunjuk-Mu aku berdebat, hanya kepada-Mu aku memohon keputusan, karena itu, ampunilah aku atas dosaku yang telah lewat dan yang akan datang, yang kulakukan sembunyi-sembunyi maupun yang kulakukan terang-terangan. Engkau yang paling awal dan yang paling akhir. Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau.” (HR. Ahmad 2710, Muslim 769, Ibn Majah 1355).

3. Dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bangun malam, beliau bertakbir, kemudian membaca:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ

Maha Suci Engkau Ya Allah, aku memuji-Mu, Maha Mulia nama-Mu, Maha Tinggi keagungan-Mu, tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Kemudian membaca:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah (3 kali)

dilanjutkan dengan membaca:

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا

Allah Maha Besar (3 kali)

(HR. Abu Daud 775, Ad-Darimi 1275, dan dishahihkan al-Albani)

Selengkapnya : 

http://www.konsultasisyariah.com/doa-shalat-tahajud/

Selasa, 07 April 2015

Mengangkat Tangan Saat Berdoa

👉Hukum Mengangkat Tangan untuk Berdo’a Sesudah Shalat Fardhu

Pembahasan berikut adalah mengenai hukum mengangkat tangan untuk berdo’a sesudah shalat fardhu. Berdasarkan penjelasan yang pernah kami angkat, kita telah mendapat pencerahan bahwa memang mengangkat tangan ketika berdo’a adalah salah satu sebab terkabulnya do’a. Namun, apakah ini berlaku dalam setiap kondisi? Sebagaimana penjelasan Syaikh Ibnu Utsaimin bahwa hal ini tidak berlaku pada setiap kondisi. Ada beberapa contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan bahwa beliau tidak mengangkat tangan ketika berdo’a. Agar lebih jelas, mari kita perhatikan penjelasan Syaikh Ibnu Baz mengenai hukum mengangkat tangan ketika berdo’a sesudah shalat.

Beliau –rahimahullah- dalam Majmu’ Fatawanya (11/181) mengatakan :

Tidak disyari’atkan untuk mengangkat kedua tangan (ketika berdo’a) pada kondisi yang kita tidak temukan di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat tangan pada saat itu. Contohnya adalah berdo’a ketika selesai shalat lima waktu, ketika duduk di antara dua sujud (membaca do’a robbighfirli, pen) dan ketika berdo’a sebelum salam, juga ketika khutbah jum’at atau shalat ‘ied. Dalam kondisi seperti ini hendaknya kita tidak mengangkat tangan (ketika berdo’a) karena memang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan demikian padahal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suri tauladan kita dalam hal ini. Namun ketika meminta hujan pada saat khutbah jum’at atau khutbah ‘ied, maka disyariatkan untuk mengangkat tangan sebagaimana dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka ingatlah kaedah yang disampaikan oleh beliau –rahimahullah- dalam Majmu’ Fatawanya (11/181) berikut :

“Kondisi yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengangkat tangan, maka tidak boleh bagi kita untuk mengangkat tangan. Karena perbuatan Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam termasuk sunnah, begitu pula apa yang beliau tinggalkan juga termasuk sunnah.”

Sumber : rumaysho.com

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah,

“Mengangkat tangan saat berdoa ada tiga macam, yaitu :

1.Yang jelas ada sunnahnya dari Rasulullah, maka ini disunnahkan mengangkat tangan saat berdo’a tersebut. Misal saat istisqa’, berdoa saat diatas bukit shofa dan marwa serta lainnya.
2.Yang jelas tidak ada sunahnya, maka tidak boleh mengangkat tangan. Seperti berdoa saat sholat dan tasyahud akhir.
3.Yang tidak ada dalilnya secara langsung, apakah mengangkat tangan ataukah tidak, maka hukumnya pada dasarnya termasuk adab berdoa adalah mengangkat tangan.”

http://www.konsultasisyariah.com/angkat-tangan-ketika-berdoa/

13 Adab Berdoa

13 Adab berdoa

Pertama, mencari waktu yang mustajab.

Diantara waktu yang mustajab adalah hari arafah, ramadhan, sore hari jumat, dan waktu sahur atau sepertiga malam terakhir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

ينزل الله تعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الأخير فيقول عز وجل: من يدعونى فأستجب له، من يسألنى فأعطيه، من يستغفرنى فأغفر له
“Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta-Ku, Aku beri, dan siapa yang minta ampunan pasti Aku ampuni.” (H.r. Muslim)

Kedua, memanfaatkan keadaan yang mustajab untuk berdoa.

Diantara keadaan yang mustajab untuk berdoa adalah: ketika perang, turun hujan, ketika sujud, antara adzan dan iqamah, atau ketika puasa menjelang berbuka. Abu Hurairah radliallahu ‘anhumengatakan, “Sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka ketika; jihad fi sabillillah sedang berkecamuk, ketika turun hujan, dan ketika iqamah shalat wajib. Manfaatkanlah untuk berdoa ketika itu.” (Syarhus Sunnah al-Baghawi, 1: 327)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Doa antara adzan dan iqamah tidak tertolak .” (H.r. Abu Daud, Nasa’i, danTurmudzi)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Keadaan terdekat antara hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklah berdoa.” (H.r. Muslim)

Ketiga, Menghadap kiblat dan mengangkat tangan

Dari Jabir radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamketika berada di padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam. (H.r. Muslim)

Dari Salman radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian itu Malu dan Maha Memberi. Dia malu kepada hamba-Nya ketika mereka mengangkat tangan kepada-Nya kemudian hambanya kembali dengan tangan kosong (tidak dikabulkan).” (H.r. Abu Daud & Turmudzi dan beliau hasankan)

Cara mengangkat tangan dalam berdoa:

Ibn Abbas radliallahu ‘anhumengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdoa, beliau menggabungkan kedua telapak tangannya dan mengangkatnya setinggi wajahnya (wajah menghadap telapak tangan). (H.r. Thabrani)

Catatan: Tidak boleh melihat ke atas ketika berdoa.

Keempat, dengan suara lirih dan tidak dikeraskan.

Allah berfirman,

وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا

“Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (Q.s. Al-Isra: 110)

Allah memuji Nabi Zakariya ‘alaihis salam, yang berdoa dengan penuh khusyu’ dan suara lirih,

ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2) إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا

“(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” (Q.s. Maryam: 2 – 3)

Allah juga berfirman,

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q.s. Al-A’raf: 55)

Dari Abu Musa radliallahu ‘anhubahwa suatu ketika para sahabat pernah berdzikir dengan teriak-teriak. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ
“Wahai manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang tuli dan tidak ada, sesungguhnya Allah bersama kalian, Dia Maha mendengar lagi Maha dekat.” (H.r. Bukhari)

Kelima, Tidak dibuat bersajak.

Doa yang terbaik adalah doa yang ada dalam Alquran dan sunnah.

Allah juga berfirman,

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q.s. Al-A’raf: 55)

Ada yang mengatakan: maksudnya adalah berlebih-lebihan dalam membuat kalimat doa, dengan dipaksakan bersajak.

Keenam, khusyu’, merendahkan hati, dan penuh harap.

Allah berfirman,

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (Q.s. Al-Anbiya': 90)

Ketujuh, memantapkan hati dalam berdoa dan berkeyakinan untuk dikabulkan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

لا يقل أحدكم إذا دعا اللهم اغفر لي إن شئت اللهم ارحمني إن شئت ليعزم المسألة فإنه لا مُكرِه له
“Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan: Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku, jika Engkau mau. Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Bukhari & Muslim)
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia mantapkan keinginannya. Karena Allah tidak keberatan dan kesulitan untuk mewujudkan sesuatu.” (H.r. Ibn Hibban dan dishahihkan Syua’ib Al-Arnauth)

Diantara bentuk yakin ketika berdoa adalah hatinya sadar bahwa dia sedang meminta sesuatu. Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه
“Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya).” (H.r. Turmudzi dan dishahihkan Al-Albani)

Banyak orang yang lalai dalam berdoa atau bahkan tidak tahu isi doa yang dia ucapkan. Karena dia tidak paham bahasa Arab, sehingga hanya dia ucapkan tanpa direnungkan isinya.

Kedelapan, mengulang-ulang doa dan merengek-rengek dalam berdoa.

Misalnya, orang berdoa, “Yaa Allah, ampunilah hambu-MU, ampunilah hambu-MU…, ampunilah hambu-MU yang penuh dosa ini. ampunilah ya Allah…. ” Dia ulang-ulang permohonannya. Semacam ini menunjukkan kesungguhhannya dalam berdoa.

Ibn Mas’ud mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau berdoa, beliau mengulangi tiga kali. Dan apabila beliau meminta kepada Allah, beliau mengulangi tiga kali. (H.r. Muslim).

Kesembilan, tidak tergesa-gesa agar segera dikabulkan, dan menghindari perasaan: “Mengapa doaku tidak dikabulkan atau kalihatannya Allah tidak akan mengabulkan doaku.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِى
“Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan: Saya telah berdoa, namun belum saja dikabulkan.”(H.r. Bukhari dan Muslim)

Sikap tergesa-gesa agar segera dikabulkan, tetapi doanya tidak kunjung dikabulkan, menyebabkan dirinya malas berdoa. Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يزال الدعاء يستجاب للعبد ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم، ما لم يستعجل، قيل: يا رسول الله وما الاستعجال؟ قال: يقول قد دعوت وقد دعوت فلم أر يستجيب لي، فيستحسر عند ذلك ويدع الدعاء رواه مسلم.
“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?. Beliau bersabda: “Orang yang berdoa ini berkata: Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan. Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa.” (H.r. Muslim dan Abu Daud)

Sebagian ulama mengatakan: “Saya pernah berdoa kepada Allah dengan satu permintaan selama dua puluh tahun dan belum dikabulkan, padahal aku berharap agar dikabulkan. Aku meminta kepada Allah agar diberi taufik untuk meninggalkan segala sesuatu yang tidak penting bagiku.”

Kesepuluh, memulai doa dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bagian dari adab ketika memohon dan meminta adalah memuji Dzat yang diminta. Demikian pula ketika hendak berdoa kepada Allah. Hendaknya kita memuji Allah dengan menyebut nama-nama-Nya yang mulia (Asma-ul Husna).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallampernah mendengar ada orang yang berdoa dalam shalatnya dan dia tidak memuji Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau bersabda: “Orang ini terburu-buru.” kemudian Beliau bersabda,

إذا صلى أحدكم فليبدأ بتحميد ربه جل وعز والثناء عليه ثم ليصل على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعو بما شاء
“Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.” (H.r. Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan al-Albani)

Kesebelas, memperbanyak taubat dan memohon ampun kepada Allah.

Banyak mendekatkan diri kepada Allah merupakan sarana terbesar untuk mendapatkan cintanya Allah. Dengan dicintai Allah, doa seseorang akan mudah dikabulkan. Diantara amal yang sangat dicintai Allah adalah memperbanyak taubat dan istighfar.

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ….، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
“Tidak ada ibadah yang dilakukan hamba-Ku yang lebih Aku cintai melebihi ibadah yang Aku wajibkan. Ada hamba-Ku yang sering beribadah kepada-Ku dengan amalan sunnah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka …jika dia meminta-Ku, pasti Aku berikan dan jika minta perlindungan kepada-KU, pasti Aku lindungi…”(H.r. Bukhari)
Diriwayatkan bahwa ketika terjadi musim kekeringan di masa Umar bin Khatab, beliau meminta kepada Abbas untuk berdoa. Ketika berdoa, Abbas mengatakan, “Ya Allah, sesungguhnya tidaklah turun musibah dari langit kecuali karena perbuatan dosa. dan musibah ini tidak akan hilang, kecuali dengan taubat…”

Kedua belas, hindari mendoakan keburukan, baik untuk diri sendiri, anak, maupun keluarga.

Allah berfirman, mencela manusia yang berdoa dengan doa yang buruk,

وَيَدْعُ الإِنسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإِنسَانُ عَجُولاً

“Manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (Q.s. Al-Isra': 11)

Allah juga berfirman,

وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُم بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ
“Kalau sekiranya Allah menyegerakan keburukan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka (binasa).” (Q.s. Yunus: 11)

Ayat ini berbicara tentang orang yang mendoakan keburukan untuk dirinya, hartanya, keluarganya, dengan doa keburukan.
Dari Jabir radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

لا تدعوا على أنفسكم، ولا تدعوا على أولادكم، ولا تدعوا على خدمكم، ولا تدعوا على أموالكم، لا توافق من الله ساعة يسأل فيها عطاء فيستجاب لكم
“Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian, jangan mendoakan keburukan untuk anak kalian, jangan mendoakan keburukan untuk pembantu kalian, jangan mendoakan keburukan untuk harta kalian. Bisa jadi ketika seorang hamba berdoa kepada Allah bertepatan dengan waktu mustajab, pasti Allah kabulkan.”(H.r. Abu Daud)

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يزال الدعاء يستجاب للعبد ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم
“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim.” (H.r. Muslim dan Abu Daud)

Ketiga belas, menghindari makanan dan harta haram.

Makanan yang haram menjadi sebab tertolaknya doa.

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ». ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib (baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang Telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadamu.'” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya?(H.r. Muslim).

Allahu a’lam

Disadur dari:http://www.islamino.net/play.php?catsmktba=11483 (Dengan beberapa penambahan dari Redaksi Konsultasi Syariah)